11.🍈

2.6K 382 27
                                    

"Aku harus berada di posisi yang mana?

Atas atau bawah?"







Renjun memiringkan sedikit kepalanya kearah samping, mata serupa rubahnya membola besar menatap kebingungan pada dua bed kasur bertingkat dua di hadapannya.

Kopernya masih betah dia genggam.Pikirannya berkelana-Atas untukku. Titik.

Tapi sayangnya tak semua yang kita inginkan dapat kita dapatkan.

Karena nyatanya, Sebuah suara berat dari arah belakang tubuhnya telah terlebih dahulu memupuskan keinginannya untuk menjadi pihak atas.

Na Jaemin dengan wajah songong- menyebalkan berdiri di sebelah Renjun melipat kedua tangan didepan dada.

"Aku yang akan menjadi pihak atas"

Itu mutlak, dengan senyum yang tercetak miring.

Renjun sebenarnya tak masalah untuk menjadi pihak bawah,Toh sama-sama bisa di tempati dengan nyamankan?

Iya,Jika seseorang yang akan menjadi roommate nya berbicara dengan nada baik dan juga wajah ramah.

Dan ini?!!

Ada apa dengan wajah menyebalkan itu?

Renjun benci, sangat membenci apabila ada seseorang yang menatap padanya dengan begitu tak mengenakan seperti apa yang Na Jaemin telah lakukan sekarang ini .

Hei...Huang Renjun itu selalu di No satukan di tempat tinggalnya .Selalu di manja oleh sang kakek tercinta.
Walau sekarang Renjun sudah tak memiliki kedua orang tuanya disisinya.Setidaknya kasih sayang dari kakek-nenek Baba dan Mama dan juga pamannya tak pernah habis Renjun dapatkan. Malahan semakin bertambah besar.

Tetapi lihat !! Wajah dan tatapan tak mengenakan dari seseorang yang sejujurnya mulai Renjun benci untuk mengakui.Bahwa dahulu orang tersebut pernah menjadi alasan dirinya untuk tersenyum dan bangkit dari keterpurukan.

Oh!! Sepertinya Huang Renjun harus segera menarik rasa bersalahnya pada si pemuda Na tentang kejadian kemarin malam.

Renjun ingin membuktikan sekarang, dia ingin melihat, bagaimana seorang angkuh-egois Na Jaemin akan menjilat ludahnya sendiri.

Huang Renjun tersenyum miring. Menatapi tubuh Jaemin dari posisinya.dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Walau benci mengakui,, tetapi si Na ini memang memiliki tubuh yang sangat bagus dan juga tinggi.

Untuk pengakuannya yang terakhir, Huang Renjun sukses di buat mendengus setengah kesal.

"Bagaimana dia bisa tumbuh setinggi ini?

Hei..dulu dia sangat pendek!!"

Tanpa sadar ,Renjun mengerut dengan ekspresi lucu di wajahnya.

Jaemin yang memang sedari tadi mengamati-walau begitu benci mengatakannya. Jujur melihat apa yang tengah di lakukan oleh si murid baru itu sekarang_itu benar-benar terlihat sangat mengemaskan di mata Jaemin.

Jaemin mengumpat dalam hati,Bisa-bisanya dia di buat takjub dengan ekspresi wajah yang ,_ekhem_
Menggemaskan itu.

Jaemin memalingkan wajahnya.

"Cepat kemasi barangmu, Mark Hyung meminta kita untuk segara berkumpul di taman sekolah"

Berdehem agak canggung. Tanpa perlu repot menatap. Na Jaemin pun melangkah meninggalkan Renjun di dalam kamar dengan iringan tatapan kesal yang Renjun layangkan.Dan Jaemin cukup peka untuk menyadari hal itu.

Namun apa peduli nya?

"Na Jaemin ...menyebalkan. Pikun....

Awas saja nanti,jika kau mengingatku..."

Renjun tersenyum miring.




Ok ini pendek sekali 😪

Maaf ya,ff ku ini gak bisa panjang-panjang 🙏

Kapasitas otakku tak sebesar itu untuk menampung banyak ide untuk setiap cerita: (

Tapi aku berharap karya- karyaku tak terlalu buruk untuk kalian pilih untuk di baca 🙆

Terimakasih sudah mampir ,nge-vote,Coment dan nge-follow akun aku:)

Semoga kita bisa menjadi teman yang baik:)

Sampai jumpa di chapter selanjutnya:))

-ON TRACK- {JaemRen}☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang