Math🌠

459 71 15
                                    

Jisung sibuk berkutat dengan buku-buku yang ada di mejanya ini. Dia sudah berada di kelas akhir. Dan tak mungkin untuk tidak menyiapkan diri menghadapi ujian yang sudah ada di depan mata.

Jisung bisa kebilang merupakan siswa dalam jajaran yang cukup pintar dan berpontensi. Di setiap semesternya dia selalu berada dalam peringkat lima besar. Bodohnya Jisung selalu menolak tawaran para guru untuk mengikuti olimpiade-olimpiade sains, matimatis dan lainnya. Hal itu membuat Jisung dianggap sombong oleh banyak orang.

Jisung tak peduli dengan anggapan banyak orang itu. Karena alasan kenapa dia tak pernah menerima tawaran itu adalah pamannya yang melarang. Bahkan Jisung setuju dengan apa yang dikatakan oleh pamannya itu. Dia lebih senang menjadi siswa yang berpura-pura bodoh. Karena tak ada gunanya jika dia memiliki otak jenius namun tak memiliki satu orang teman.

Konsentrasi Jisung buyar ketika mendengar suara ricuh di belakangnya. Dengan enggannya dia menoleh ke belakang dan menghela nafasnya.

"Kenapa datang kemari? Kan aku sudah bilang jangan ikuti aku jika aku sedang sekolah"

"Aku akan menemanimu dan melindungimu"

Jisung tersenyum kecil, dia bisa menerima Minho sebagai temannya. Bahkan rasa senang amat menyelimuti hatinya, karena bisa memiliki teman seperti Minho.

"Terimakasih" balas Jisung lalu mulai fokus kembali pada bukunya. Membiarkan Minho yang asyik memperhatikannya.

"Kau tidak pusing membaca begitu banyak buku?"

Pertanyaan Minho membuat Jisung sedikit sedih. Terlihat dari raut wajahnya. Minho mulai menutup mulutnya, takut jika dia salah bicara dan pada akhirnya Jisung akan marah padanya.

"Tidak" balas Jisung, lalu tetap fokus pada buku tersebut. Minho mengangguk kecil.

"Aku tidak suka membaca buku" lanjut Minho, membuat fokus Jisung tealihkan padanya. Dia mulai menatap Minho penuh arti.

"Dari dulu aku benci membaca buku"

Hati Jisung terasa sakit mendengar hal itu. Sebuah kenangan manis pun terputar dalam kepalanya. Dia jadi merindukan teman semasa kecilnya itu. Satu tetes air mata pun membasahi buku yang tengah dibaca oleh Jisung. Sadar jika Jisung menangis. Minho mulai panik ketika melihat Jisung yang menangis.

"Kau kenapa?"

"Tidak, aku hanya sedih membaca buku ini" balas Jisung sembari memperlihatkan buku dengan banyak angka-angka itu.

"Matematika? Kau sedih karna pelajaran matematika?"

Jisung dengan bodohnya mengangguk kecil sembari mengusap kedua matanya. Lebih bodohnya lagi Minho percaya dengan apa yang dikatakan oleh Jisung itu.


...

Semoga suka:)

Fiesta, Minsung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang