•PART 6 | SERGIO & OLIVI

85 17 18
                                    


"Hidup itu perih, tak se-instan yang dilihat, tak seindah yang dilirik, dan tak se-istimewa yang di lalui."

-OLIVI-


*****

Olivi melangkahkan kakinya menyusuri jalan di sore hari, gadis berambut panjang ini memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki, walaupun di sakunya masih terdapat selembar uang 20 ribu, yang diberikan bunda Ratu kepadanya, namun rasanya Olivi enggan memakainya.

Lebih baik dia simpan, untuk keperluannya suatu hari.

"OLIV!!! OLIIIVVV!!"

Olivi menghentikan langkah kakinya dengan spontan, kemudian tubuhnya terputar mencari asal suara yang bergeming dahsyat ditelinganya.

"Gue teriakin lo dari depan gerbang, kenapa dengarnya baru disini sih?" tanya Niana dengan kesal, "Capek gue, anjiiir..." keluh Niana dengan napas yang tersenggal-senggal.

"Ya maaf, gue gak dengar." ucap Olivi, malas berdebat.

"Lo udah punya pacar, kenapa gak diantar sama cowok lo?" tanya Niana, bingung. Kedua mata Niana merajalela mencari sosok ketua OSIS Cakrawala.

"Sibuk,"

"Emang lo udah minta antarin?"

Olivi menggelengkan kepalanya dengan polos.

Niana berdecih sebal, "Lo itu ceweknya, lo punya hak lah minta diantarin sama dia!" ketus Niana.

"Niii....." panggil Olivi dengan sabar, "Gue sama dia itu cuman sebatas setting-an. Gue juga gak mau banyak urusan sama itu babu,"

"Iya, tapi tetap aja gitu loh, Vi...."

"Lo ngapain sih nyamperin gue?" tanya Olivi, sinis.

Niana menepul jidadnya, lupa. "Besok datang ya, ke birthday party nyokap gue, nyokap pingin banget ada lo."

"Gangerti gue, sebenarnya anaknya gue atau lo sih?" tanya Niana, kesal.

Olivi menahan tawanya kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya, "Jam berapa?" tanya Olivi.

"Jam 7 lah,"

Olivi terdiam, besok dia harus bekerja dari jam 6 hingga jam 10 malam, dia tidak mungkin izin untuk tidak masuk kerja, dan dia juga tidak mungkin untuk tidak hadir di pesta ulang tahun Eriana, ibu dari Niana.

"Bisa kan?" tanya Niana, kedua matanya sangat berharap.

Olivi mengulum bibirnya, "Gue usahain ya, soalnya gue juga ada acara disitu."

Niana menghembuskan napasnya kecewa, "Please bangeeet deh Vi, nyokap gue pengen ada lo," pinta Niana.

Olivi menganggukan kepalanya, "Okey, tapi gue datang telat ya?"

Niana menganggukan kepalanya dengan semangat, "Yang penting, lo harus hadir!"

Olivi menganggukan kepalanya dengan lemah.

****

Olivi memainkan jari-jari tangannya, kedua telapak tangan gadis itu basah karena keringat dingin yang tiba-tiba saja hadir. Olivi menghembuskan napasnya, berusaha mengontrol degup jantungnya yang bertalu-talu.

"Gue mesti bilang apa sama Bunda?"

"Oliv, kenapa nak?" tanya bunda menghampiri Olivi kemudian membelai lembut kepala Olivi, kedua tatapan hangat dan teduh, yang selalu membuat Olivi merasa di cintai.

zikolivi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang