Tiga puluh dua. Gagal

743 81 7
                                    

vote dan komen dong hehe~ semoga suka ^^

Suasana diruangan tempat dimana Adriana membersihkan jiwanya dari jiwa-jiwa jahat yang tinggal didalam dirinya tersa sangat menakutkan dan mencekam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana diruangan tempat dimana Adriana membersihkan jiwanya dari jiwa-jiwa jahat yang tinggal didalam dirinya tersa sangat menakutkan dan mencekam. Beberapa tabib dan pelayan terus memeriksa keadaan Adriana dengan serius.

Semua tabib yang dibutuhkan sudah hadir disana. Lengkap dengan beberapa buku-buku tebal yang berisikan doa-doa dan ramuan-ramuan khusus yang akan dibuat nanti. Mereka semua berjalan kearah ranjang yang ditiduri oleh Adriana. Mereka berpencar disegala sudut ranjang. Salah satu tabib menatap Brian sebentar, seolah meminta ijin untuk memulai ritual pemebersihan jiwa sang istri. Dengan yakin, Brian akhirnya menganggukkan kepalanya walaupun dirinya juga gelisah.

Mereka akhirnya memulai ritual ini dengan beberapa doa-doa yang sangat asing ditelinga Brian. Dirinya merasa sangat gugup. Brian menghela napasnya lalu memejamkan matanya. Berharap jika ritual yang sedang dilaksanakan akan membuahkan hasil yang baik dan maksimal.

"Dengan nama leluhur, dengan nama jiwa yang baik, dengan segala nama jiwa yang akan tinggal ditubuh ini nantinya. Saya dan orang-orang yang berada disini, mewakili keluarga kerajaan untuk membersihkan jiwa dari saudari Adriana Daniela."

Setelah itu, salah satu tabib mulai berjalan mengelilingi Adriana. Tangan kirinya menggenggam guci bersikan air suci dan tangan kanannya menggenggam setangkai bunga dan memercikkan air suci kearah Adriana yang tengah berbaring itu.

Bibir tabib itu terus bergerak tanda dia sedang melafalkan do'a dan beberapa mantra. Belum ada tanda-tanda yang ditunjukkan oleh Adriana. Membuat beberapa tabib ikut melafalkan do'a dan mantra agar cepat bereaksi pada tubuh Adriana.

Brian memandang para tabib yang tengah menangani Adriana dengan pandangan khawatir. Telapak tangannya dingin malah bertambah dingin karena khawatir, takut jika ritual permbersihan jiwa yang sedang berlangsung gagal dan malah mengambil nyawa sang istri tercinta.

Tubuh Adriana yang tadinya diam menjadi kejang-kejang. Para tabib dengan sigap menahan kedua tangan dan kedua kaki Adriana agar tak bergerak terus. Mata Adriana menjadi melotot dan pupil matanya menjadi biru menyala. Gigi taringnya mulai muncul. Semua tabib terus menerus mengucapkan do'a dan terus berharap jika ritual ini akan berhasil.

Kejang-kejang yang dialami oleh Adriana semakin menjadi-jadi. Pupil mata Adriana yang tadi biru menyala berubah menjadi merah menyala, tanda jika jiwa lain sedang mengendalikan tubuh Adriana.

"Lepas."

Adriana mengatakan itu dengan nada yang dingin dan tajam. Matanya masih melotot sempurna. Urat-urat di wajah dan lehernya mulai terlihat. Tubuhnya mencoba bergerak melawan para tabib yang tengah fokus melakukan ritual dan menahan tubuhnya.

"Lepaskan aku!"

Adriana berteriak lebih keras. Membuat para tabib yang menahan tubuhnya hampir goyah dan terhempas karena kekuatan yang sedang berada didalam tubuh Adriana. Gigi Adriana mulai nampak. Malah lebih panjang dari biasanya, terlihat seperti taring serigala dewasa.

Lintas Waktu [Lee Jeno]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang