"Oh...kau jalan-jalan bersama seseorang bukan bekerja hah?"
Jisung mengerutkan dahinya tak paham dengan yang diucapkan oleh pamannya itu.
"A-aku tak paham apa yang kau katakan, paman"
Pria yang lebih tinggi dan tua dari Jisung itu pun menyenderkan dirinya pada tembok. Lalu melipat kedua tangannya di depan dada. Matanya menatap intens setiap inci dari tubuh Jisung.
"Kau dibayar berapa?"
"Hah?"
Sekarang otak Jisung tak bisa bekerja. Karena pertanyaan dari pamannya itu. Bahkan dia tak tahu maksud dari pertanyaan itu. Ini lebih sulit dari soal ujian, bagi Jisung.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, aku melihatmu bersama pria lain"
Jisung pun mendapatkan sebuah jawaban. Mungkin pria yang dimaksud pamannya ini adalah Minho. Dan ini hanyalah sebuah kesalapahaman. Dan mungkin Jisung tak berani melakukan hal seperti itu hanya demi mebdapatkan uang lalu menjadi kaya.
"Aku tidak menjual diriku, paman. Dia hanya temanku"
"Begitu ya? Tapi paman harap kau melakukannya, kau tahu aku akan senang jika kau bekerja seperti itu untuk mendapatkan uang lebih banyak di banding bekerja di kafe-kafe itu, bayarannya tak jelas"
Jisung tersenyum kecut, apa semurahan itukah dirinya dimata sang paman?
"Seharusnya dari dulu aku tak membawamu kemari, tak ada untungnya jika kau tinggal bersamaku juga, yang ada kau selalu membuat hidupku susah"
Jisung ingin menangis, namun dia tak akan terlihat secengeng itu di hadapan pamannya. Dia menundukkan kepalanya, lantaran tak berani menatap pamannya itu. Bahkan yang lebih Jisung takutkan adalah kekerasan fisik yang selalu melukainya.
Awalnya Seungwoo sangat baik pada Jisung. Namun lama kelamaan dia merasa kehilangan satu-satunya kakak dia. Dan hal itu membuat Jisung di benci oleh Seungwoo, dia menganggap jika Jisung adalah penyebab kematian kakaknya. Setiap hari pun Jisung sering merasakan sakit di tubuhnya karena kekerasan yang dilakukan oleh Seungwoo padanya. Tak hanya itu dia terkadang merasa sakit hati, akibat omongan yang terlontar dari mulut sang paman.
Seungwoo menarik rambut Jisung kebelakang. Membuat Jisung harus merasakan sakit di bagian kulit kepalanya. Tak hanya itu dia merasa jika rambutnya terasa akan copot, karena di tarik sangat kencang.
"Pergilah dari rumahku, kau tak pantas berada disini. Kau sudah besar untuk tinggal di luar sana"
"T-tapi..."
"Kau ingin membantah apa yang aku katakan?" Tanya Seungwoo lalu membenturkan kepala Jisung pada tembok yang ada disana.
"Jangan siksa dia!!" Teriak seseorang yang membuat aktivitas Seungwoo terhenti. Dia menoleh pada ambang pintu rumah. Pria yang tak asing di penglihatannya, itulah yang ada dalam pikiran Seungwoo.
Seungwoo tersenyum penuh arti lalu melangkah untuk menghampiri pria tersebut, yang tak lain dan bukan adalah Minho. Dia menyeret Jisung lewat rambutnya, membuat Jisung tak kuasa menahan rasa sakitnya. Perlahan air matanya mulai keluar begitu saja.
Seungwoo mendorong Jisung ke hadapan Minho. Membuat Minho dengan gesit menahan Jisung agar tak jatuh ke bawah. Tangan milik Minho memeluk erat pria yang lebih muda darinya itu.
"Bawa dia pergi, dan jangan pernah menginjak kaki lagi disini!"
Minho tersenyum miring, dia ingin sekali memukul orang yang ada di hapannya ini. Namun, dia ingat jika orang tersebut adalah orang tua. Maka niatnya itu dia urungkan.
...
Hey aku gak nyangka bakal sebanyak ini yg baca, iya segini tuh dah banyak kata aku mah:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Fiesta, Minsung✔
Fanfiction[𝚌𝚘𝚖𝚙𝚕𝚎𝚝𝚎𝚍] Meski udah tamat, vote dan komennya tetap diharapkan oleh authornya:'( 『1』Minsung story ❝Selamat untuk teman kecilku, kau sudah lulus. Bahkan kau tak mengingat siapa aku❞ 🔺bxb area 🔺baku 🔺Alurnya kecepetan 🔺Homophobic? Out...