Jaemin duduk di kursi halte yang paling pojok. Mata nya tertutup seiring dengan musik ballad yang terus terputar disekitar nya karena earphone yang dia pakai. Namun, itu hanya sementara. Setidaknya sementara ketika tiba-tiba dengan tak berperasaan nya ada sebuah tangan mungil yang mencopot earphone sebelah kiri Jaemin, dan dengan wajah polosnya dia berkata, "Halo, kenalin aku Minju. Kamu Na Jaemin, 'kan?"
Jaemin mengangkat satu alisnya. "Kok tau?"
Minju terkekeh pelan dan menggeleng. Lalu, kembali memasangkan earphone Jaemin yang tadi sempat ia copot. Tanpa Minju sadari sebenarnya… dari pertemuan kali pertama mereka tersebut, Jaemin sudah menganggap Minju sebagai gadis yang sangat menarik. Entah dari dalam fisik, ataupun dalam nya.
Mengapa dalam nya juga ikut tersebut? Oh, tentu saja. Karena, ketika mereka satu bus, Minju tidak sungkan untuk memarahi orang-orang yang asik duduk tanpa memberi kursi pada lansia atau ibu hamil dihadapan nya. Dan Jangan lupakan, bahkan dia menjadi semakin menarik ketika mengatakan suatu kalimat kramat yang seharusnya tidak diucapkan wanita.
"Jaem, aku suka sama kamu. Mau ya, jadi… pacar aku?"
Hari itu Seoul baru saja memasuki musim gugur. Daun maple yang berjatuhan disekeliling taman sekolah, bagaikan memberi suasana romantis diantara mereka. Jaemin menyukai Minju juga sungguh, dia sangat bahagia mendengar sepatah kalimat yang diucapkan gadis itu tadi.
Dengan sedikit ujung bibir yang terangkat, Jaemin berkata, "Oke, mau."
Dan sialnya, waktu itu Jaemin belum mengetahui apa yang terjadi dengan ayahnya beserta Minju. Jika dia tahu, tentu saja dia akan menolak gadis itu barusan. Kini… semuanya terlambat, lidah Jaemin terlalu kelu untuk berkata 'putus' dan batin nya selalu berteriak ketika dia ingin mengukir kenangan bersama Minju.
Hyeonjoo tidak pernah memedulikan nya, namun Jaemin tidak bisa berhenti peduli pada pria sialan itu. Dada nya terus saja berdenyut sakit ketika mengingat Minju merupakan salah satu faktor akan hancurnya rumah tangga Hani dan Hyeonjoo. Oh, bukan hanya rumah tangga sepertinya. Keluarga mereka—maksudnya anak mereka juga, selalu ikut sedih menderita dikarenakan itu semua.
Andaikan Jaemin bisa memilih, dia ingin agar waktu kembali terulang. Dia tidak peduli harus diulang dimasa kapan—entah saat dia pertama kali bertemu Minju, mengetahui rahasia rumah tangga ayah ibunya, atau… ketika Minju sekarat hari ini dikarenakan Jaemin tidak bisa menyelamatkan gadis itu.
****
Yuri menautkan alisnya kesal. Dia menatap Jaemin dari atas ke bawah dan berkata, "Gue gak ngerti. Kepala sama perut Lo ikutan diperban gitu, tapi Lo bilang Lo yang nyelakain Minju? Gimana bisa coba?"
Jaemin mengedikkan bahu. "Y-ya, bisa ajalah. Namanya juga berantem, masa satu orang doang yang luka?"
Yuri menatap Jaemin tidak mengerti. Namun, setelahnya dia hanya memutar mata tidak peduli dan kembali memasukkan ponselnya. Yuri tau sebenarnya Jaemin berbohong dan mencoba melindungi dalang dari semua ini agar tak Yuri jebloskan penjara. Namun, dia hanya mencoba menjadi gadis polos yang tidak tahu apa-apa supaya lelaki itu dapat menjalankan aksi nya dengan mudah.
Jaemin ingin melindungi dalang dari semua ini? Baiklah, Yuri akan mengikuti permainan aneh lelaki itu dengan senang hati. Setidaknya iya sampai Minju bangun dari koma nya dan mengatakan segala kebenaran pada gadis itu.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
UGH! [Jaemin Minju] | ✓
Fanfiction"Berhenti, jaem. Kamu cinta sama aku." "Enggak, gue gak cinta sama Lo." "Iya, itu yang ada di mulut kamu. Tapi, yang ada di hati dan mata kamu beda. Aku tau, kamu begini cuma karena ayah bejat kamu itu, 'kan?" Dan setelahnya, Jaemin hanya mampu terd...