Ketahuailah, obat yang paling mujarab untuk mengobati rindu adalah temu._Ziad Syahdan_
*
Usai melaksanakan shalat subuh serta membenahi kamar, Azra lantas mempersiapkan diri untuk keluar karena kebetulan hari ini adalah hari cutinya, maka is berencana mengunjungi teman-temannya yang ada di panti.
"Mbok, Azra hari ini akan berkunjung ke panti."
Wanita yang berumur lebih dari setengah abad itu sejenak menghentikan aktifitas memotong sayurnya, lantas berbalik menghadap sang majikan dengan senyum hangat yang sudah bertengger dikedua bibir yang sudah sedikit berkerut.
"Enneng perginya sendiri?"
"Nda mbok, Azra perginya bareng Rayhan."
Sejenak Azra melihat dahi orang yang dipanggilnya Mbok itu terlipat dalam, dan ia yakin ekspresi itu menandakan bahwa sang penanya masih menuntut penjelasan atas jawaban yang ia berikan. "Temen lama di panti mbok." Lanjutnya disertai dengan senyum, membuat si mbok mengangguk paham.
"Yasudah, Azra berangkat dulu. assalamualaikum."
"Waalaikum salam, ati-ati neng!"
Azra hanya mengangguk seraya berjalan meninggalkan si mbok yang masih setia menatap punggungnya.
Ziad yang baru saja bangun dan hendak kedapur tidak sengaja berpapasan dengan Azra yang hendak pergi, dan ia sengaja memasang wajah datar serta ekspresi dingin andalannya sebab ia yakin Azra pasti akan menyapanya seperti biasa.
Satu detik, tidak ada yang terjadi. Ziad masih dengan keyakinannya.
Dua detik, jarak diantara keduanya semakin terkikis seiring dengan kaki yang terus melangkah
Tiga detik, mereka mulai berhadapan, dengan Ziad di sebelah kanan serta Azra di sisi kiri.
Empat detik, lengang masih tidak terjadi sesuatu.
Lima detik, wush ....
Azra, wanita yang sudah Ziad klaim akan menyapanya terlebih dahulu nyatanya hanya lewat begitu saja bahkan menolehpun tidak ia seolah tidak menyadari kehadiran seseorang yang berada di dekatnya.
Seketika kepercayaan diri Ziad langsung runtuh tanpa sisa. Oh lihatlah wanita itu baru saja mengacuhkan dirinya yang bahkan tidak pernah ia prediksi sebelumnya. kesal? Tentu saja, selama ini Ziad merasa selalu berada di atas angin merasa bahwa Azralah yang selalu mengejar-ngejar dirinya. Tapi sekarang apa yang dilakukan wanita itu, berhasil membuat kepercayaan diri Ziad sedikit down.
Sejenak lelaki itu berfikir, kira-kira apa yang membuat Azra bersikap sedikit kasar seperti tadi, katakanlah ia berlebihan karena menurutnya wanita yang ukurannya seperti Azra tidak mungkin melakukan hal yang demikian tanpa sebuah alasan apalagi kepada Ziad yang notabene berperan sebagai suaminya.
Tidak mau terlarut dalam fikiran, Ziad memilih untuk menyegarkan tenggorokan yang terasa sedikit serak dengan segelas air putih. Namun, sebelum bibir gelas beradu dengan bibirnya, sebaris pertanyaan langsung meleset begitu saja tanpa ia sadari.
"Mbok, Azra mau kemana tadi?"
"Tadi si neng bilang mau mengunjungi teman-temannya di panti."
Si mbok yang masih sibuk memasak, menatap sekilas kearah Ziad yang sedang mengangguk sebelum kemudian kembali pada kegiatannya.
"Sendiri?" Ziad kembali bertanya.
"Nda tuan, neng tadi bilang mau pergi bareng temennya, si Rayhan."
Mata Ziad langsung terbelalak siap menggelinding keluar, air yang baru sampai di pangkal lidah seolah memaksa untuk kembali dikeluarkan, tapi Ziad masih berusaha untuk menelannya meski terasa kasar. Tanpa menunggu sampai lebaran monyet , Ziad langsung berlari menuju kamar lantas menyambar kunci mobil serta ponsel yang diletakkan di atas nakas kemudian kembali berlari menuju garasi.
....
Mobil Toyota berwarna silver itu melaju dengan perlahan di tengah-tengah kendaraan yang tengah berdesak-desakan mengisi setipa inci jalanan yang kosong, suara klakson saling sahut-menyahut seolah sudah dialih fungsikan menjadi alat musik khas kota metropolitan yang siap mengiringi perjalanan.
Ziad memukul kemudi mobil dengan cukup keras mencurahkan segenap kekesalannya akibat macet yang 'tak berkesudahan membuat pengejarannya terhambat. Ya ... saat ini Ziad sedang mengikuti mobil Toyota silver dihadapannya yang ia yakini mobil itulah yang digunakan Azra dan juga Rayhan tadi.
Meski terlihat fokus pada jalanan, sebenarnya fikiran Ziad tidak benar-benar terfokus pada satu titik, sebagian fikirannya sedang berkelana dengan kejadian semalam.
Semalam ketika Ziad tidak sengaja tertidur di sofa, ia melihat Lisa _mantan tunangannya_ berdiri sambil tersenyum. Wanitanya nampak begitu cantik dengan mengenakan gamis berwarna coklat lengkap dengan hijab hitam yang menutupi kepalanya, hal itu refleks membuat Ziad langsung memeluk wanita yang sudah lama dirindukannya itu dengan erat, menyalurkan segala kenestapaan yang sudah lama mengendap di lubuk hati. Ketahuailah, obat yang paling mujarab untuk mengobati rindu adalah temu.
Sejenak Ziad merasa ada yang berbeda dengan wanitanya, serasa begitu tegang dan kaku, serta aroma ini? Bukan lafender seperti biasa, tapi ini justru aromanya lebih ke bunga sakura. Ziad seketika membeku, menyadari kesalahan yang dibuatnya, wanita yang dipeluknya saat ini bukanlah Lisa melainkan Azra.
Lagi-lagi Ziad memukulkan tangannya pada kemudi, sekarang dia tau bahkan sangat tau apa yang membuat Azra sampai marah kepadanya.
*
Di depan sana Azra dan juga Rayhan sudah turun dari mobil dengan senyum yang merekah, senang karena mereka mendapat sambutan meriah dari anak-anak penghuni panti. Sedang di sisi lain, Ziad terlihat mengamati keduanya dengan perasaan kesal yang membumbung, beberapa kalimat sumpah serapah juga kerap kali meluncur begitu saja tanpa ia sadari.
Entah setan apa yang merasuki kedua kaki Ziad hingga dengan lancangnya melangkah begitu saja mendekati dua insan yang sedang dilanda bahagia, sialnya ketika ia baru saja tersadar dengan posisinya yang kurang menguntungkan ini dan hendak berbalik Azra sudah lebih dulu menangkap basah dirinya.
"Mas Ziad, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Azra dengan salah-satu alis yang terangkat.
Selama beberap detik Ziad hanya bungkam, kepalang basah sudah ketahuan dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengarang alasan yang setidaknya bisa masuk di akal.
"Ekhem."
Sejenak lelaki itu memilih berdehem untuk menetralkan tenggorokannya yang entah sejak kapan terasa sedikit serak.
"Memangnya ada yang salah, jika aku mengunjungi rumah MERTUAKU sendiri?"
Ziad sengaja memberikan penekanan disalah-satu kata pada kalimatnya, berniat menyindir Rayhan yang kini tengah menatapnya dengan nyalang dan langsung Ziad balas dengan senyum smirt andalannya.
"Dengan pakaian itu?"
Ziad mengerinyit, memang apa yang salah dengan pakaiannya? Bukankah ia selalu berpenampilan karismatik?
Pria itu mulai menunduk memperhatikan dirinya sendiri, menilinsik setiap inci tubuhnya, dan Wow apa yang dilihatnya benar-benar sudah di luar nalar, sebuah celana sebatas lutut serta baju kaos tanpa lenganlah yang kini membungkus tubuhnya. Ziad mengangkat kepalnya melihat reaksi Azra dan juga Rayhan, yang kini
sudah cekikikan seolah tanpa dosa.Jika saja Ziad memiliki kekuatan, ingin sekali ia melakukan teknik teleportasi sekarang juga, menghilang sejenak dari peredaran setidaknya sampai ia menemukan harga dirinya kembali.
"Eh nak Ziad, kenapa tidak masuk?"
Ziad mendongak menatap wanita paruh baya yang tengah tersenyum kepadanya.
Siapapun tolong selamatkan Ziad sekarang juga, ia sudah benar-benar kehilangan mukanya.Bersambung ....
#bantu cek typo
#author pemulaBudayakan meninggalkan jejak😉
Author pengen menyapa, tapi kaga tau pen nyapa siapa😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita perindu surga (Slow Update)
Diversos[Follow sebelum membaca] Aisyana Azra, seorang wanita dari panti asuhan yang berprofesi sebagai dokter, harus mengorbankan hidupnya menjadi seorang istri pengganti demi menyelamatkan nama baik atasannya. Namun, niat baiknya itu malah membuatnya te...