04. Peka?

22.6K 1.7K 1.3K
                                    

"Jangan pernah berharap lebih sama hal yang belum tentu akan jadi milik lo." - Reinaldo Pradipta

Chapter ini diketik 6878 kata.

Happy Reading!

***

"Perempuan jalang seperti kamu, tidak pantas menginjakan kaki di rumah ini!" teriak Ganendra.

Seorang anak kecil laki-laki berambut coklat dan berwajah blasteran itu mengintip dari balik pintu.

"Flora akan keluar dari rumah ini, tapi jangan usir Reinal dari sini, Pa." kata Flora sambil menangis sesegukan.

Eros menepuk pundak putranya, Reinal. "Sayang, kamu ke kamar dulu ya?"

Reinal mengangguk seraya tersenyum, anak kecil itu masih belum mengerti apapun dan melenggang pergi ke kamarnya."

"Saya, Flora dan Reinal akan pindah dari rumah ini." tegas Eros dan langsung merangkul istri tercintanya.

Flora buru-buru menyeka air matanya, takut Eros melihatnya.

"Tidak bisa, yang harus keluar dari rumah ini hanya Flora dan Reinal!"

"ARGHH!!"

Reinal terbangun dari tidur nyenyaknya, jam dinding masih menunjukan pukul 2 pagi. Dahinya penuh keringat, mimpi itu benar-benar menghantuinya.

Napasnya tersenggal, Reinal mengusap wajahnya kasar. Lalu bangkit dari kasurnya, melangkah menuju wastafel, Reinal membasuh wajahnya dengan air mengalir.

Mimpi itu terus muncul setiap kali Reinal menutup matanya. Sebenarnya, Flora ingin apa dengan memperlihatkan seluruh kesedihan yang ia alami semasa hidupnya kepada Reinal?

"ARGHHH!!"

Buku-buku jarinya mengeluarkan darah, Reinal meninju dinding toiletnya. Wajah frustasi itu kian terlihat.

Kedua tangan kekarnya bertumpu pada wastafel. Kedua matanya memerah karena amarahnya.

"Masih ada yang lebih buruk dari ini, Ma?" gumam Reinal berbicara dengan pantulan dirinya dicermin.

***

Tlit

Sarah terkesiap karena pintu apartemennya terbuka. Ia buru-buru keluar dari kamarnya dan tercengang.

Jordan tergeletak di sofa dengan luka yang mengerikan.

"Jordan!" panggil Sarah dan menggoyangkan tubuh Jordan.

"Bangun!"

"Shh"

Sarah segera mengambil kompresan es batu untuk luka memar Jordan.

"Gue dipukulin, Baron." lirihnya.

Kedua mata Sarah terbelalak. Jadi penyebab luka memar sebanyak ini di wajah tampan Jordan adalah Baron.

"Dia marah, karena lo kabur." lirih Jordan. "Sorry, gue gak bermaksud, jadiin lo alat, Sar."

Sarah mengulum bibirnya sendiri. Jika Jordan terus-terusan seperti ini, Sarah yakin hidupnya akan hancur.

"Cowok yang tadi lempar uangnya ke muka Baron siapa? Cowok lo?" lirih Jordan. "Dia pasti kaya. Ya kan, Sar?"

Arah pembicaraan Jordan sudah terlalu menjurus. Sebaiknya Sarah mengalihkan itu sekarang agar tak semakin melebar.

Reinalsarah [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang