Tired🌠

338 52 13
                                    

Jisung menghela nafasnya, selalu seperti ini setiap kali dia harus kerja saat ujian tiba. Tak bisa membagi waktu dengan baik untuk belajar dan lainnya. Dia membanting tubuhnya di atas sofa. Namun tiba-tiba dia mengaduh kesakitan. Lantaran lupa jika sofa yang dia tiduri itu terbuat dari kayu hampir seluruhnya. Dia memukul sofa—lebih tepatnya kursi panjang itu.

"Kau kenapa?"

"Aku kesal dengan kursi ini"

Minho terkekeh, merasa terhibur dengan raut wajah Jisung yang lucu. Bahkan yang lebih lucunya dia kesal terhadap kursi kayu itu.

"Kenapa kau kesal pada kursi?"

"Dia sudah membuatku kesakitan"

Minho tersenyum lalu menghampiri Jisung. Tangannya terulur ke arah Jisung. Membuat pria berwajah tupai itu mengerjapkan matanya. Sebab tak mengerti dari maksud uluran tangan Minho.

"Ayo berdiri"

Dengan berat hati Jisung pun menerima uluran tangan Minho. Lalu berdiri dari tidurnya. Minho menuntun Jisung untuk mengikuti arah langkahnya dari belakang. Bahkan Minho tidak melepaskan pegangan tangannya. Hal itu membuat Jisung tersenyum kala melihat tangannya di genggam erat oleh Minho.

Sebuah kenangan manis pun mulai terputar kembali di dalam otak Jisung. Membuat Jisung semakin merindukan sosok yang sangat lama dia rindukan.

Sampailah mereka di belakang rumah. Tepatnya di halaman belakang rumah yang sempit itu.

Minho tersenyum menatap ribuan bintang yang berkelap-kelip indah. Jisung mengikuti arah penglihatan Minho. Dia ikut tersenyum ketika melihat begitu banyak bintang yang bersinar.

"Kau tahu jika orang yang sudah mati akan menjadi bintang?"

Jisung menoleh kesampingnya, lalu mengangguk kecil sebagai balasannya jika dia tahu tentang itu.

"Jika kau merindukan kedua orang tuamu maka lihat lah bintang-bintang di malam hari, mungkin salah satu diantara bintang itu adalah orang tua mu. Sekali pun seperti sekarang, kau sedang lelah. Jadi coba lihat bintang dimalam hari itu mungkin bisa menghilangkan rasa lelah mu"

Jisung tersenyum lalu mengangguk kecil kembali. Sebelumnya dia tak pernah memikirkan hal seperti itu. Setiap dia merindukan kedua orang tuanya, yang bisa dia lakukan adalah menangis, menangis, dan menangis.

"Jadi...jangan lelah" Ucap Minho sembari mengepalkan tangannya ke atas, bermaksud menyemangati Jisung. Hal tersebut membuat Jisung terkekeh pelan. Malam ini berakhirlah Jisung dan Minho menikmati indahnya bintang.

...

Fiesta, Minsung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang