Murid Baru

12 3 5
                                    

"Tapi kenapa harus tiba-tiba begini, Pa? Aku nggak mau pindah. Aku nggak mau pisah sama teman-teman disini" Protes seorang anak lelaki kepada laki-laki berumur 37-an di hadapannya.

"Kamu nggak perlu banyak protes! Disini Papa kepala keluarganya! Papa yang mengatur segalanya! Kamu cukup ikuti dan taati apa perintah Papa!" Anak laki-laki itu ingin sekali protes dan balik membentak laki-laki di hadapannya ini. Tapi niatnya pudar saat melihat tatapan hangat sang Mama yang berdiri tak jauh dari tempatnya.

Alhasil, anak itu hanya dapat menurut dengan perintah Papa nya.

🍃🍃🍃

"Ada apa sih? Kok masih pagi udah ribut?" Melihat suasana yang kelewat ribut membuat rasa penasaran Mita --yang baru sampai ke kelas-- spontan mengeluarkan pertanyaan kepada Aurora yang sudah duduk manis sambil bercengkrama dengan Langit.

Aurora melirik kelasnya sebentar. Sedaritadi ia hanya asyik bercanda dengan Langit yang ada di belakangnya tanpa mempedulikan sekitar.

"Oh,  katanya kelas kita bakal ada siswa baru, Ta" jawab Aurora. Mita hanya mengangguk-angguk an kepalanya tanda mengerti. Kemudian Mita menduduki kursi yang ada di samping Aurora.

"Lo berdua nggak mau kepo murid barunya siapa?" Tanya Langit

"Siswa. Berarti cowok. Simpel kan? Apalagi yang harus di kepo-in?" Balas Mita. Langit mengendikkan bahunya

"Cewek kan biasanya gitu" Langit menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi

"Kalau nanti murid barunya mirip sama Jaehyun ensiti baru gue kepo-in. Yay or nay, Ta?" Aurora melirik kepada Mita yang langsung menjawab pertanyaannya

"Yay"

Langit yang mendengarkan hanya mendengus kasar

"Eh tapi kalau nanti ada murid baru, berarti dia bakal duduk sama Lo dong , Lang" kata Aurora yang tersadar akan sesuatu

"Dibelakang kita dong, ya?" Sahut Mita. Langit hanya mengangkat kedua alisnya, pertanda lelaki itu meng-iya-kan ucapan Mita dan Aurora

"Yaudah lah gapapa. Kasian gue ngeliat si Langit ngejomblo Mulu"

"Yee gue masih normal, setan!" Aurora memamerkan wajah tanpa dosanya kala melihat ekspresi kesal dari Langit.

🍃🍃🍃

Laki-laki itu kini berada di Ruang Kepala Sekolah. Awalnya ia kesulitan mencari ruangan tersebut karena ia samasekali belum mengetahui denah sekolah barunya ini. Selagi menunggu sang kepala sekolah, Ia mengamati setiap interior yang berada di ruangan ini. Simpel namun elegan. Kata yang tepat untuk menggambarkannya.

Dinding yang dicat putih dengan corak 2 bujur sangkar berwarna silver yang saling menyambung hampir di setiap sisi dinding membuat kesan artistik terpancar dari sana. 1 sofa panjang dan 2 mini sofa berwarna putih gading dengan meja kaca ditengahnya terlihat serasi dengan interior dinding.

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan lelaki paruh baya yang kemungkinan usianya sudah hampir mencapai kepala tiga. Lelaki itu duduk di samping kiri sofa panjang. Disisi Kananya terdapat remaja lelaki yang tengah berusaha untuk bersikap se-sopan mungkin.

"Kertas yang berisi pertanyaan untuk melengkapi Data diri kamu sudah diisi, nak?" Remaja itu mengangguk. Kemudian memberikan kertas yang di maksud. Kepala sekolah itu menerimanya, dan memperhatikan kertas yang kini berada ditangannya. Tak lama, kepala sekolah itu mengangguk.

"Mari bapak antar ke kelas kamu"

🍃🍃🍃

Suasana kelas yang bising karena tak ada guru yang mengajar perlahan meredup karena kedatangan kepala sekolah.

"Selamat pagi, anak-anak. Bapak mohon perhatiannya sebentar" Setelah di rasa semua murid memperhatikan, kepala sekolah melanjutkan ucapannya.

"Kelas kalian sekarang kedatangan murid baru. Silakan masuk, nak"

Seorang laki-laki bertubuh tinggi, tegap dan tampan itu mulai melangkahkan kakinya ke dalam kelas.

"Perkenalkan dirimu, nak" Lelaki itu mengangguk.

"Nama saya Arunika. Kalian bisa panggil saya Arka. Saya siswa pindahan dari Surabaya. Saya harap, kita bisa berteman baik" Ya, laki-laki itu adalah Arka. Arka mengakhiri perkenalannya dengan senyuman, membuat banyak siswi yang berada di kelas tersebut berteriak heboh kecuali seseorang. Dan seseorang itu menarik perhatian Arka.

"Minta id line dong, ka!"

"Nomornya berapa ka?!"

"Udah punya pacar belum ka?!"

Berbagai pertanyaan bersahut-sahutan, membuat suasana kelas semakin riuh. Kepala sekolah dengan segera menetralkan keadaan.

"Kalian bisa berkenalan dengan Arka saat istirahat tiba nanti. Nah, Arka, kamu bisa duduk bersama siswa yang disana"

"Baik, pak. Terimakasih, pak" Arka menyalimi tangan pak kepala sekolah kemudian mulai melangkahkan kaki ke tempat yang di maksud kepala sekolah tadi.

Kepala sekolah pun pamit dan melangkah keluar dari kelas. Seketika suasana damai yang tadi sempat tercipta, kini kembali ke dalam mode ruangan rumah sakit jiwa.

"Arka" Arka menyebut namanya, bermaksud untuk memperkenalkan dirinya kepada orang yang ada disampingnya.

"Langit" Keduanya saling tatap kemudian tertawa. Namun disela tawa itu, manik mata Arka tak lepas dari seseorang yang tadi tadi ia perhatikan.

A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang