Not Like Usual

149 46 26
                                    

Cahaya matahari mulai merambat masuk melalui jendela, menyorot halus ke arah wajahku.

Silau, hingga akhirnya aku terbangun.

Dengan samar aku melihat ibu sedang membuka gorden, perlahan sosok ibu mulai terlihat jelas.

Ibu melihat ke arahku dan lalu berkata.

"Sayang, udah bangun kamu nak. Baru aja ibu mau bangunin." seperti biasa, suara ibu selalu halus sehingga enak untuk didengar.

Ibu menghampiriku dan duduk di sebelahku.

Ibu mencium kepalaku, lalu mengusap kepalaku seperti biasa.

Tidak lama kemudian, terdengar pria bersuara berat berteriak memanggil namaku.

"Pathan."

Suara tersebut seperti berasal di halaman rumahku, persis.

Aku pun bangun dan melihat halaman rumah di balik jendela, aku sangat terkejut melihatnya.

Aku mengusap mata, memastikan bahwa apa yang aku lihat itu nyata dan bukan mimpi atau hayalan.

Aku melihat ayah sedang tersenyum ke arahku, namun bukan itu yang membuatku terkejut.

Aku melihat tenda yang belum selesai terpasang oleh ayah, yang artinya akan ada pesta di halaman rumah.

Saking antusiasnya, aku langsung bergegas menghampiri ayahku.

Turun dari ranjang, menggunakan sandal dan lalu berlari menuju halaman.

"Than, sarapan dulu sayang." teriak ibu.

"Iya bu, nanti dulu." jawabku teriak, sambil berlari.

"Hati hati than, jangan lari-lari." sahut ibu.

Kamu bisa bayangkan seberapa bahagianya aku kala itu.

Kamu tau, hal yang paling indah dari sebuah ekspetasi adalah ketika ekspetasi itu dapat terwujud.

Sampai di halaman rumah, aku melihat ayah sedang memasang tenda sendirian.

Aku bergegas menghampirinya dengan niat untuk membantu.

"Yah, biar pathan bantu pasang tenda ya?" tanyaku.

"Ga usah sayang, pathan udah sarapan?" tanya ayahku.

"Nanti aja yah sarapannya, pathan mau bantu ayah dulu." jawabku, yakin.

"Udah ini sama ayah aja, ayah bisa ko. Pathan sarapan dulu gih." jawab ayahku, sambil tersenyum dan mengelus kepalaku.

"Than sini sayang, sarapan dulu." teriak ibu di dekat pintu.

Tanpa banyak tanya, aku menghampiri ibu untuk pergi sarapan.

Setidaknya ini bukan menjadi masalah besar bagiku, karena keinginanku untuk membuat pesta di halaman rumah sebentar lagi terkabul.

Kami pun sampai di ruang makan.

Jika biasanya ibu selalu membuatkan susu hangat untukku.

Kali ini, aku ingin membuat susu hangat untukku sendiri.

"Bu, biar pathan aja yang buat susunya." ucapku.

"Ga usah than, kamu duduk aja sayang. Biar ibu buatin, spesial buat kamu." seraya tersenyum.

Aku pun duduk dan mulai merasa sedikit badmood.

Semua hal yang coba aku bantu, semuanya dilarang.

Ibu datang lalu memberikan susu hangat itu padaku.

Tidak seperti biasa, aku tidak langsung meminum susu hangat yang ibu bawakan.

Ibu duduk, lalu melihatku dalam.

"Kenapa sayang?" tanya ibu.

"Pathan bisa ko bantu ibu sama ayah, pathan kan kuat." gerutuku.

"Sayang, ibu ga mau pathan cape. Ibu sayang pathan." jawabnya halus.

Aku pun hanya diam, lalu meminum susu hangat tersebut.

Aku berpikir bahwa mereka menyangka aku akan mengacaukan semuanya, apa aku tidak berhak punya kesempatan?

Maksudku, aku tidak pernah dibiarkan menyelesaikan masalahku sendiri.

Dulu aku sempat menjatuhkan susu hangat yang ibuku bawakan, secara tidak sengaja.

Aku lekas mengambil alat pel, untuk membersihkannya.

Namun ibu lekas mengambil alat pel itu dariku, dan membersihkannya untukku.

Aku pun selesai meminum susu hangat yang ibuku bawakan, dalam sekali teguk.

"Sayang dengerin ibu, Pathan ga usah repot-repot lagi untuk bantu pekerjaan ayah atau ibu." ucapnya dengan kelembutan khas ibuku.

"Tapi kenapa bu? Itu kan buat Pathan juga." tanyaku tidak setuju, tidak seperti biasa.

"Semua pekerjaan di rumah ini udah jadi tugas ibu sama ayah nak, termasuk ngurus Pathan. Tugas Pathan cuman belajar. Kalo Pathan berprestasi di sekolah, ibu sama ayah juga bakal bangga sama Pathan." ucapnya, menutup kalimat dengan senyuman.

Ya, dari sini aku mulai paham apa yang diinginkan oleh orang tuaku.

***

Hai Readers

Jangan lupa follow, vote dan juga komen ya.

Jangan lupa juga berkunjung ke:

Instagram:
@yowandhaa

Email:
sapatanaladipodcast@gmail.com

Terimakasih.

Selamat membaca, jangan takut menanti. Ingat, ada hal yang indah dari sebuah penantian.

Peluk hangat dari aksara.

Terimakasih dan sampai jumpa ✌🏼

Note:
Update setiap hari sabtu ya Readers.

Jika sempat, update maksimal seminggu 3 kali.

#trust #teen-fiction #mentalbreakdown #choice #viral #relationship #ego #romance #wattys #parenting

Pleased With My ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang