Sekarang, aku sedang dikamarku sendirian.
Tepat pukul 10 malam, sudah 1 jam berlalu dari live awalku pada pukul 9 malam tadi.
Sudah ada 500 orang lebih yang menonton, sepertinya mereka penasaran dengan apa yang akan aku lakukan.
Aku sambut mereka dengan hangat dan akan memberi mereka sedikit kejutan di akhir.
Lalu, aku menceritakan lagi masalah berat yang sedang aku alami.
Aku tidak tau harus bagaimana sekarang.
Aku tidak terlatih, ada pada situasi seperti ini.
Aku bingung mau bercerita mulai dari mana.
Intinya.
Malam itu, tidak seperti biasanya ayah bekerja sampai larut malam.
Ibuku khawatir akan hal itu dan memutuskan untuk menunggu ayah sampai pulang.
Pada saat itu juga, aku sedang terpuruk karena mendengar perempuan yang sangat aku cintai akan segera menikah.
Perempuan spesial yang pernah ada dalam hidupku.
Perempuan yang membuatku percaya pada diriku sendiri.
Dan perempuan yang selalu percaya dengan apa yang aku lakukan.
Perempuan itu bernama Kanaya Putri, sosok perempuan periang, suka tertawa dan suka bercanda.
Untuk itu aku tidak pernah bosan berada di dekat Naya, sungguh.
Jika ibu tidak pernah marah dengan semua masalah yang aku perbuat dan selalu membantuku menyelesaikannya.
Naya adalah sosok kebalikannya, dia selalu ngomel jika aku membuat masalah dan membiarkanku menyelesaikannya sendiri.
Aku masih ingat, ketika aku terlambat masuk sekolah dan lupa mengerjakan pekerjaan rumah.
Dulu mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Aku dihukum Pa Toni.
Dia menyuruhku menulis,
"Aku berjanji tidak akan terlambat dan lupa mengerjakan pekerjaan rumah lagi".
Di dua lembar kertas penuh.
Ketika jam pelajaran sudah berakhir, semua murid sudah mulai meninggalkan kelas.
Naya duduk disebelahku, melihat aku yang belum selesai mengerjakan hukuman dari Pa Toni.
"Makanya, kalo ada tugas kerjain." celetuk Naya.
Naya tidak berani berkomentar mengenai aku yang terlambat, karena Naya lebih sering terlambat daripada aku.
"Namanya orang lupa, bukannya dibantuin malah dinyinyirin." jawabku.
Naya kembali diam dan melihatku menulis.
"Nay, bantuin dong. Tanganku udah pegel nih." keluhku.
"Yeeeh, yang dihukum kan kamu. Masa aku yang harus beresin, udah dikit lagi itu." jawabnya.
"Iya, iya. Bawel." celetukku.
Naya menjewer telingaku.
Tapi dengan Naya menemaniku, aku sudah tau bahwa sebenarnya Naya peduli.
Dan sekarang, aku rasa Naya sudah tidak lagi peduli padaku.
Tidak lama, aku mendengar ibuku menangis histeris.
Aku pun lekas menghampiri ibu dan mencari tau apa penyebabnya.
Ibuku mendapat kabar lewat sambungan telepon, bahwa ayahku meninggal karena kecelakaan.
Aku sangat lemas mendengarnya, sampai tidak bisa lagi berkata-kata.
Aku pun memeluk ibu, mencoba menenangkannya.
Tiba-tiba ibu memegang dada seperti kesakitan, lalu pingsan dan aku membawanya ke rumah sakit.
Dokter mendiagnosis ibu terkena serangan jantung dan sekarang ibu sedang sekarat di rumah sakit.
Parahnya lagi.
Aku mendapat kabar dari pihak bank, bahwa ayahku mempunyai hutang yang sangat besar.
Ditambah lagi, aku harus berfikir bagaimana cara membayar biaya rumah sakit ibu.
Apa yang harus aku lakukan?
Aku rasa sekarang berdoa saja tidak cukup.
Rasanya aku ingin menangis, meratapi betapa menyedihkannya aku saat ini.
Air mataku akhirnya keluar, mungkin sudah seharusnya.
Karena semua yang aku butuhkan semuanya diambil secara bersamaan.
Pada siapa kini aku harus bercerita?
Aku merasa tidak punya siapa-siapa lagi untuk membantu semua masalahku saat ini, kurasa ini akhir bagiku.
Semua prestasi yang aku raih, tidak bisa membantuku sekarang.
Aku pun mulai menangis sekencang-kencangnya.
Seperti orang stress, kehabisan akal.
***
Hai Readers
Jangan lupa follow, vote dan juga komen ya.
Jangan lupa juga berkunjung ke:
Instagram:
@yowandhaaEmail:
sapatanaladipodcast@gmail.comTerimakasih.
Selamat membaca, jangan takut menanti. Ingat, ada hal yang indah dari sebuah penantian.
Peluk hangat dari aksara.
Terimakasih dan sampai jumpa ✌🏼
Note:
Update setiap hari sabtu ya Readers.Jika sempat, update maksimal seminggu 3 kali.
#trust #teen-fiction #mentalbreakdown #choice #viral #relationship #ego #romance #wattys #parenting
KAMU SEDANG MEMBACA
Pleased With My Choice
Teen Fiction(DARK CONTENT) Ego membuatku hidup, ekspetasi membuatku redup. Aku tidak pernah berandai juga bermimpi, karena aku anggap itu hanya sebagai sebuah ekspetasi. Hari ini, kali pertama aku kecewa. Karena sekarang aku tersadar bahwa sejak dari dulu aku m...