2.3 Paper Conference: The Plane

97 19 1
                                    

Anak HI pasti sering keluar negeri.

Begitulah stereotip yang sering Sonia dengar sebelum masuk jurusan ini. Tak heran, belajar HI memang mengharuskan mahasiswanya untuk berada di garis depan dalam interaksi dengan dunia internasional. Berbagai kegiatan mahasiswa di dalamnya juga selalu meminta para mahasiswanya untuk entah melancong ke luar negeri, atau menerima tamu dari luar negeri. Di awal masuk, salah satu dosen mengingatkan para mahasiswa untuk segera menyiapkan paspor. Bukan berarti mereka akan dikirim ke luar negeri dalam waktu dekat, namun kesempatan memang terkadang datang tanpa aba-aba. 

Seperti Sonia yang saat ini mencoba mengadu potensinya lewat kegiatan Paper Conference. 

Sonia tidak pernah begitu percaya diri akan kemampuan menulisnya jika mas Brian, dosen kebanggaan jurusannya itu, mendorong Sonia untuk mencoba mempresentasikan hasil penelitiannya di konferensi internasional. Pengalaman diplomatic course kemarin sepertinya sudah cukup mengajarkannya bahwa sepertinya dia harus mencari cara lain untuk berkarya di HI selain melalui MUN. 

Jadilah sekarang Sonia berangkat ke Bangkok, tempat konferensinya diadakan, bersama delegasi lainnya; Kaila, Theo dan Johnny. 

"Sebenernya gue ga mau ikutan" kata Theo sambil meminum air yang tadi dibelinya di Indoapril bandara

"Tapi gue pikir-pikir boleh juga, ke Bangkok dibayarin kampus. Gue bisa jalan sambil hunting foto di sana hahaha. Terus gue kirim abstrak ke panitianya, diterima. Yaudah ikut deh" 

Kaila menanggapi Theo usil, "Aku sih siap kalo Theo butuh model". Tetapi Theo dengan sigap menolak tawaran Kaila, 

"Aliran fotografi gue bukan foto yang ada modelnya, jadi lo pergi sana jauh-jauh jangan masuk di frame kamera gue" katanya. 

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah satu jam rombongan delegasi ini menunggu di ruang tunggu bandara. Sejak satu jam yang lalu pula, Johnny menutup telinganya dengan headset, Kaila dan Theo sibuk berdebat, dan Sonia menikmati debat kedua temannya sambil memakan Roti Boi sebagai sarapan. Tinggal satu jam lagi keempat delegasi akan boarding, berarti satu jam lagi Sonia harus menunggu. Bosan mendengarkan debat Kaila dan Theo, Sonia mengikuti Johnny menutup telinganya dengan headset pula. 



You call it love
All the wishes in my mind
Soared into the skies
Where reflected
In my own eyes


"L'etudiante?" 

Sonia tersentak saat seseorang menarik headset kirinya. Rupanya Johnny sempat mengintip pilihan lagu Sonia. You Call It Love. Sebuah original soundtrack dari film Perancis 'L'etudiante'.

"Iya" 

Johnny menunjukkan handphone-nya yang juga sedang membuka aplikasi musik dengan maksud: kita lagi dengerin lagu yang sama. 

"Kamu tuh....fans Sophie Marceau ya?" tanya Sonia heran, "Waktu itu kamu nonton La Boum, sekarang dengerin ini juga" 

Johnny tertawa kecil, "Sophie Marceau cantik, Son" katanya. Sonia meresponnya dengan mata memicing, ia tak suka aktris kesukaannya hanya dilabeli cantik saja di mata orang, "Sophie Marceau terlalu gorgeous untuk dikasih alasan cantik doang" 

"Benar" jawab Johnny setuju dengan pernyataan Sonia. Johnny mengangguk sambil memandang Sonia, menambahkan kata-kata pernyataan setuju; "She's gorgeous" . 

"Tapi John tahu ga sih, aku tuh masih nggak paham kenapa headphone scene di 'La Boum' itu romantis" 

"Tapi John tahu ga sih, aku tuh masih nggak paham kenapa headphone scene di 'La Boum' itu romantis" 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 "Kenapa emangnya?"

"Kalo aku jadi Vic nih ya, dipasangin headphone sama orang dari belakang itu ngagetin. Bisa-bisa aku tendang orangnya. Ngagetin ae, mbok ya jawil-jawil dulu gitu....

Johnny lagi-lagi tertawa. Scene yang dimaksud Sonia adalah di mana Vic, dimainkan oleh Sophie Marceau alias pemeran utama film tersebut bertemu cinta pertamanya di sebuah pesta. Sang pemeran laki-laki memasangkan sebuah headphone dari belakang, memutar lagu ballad romantis di tengah gemerlap pesta. Cukup romantis, karena sebenarnya Vic menantikan kehadiran seseorang di hidupnya. 

"Itu karena lo célibataire, makanya lo gabisa relate" ejek Johnny. Sementara Sonia tentu tak mau diam, ia masih bersikukuh bahwa headphone scene tidak romantis. "Tu es célibataire aussi!" jawab Sonia, memukul pelan Johnny yang mengejeknya barusan. Keduanya masih saling mengejek, seakan lupa bahwa Theo dan Kaila juga berada di sana.

"Kalo lo berdua es celibataire, gue es doger" kata Theo, tidak percaya dirinya dan Kaila menyaksikan Johnny dan Sonia yang......terlihat lebih dekat dari biasanya. 

"Sido budhal gak iki? Opo ngombe es wae? Wes dibuka ikulo pintu e"  ajakan Kaila membuyarkan perseteruan di ruang tunggu bandara itu. Membuat semuanya berdiri dan menuju ke arah pintu masuk boarding.  

Sonia mengintip tiket Johnny, yang ternyata mendapatkan seat tepat di sebelahnya. Ia mendapatkan tempat duduk di dekat aisle atau lorong. Sementara Johnny mendapatkan window seat. Sementara Kaila dan Theo mendapatkan tempat duduk yang terpisah. 

Kok bisa cuma aku sama joni yang dapet sebelahan sih?, pikir Sonia heran. 

"Tuker tempat duduk ya ntar" Johnny mengaburkan keheranan Sonia. Nampaknya Johnny menyadari temannya itu mengintip tiket miliknya. 

Sonia menolak, "Ndak usah kali" 

"Lo kalo duduk di aisle seat bukannya liat awan tapi liatin gue. Jadi kalo lo nolak berarti lo emang mau liatin gue" goda Johnny, Sonia tak habis pikir dengan keusilan Johnny pagi itu. Tetapi keheranannya semakin bertambah ketika Johnny menambahkan pernyataannya, 

"Soalnya kan lo suka liat awan kalo lagi di pesawat" 

Tunggu dulu.
Kok dia bisa tahu? 

Kok dia bisa tahu? 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

 P.S: 

* Tu es célibataire aussi! = Kamu juga jomblo!



Westphalia | JohnnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang