Chapter THREE: The Development of our Relations

115 18 2
                                    

[2025, Starbucks]

"How are you?" 

Pertanyaan Johnny memecah sunyi beberapa detik setelah Sonia duduk. Perlu beberapa waktu bagi Sonia untuk menyesuaikan diri dengan bau kopi a la Starbucks yang sudah lama tidak ditemuinya. Sonia menghela napas, mencoba menjawab pertanyaan Johnny barusan. 

"Baik"

Johnny mengangguk pelan. Ia meminum kopinya, lalu kembali bertanya, "Tadi ke sini naik apa?"

"Taksi online

"Lo ga berubah ya" Johnny meminum kopinya lagi. "Dari dulu kalo ga naik ojek, ya taksi online

Sok tahu. Batin Sonia. Butuh banyak kesabaran bagi Sonia untuk tidak benar-benar mengucapkan batinannya. Ia menghela napas lagi, sabar, batin Sonia lagi. Pada akhirnya,"Jadi, ada apa?" adalah yang keluar dari mulut Sonia. Perkataan ini membuat Johnny membetulkan postur duduknya menjadi lebih tegap, meletakkan tangannya ke meja, sambil memegangi cup kopinya. Mode serius, itulah setidaknya yang Johnny ingin tunjukkan. 

"Sonia, ada banyak alasan kenapa gue pengen ketemu lo. Tapi yang paling utama, gue pengen jelasin sesuatu" 

Sonia menghela napas lagi, untuk keseribu kalinya. "Apa yang perlu dijelasin?"

"Ya......kita?" pertanyaan Sonia ini membuatnya semakin gugup. 

Dan fakta bahwa Sonia belum meletakkan tasnya atau menyentuh chai tea yang ia suguhkan hingga sekarang, membuatnya lebih gugup lagi. 

"Nggak ada yang perlu dijelasin soal itu" 

"Ada. Dengerin dulu"

"It's been five years."

"I know, that's why-"

Sonia pusing. Ia tak ingin mendengarkan penjelasan apa pun. Tidak, ia tak siap mendengarkan penjelasan apa pun. Apa yang akan terjadi selanjutnya? pikir Sonia. Apakah Johnny akan berkata "Sonia, yang saya lakukan ke kamu itu nggak adil" dan disambut oleh jawaban Sonia yang singkat, padat, dan jelas; "Johnny, yang kamu lakukan ke saya itu....jahat" seperti Cinta kepada Rangga. Oh, pantas saja, situasi ini terasa familiar. Sehingga sebelum Johnny menjelaskan semuanya, Sonia angkat bicara,

"Udah lama, John. Just let it be. Makanya aku bilang nggak ada yang perlu dijelasin" 

Johnny menahan penjelasannya. Ia benar-benar diam seribu bahasa melihat Sonia yang menatapnya. Sonia jarang menatap mata orang jika berbicara, dan ini berarti Sonia benar-benar sungguh-sungguh. Johnny mengerti, ia kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi, menunduk. Meninggalkan hening beberapa menit, sebelum ia kembali mencoba menjelaskan,

"Sonia," panggil Johnny, "Do you still remember the first time we met?" 

"I don't care," sebuah jawaban yang benar-benar membuat Johnny kaget. "The first time wasn't matter at all" jawab Sonia. Kali ini rautnya benar-benar mengungkapkan bahwa ia ingin keluar dari tempat ini, segera. "It's how you left the impression, that matters" 

***

BONUS:

"Pokoknya nanti ojok nangis"

Winwin sudah mengulang perkataan yang sama kesekian kalinya. Bukannya Sonia yang mulai muak, melainkan Kai, "Sonia gak nangisan koyok kon" katanya. 

"Bener" Sonia mengamini pernyataan Kai, sesekali Sonia membetulkan bluetooth headset yang sedang menyambungkan group call yang diinisiasinya untuk mengabari: aku sedang dalam perjalanan bertemu Johnny. Lima belas menit telepon ini berjalan, sepuluh menit di antaranya penuh dengan Kai dan Winwin yang saling melempar wejangan kepada Sonia. Jangan menangis, jangan tersenyum, jangan melotot, apalagi pake acara menyiram Johnny kayak di drama-drama. 

Sonia hanya bisa menjawab dengan iya-iya saja. Walaupun sebenarnya ia tak benar-benar mendengarkannya. Pandangannya terlalu fokus ke jalan, mengarahkan driver taksi online agar tidak salah mengambil jalan. Sementara di seberang saluran lain, Jeffrey yang sedari tadi diam mulai berbicara, "Sonia, aku cuma mau pesen satu hal"

"Ya, Jeff?"

"Aku tahu mungkin kamu sekarang dendam kesumat........tapi mendengarkan itu...nggak sulit kok"

Taksi mulai memasuki parkiran Starbucks, membuat Sonia harus segera bersiap, turun dan menghadapi Johnny. Apasih, kayak perang aja. Bersamaan dengan Sonia yang telah turun dari taksi, ia mengucapkan terima kasih kepada bapak driver, dan teman lamanya, Jeff. 

"Thanks, Jeff. I will try" 

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Westphalia | JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang