Kini Aurora dan Langit tengah berada di ruang tamu rumah Langit. Aurora sengaja mampir karena ada sesuatu yang ingin ia ceritakan kepada sepupunya ini.
Aurora asik memakan kacang yang ada ditoples dalam pangkuannya. Sedangkan Langit sedang duduk manis diatas sofa yang berada tepat dibelakang Aurora. Tayangan tv saat ini memang acara yang Langit suka, wajar jika Langit menjawab seadanya pertanyaan ² dari Aurora.
" Lang, tadi Mita sempet ke Kantin "
"Kapan?"
"Tadi di sekolah. Pas jam istirahat"
"Masa? Kok gue nggak liat?"
"Gimana Lo mau liat. Posisi duduk Lo kan membelakangi pintu masuk ke kantin" ucap Aurora sinis
"Oh iya, lupa" Langit tertawa kecil " Trus gimana? Kok dia nggak join?"
"Nah itu dia yang bikin gue bingung. Gue juga kaget waktu dia bohong sama Lo dengan bilang dia nggak jadi ke kantin karena moodnya berantakan" Terdengar intonasi bingung dalam ucapan Aurora
Langit menghembuskan nafasnya pelan.
"Daripada negthink, kenapa nggak Lo tanya langsung aja ke orangnya?" Langit memberi saran.
"Gue ngga negthink, Lang.. gue cuma.. bingung aja sama sikap dia. Nggak biasanya Mita Kya gitu" ucap Aurora frustasi
"Nah, daripada Lo penasaran. Dan berujung berpikiran yang enggak-enggak sama temen Lo sendiri, mending Lo ikut saran gue tadi"
"Tapi kan nggak ada Mita disini" Langit langsung lompat dari sofa dan menjatuhkan diri tepat di depan Aurora. Sontak Aurora terkejut dengan tingkah Langit yang tiba-tiba.
" TRUS APA GUNANYA MARTIN COOPER, WILLIAM RAE YOUNG, DONALD COX, ERIC TIGERSTEDT, ANTONIO MEUCCI DAN ALEXANDER GRAHAM BELL YANG UDAH MENCIPTAKAN DAN MENEMUKAN TELEPON HAH?! TRUS APA GUNANYA JUGA MENDIANG MATTI MAKKONEN MENCIPTAKAN LAYANAN SOURCE MESSAGE SERVICE KALAU PENEMUAN NYA GK DIGUNAKAN DENGAN BAIK?!" Langit naik tangga:v eh naik pitam maksudnya:v
Aurora sweatdrop. Derp facenya tercetak jelas. Sedetik kemudian matanya mulai mengerjap-ngerjap."Ah iya iya, santai Bosque, jangan ngegas, ngeri nih gue nya" Aurora menjauhkan wajah Langit yang terlampau dekat. Langit pun menjauhkan wajahnya dan menghela nafas (lagi).
"Lagian gue percaya, Mita pasti punya alasan yang kuat soal itu" gumam Langit.
🌸🌸🌸
Aurora sudah beberapa kali mencoba menghubungi Mita. Namun hasilnya nihil. Teleponnya tidak diangkat.
"Lang, nggak diangkat nih"
"Coba gue yang telfon" Baru saja Langit ingin mencari kontak Mita tiba-tiba harus terhenti karena suara bel rumahnya berbunyi.
"Siapa tuh?" Tanya Aurora.
"Paling Bunda yang baru pulang dari RS." Langit mengangkat bahu dan mulai beranjak berdiri. "Gue bukain pintu dulu" Aurora mengangguk.
Langit berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia kira itu adalah bundanya. Ternyata dugaannya salah. Didepannya kini berdiri seorang laki-laki mengenakan kaus putih dibalut jaket bomber hitam dengan jeans hitam dengan tas ransel di punggungnya. Oh jangan lupakan memar biru di area wajahnya. Laki-laki itu sebaya dengan Langit.
"Syukurlah rumah Lo masih disini. Tadinya gue khawatir Lo pindah dari sini. Dan rumah ini udah dihuni orang lain" Lelaki itu tertawa kecil dengan sedikit meringis karena luka disudut bibirnya yang terasa perih.
"Rumah gue dari jaman ngestalk doi dari jauh sampe sekarang yang malah tambah jauh masih tetep disini. Tenang aja" Langit ikut tertawa. "Masuk kuy" ajaknya
Keduanya memasuki rumah Langit. Tak lupa Langit menutup pintu terlebih dahulu.
Aurora yang tadinya fokus menonton televisi menoleh. Melihat siapa yang datang.
"Arka?"
"Iya gue Arka. Mengidap Amnesia mendadak Lo?" Arka menghampiri Aurora dan meletakkan tas ranselnya di samping Aurora. Kemudian mendudukkan dirinya di karpet berbulu lembut milik keluarga Langit dan menjadikan sofa sebagai sandarannya.
Lelaki itu memejamkan matanya. Wajahnya yang memar terlihat amat letih. Nafasnya pun sedikit tidak teratur. Entah karena ia lelah atau apa.
Langit duduk didepan Aurora dan Arka dengan minum yang sebelumnya ia ambil dari lemari es.
"Arka, muka Lo..."
"Nanti aja jadi wartawannya. Gue capek" Aurora menelan salivanya saat Arka memotong ucapannya.
"Lang, gue boleh nginep disini ngga? Cuma buat malem ini" Arka membuka matanya dan menatap Sahabat masa kecilnya. Langit tertawa kecil.
"Udah gue duga Lo bakal ngomong itu." Arka mengangkat sebelah alisnya
"Kebiasaan Lo dari dulu nggak berubah. Tanda-tanda kalau Lo pergi dari rumah dan nginep di tempat lain buat berlindung" Langit melirik ransel milik Arka.
Arka ikut melirik dan tertawa."Jadi dapet tempat lain buat berlindung nggak nih gue?" Arka mengulang pertanyaannya
"All for you" Langit membalas
"Najis" ucap Aurora. Mereka bertiga tertawa bersama
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret
Fiksi RemajaA Secret Semua orang pasti mempunyai sebuah rahasia. Berbeda insan, berbeda pula rahasianya. Kisah ini bukanlah kisah kehidupan remaja yang penuh romansa percintaan. Kisah ini hanyalah segelintir kehidupan 4 orang remaja dengan berbagai rahasia yan...