CHAPTER 5

845 77 9
                                    

Tidak terasa sudah seminggu chenle bersekolah di SM. Dalam seminggu itu pula belum ada kemajuan antara dirinya dengan teman sebangkunya. Bagai duduk dengan patung menurut chenle. Tidak pernah sekalipun ia mendengar suara teman sebangkunya jisung.

Pernah beberapa kali chenle berusaha menarik perhatian jisung. Entah dengan 'secara sengaja' menginjak kaki jisung, atau bahkan menyenggol tangan jisung ketika ia sedang mengerjakan tugas. Alhasil tatapan tajam jisung mengarah pada chenle yang duduk mematung agak ketakutan dengan pandangannya. Makanya chenle berkomitmen untuk tidak lagi mengganggu teman sebangkunya itu.

Tapi sepertinya niatnya itu tidak mungkin terjadi. Nyatanya ada dua tugas kelompok yang melibatkan dirinya dengan jisung. Yang pertama adalah tugas mengerjakan makalah ekonomi. Dan yang kedua adalah tugas presentasi dalam bentuk video, untuk tugas ini setidaknya dikerjakan oleh enam orang dalam satu kelompok. Empat orang lainnya adalah renjun haechan jaemin dan jeno. Setidaknya chenle sedikit bersyukur dia dikelompokkan dengan sahabatnya. Untuk tugas kedua itu sendiri sudah diatur waktunya jadi chenle tidak perlu repot – repot berbicara dengan jisung. Sedangkan untuk tugas pertama entah apa yang harus dia lakukan.

Saat ini adalah jam pulang sekolah, dan chenle sendiri sudah memantapkan hatinya untuk mengajak jisung mengatur jadwal untuk membuat tugas ekonomi yang akan dikumpulkan minggu depan.

"Eum.. Jisung?" panggil chenle dengan suara yang lirih ketika jisung mulai membangkitkan dirinya dari bangku sekolah.

Kebetulan sekali saat itu hanya tersisa chenle sendiri di kelas, jadi tentu saja suara lirih chenle itu akan terdengar oleh jisung.

Jisung menghentikan niatnya untuk meninggalkan mejanya dan mengarahkan pandangannya ke arah chenle.

"E-eum itu... bagaimana dengan tugas ekonomi kita?"

"Ma-maksudku kapan kita mau mengerjakannya dan dimana?"

Jisung hanya menaikkan sebelah alisnya seolah berkata 'menurutmu?'

"Bagaimana kalau sabtu ini? Jam sepuluh pagi di All Day Cafe?" jawab chenle ketika melihat reaksi jisung tadi.

Mendengar itu jisung hanya menganggukkan sedikit kepalanya dan langsung berjalan meninggalkan chenle sendiri di kelas.

Melihat apa yang dilakukan jisung, chenle hanya bisa menghela nafasnya dan menenangkan dirinya.

'Setidaknya dia bereaksi dan menyetujuinya' batin chenle.

.

.

.

Bel memang telah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Saat ini haechan sedang berjalan ke arah gerbang sekolah berniat menunggu di halte bis. Memang hari ini haechan harus pulang sendiri. Tadi mendadak ayah lee menelpon mark tepat saat bel pulang berbunyi. Melihat mark yang berlari sejak mendapat telpon dan menghiraukan panggilan haechan, sepertinya kakaknya yang satu itu diharuskan sang ayah untuk segera hadir. Haechan juga tidak mau menunggu jeno selama sekitar dua jam hanya untuk pulang bersama. Maka haechan telah mengambil keputusan untuk pulang menggunakan bis.

Sesampainya haechan di halte bis ia bertemu dengan chenle yang sedang menunggu jemputannya. Padahal tadi haechan yakin chenle menolak untuk keluar bersama karena ada urusan sebentar di kelas, tapi entah mengapa chenle telah sampai duluan di halte.

"Chenle?"

"Haechan? Kau belum pulang dari tadi?"

Haechan menggelengkan kepalanya "Tadi aku ke perpustakaan dulu."

"Tadi bukannya kau bilang ada urusan di kelas?"

"Iya, tadi aku harus mengatur jadwal dengan jisung untuk mengerjakan tugas ekonomi."

SM SHS Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang