Sesampainya di kamar, aku menutup pintu dengan keras.
Lalu menjatuhkan badanku ke kasur dan menutup muka dengan bantal.
Tidak lama kemudian, terdengar suara seseorang membuka pintu yang aku yakini dia adalah ibu.
Dia menghampiriku dan duduk di sebelahku, lalu mengusap rambutku dengan halus.
Dia tidak bicara satu katapun pada saat itu.
Jika ayah selalu bisa membuatku tertawa, ibu selalu bisa membuatku nyaman didekatnya.
Dia adalah orang yang bisa menangani aku disaat sedih ataupun kesal.
Untuk itu aku sangat sayang pada ibuku.
Namun bukan berarti aku tidak menyayangi ayahku, aku juga sangat sayang pada ayahku.
Aku mulai merasa sedikit lebih tenang sekarang.
Aku pun menjauhkan bantal dari mukaku, dan mulai menceritakan kekesalanku pada ayah ke ibu.
"Pathan kesel sama ayah." ucapku.
"Kenapa sayang?" jawabnya lembut.
"Ayah ga asik, sekarang ayah lebih mentingin kerjaan daripada pathan." keluhku.
Ibu hanya diam dan mendengarkan celotehanku, sambil tetap mengusap kepalaku.
"Pathan lagi ngerasa kesepian sekarang, seenggaknya ayah bisa luangin waktunya buat nemenin pathan." keluhku lagi.
"Pathan inget ga? waktu dulu mau berangkat sekolah. Pathan demam, pas ibu pegang dahi Pathan panas banget." menjawab keluhanku.
Aku melihat wajah ibu, entah kenapa aku selalu tenang ketika melihat wajah ibu.
"Dulu saking paniknya, ayah langsung bawa pathan ke rumah sakit. Ayah nemenin pathan seharian, sambil bacain cerita kesukaan Pathan. Ayah ga jadi kerja deh, itu kan tandanya ayah sayang sama Pathan lebih dari pekerjaannya." tambahnya.
Aku mulai berfikir apa yang dikatakan ibu itu benar, mungkin aku yang terlalu egois.
"Pathan tau ga? Engga selamanya pekerjaan lebih penting dari Pathan, begitu juga sebaliknya. Tapi engga berarti juga salah satunya jadi engga penting. Intinya, ayah harus milih mana yang harus didahuluin. Untuk kali ini pekerjaan ayah lebih penting, itu namanya prioritas sayang." tambahnya lagi.
Sedikit tidaknya aku mengerti apa yang diucapkan ibu, aku akan selalu mengingat ucapan ibu yang satu ini.
"Yaudah, kita sarapan yu? Kamu pasti laper." ajak ibu.
"Ibu masak apa?" tanyaku.
"Ibu masakin Pathan telur mata sapi." jawab ibu.
"Yaudah ayo bu, Pathan juga udah laper." jawabku.
Kami pun pergi ke ruang makan untuk sarapan.
Aku sudah duduk bersama ibu di meja makan, untuk sarapan bersama.
Seperti biasa ibu selalu menyiapkan makanan untukku.
Selagi ibu menyiapkan makanan, aku bertanya pada ibu.
"Ayah mana bu?" tanyaku heran.
"Ayah udah berangkat sayang." jawab ibu.
Aku merasa bersalah karena untuk pertama kalinya, aku tidak mencium tangan ayah sebelum dia pergi bekerja.
Setelah sarapan, seperti biasa aku selalu menghabiskan waktu dengan bermain game di komputer.
Di kamarku, sendirian.
Tidak terasa langit sudah gelap, mataku juga sudah mulai lelah.
Sekarang sudah pukul 9 malam, aku pun bersiap untuk tidur.
Dan lagi, ketika aku akan tidur.
Aku selalu melihat foto itu.
Aku harap, aku bisa mengulangi moment itu kembali.
Amiiin
***
Hai Readers
Jangan lupa follow, vote dan juga komen ya.
Jangan lupa juga berkunjung ke:
Instagram:
@yowandhaaEmail:
sapatanaladipodcast@gmail.comTerimakasih.
Selamat membaca, jangan takut menanti. Ingat, ada hal yang indah dari sebuah penantian.
Peluk hangat dari aksara.
Terimakasih dan sampai jumpa ✌🏼
Note:
Update setiap hari sabtu ya Readers.Jika sempat, update maksimal seminggu 3 kali.
#trust #teen-fiction #mentalbreakdown #choice #viral #relationship #ego #romance #wattys #parenting
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleased With My Choice
Teen Fiction(DARK CONTENT) Ego membuatku hidup, ekspetasi membuatku redup. Aku tidak pernah berandai juga bermimpi, karena aku anggap itu hanya sebagai sebuah ekspetasi. Hari ini, kali pertama aku kecewa. Karena sekarang aku tersadar bahwa sejak dari dulu aku m...