•PART 10 | DI RUANG OSIS

36 7 5
                                    

  

   Kepala Olivi sangat pening, kejadian tadi pagi benar-benar membanting otaknya untuk kembali berpikir.

  "Emang kamu pikir kamu siapa bisa berteman dengan anak saya?"

  "Kamu cantik? pintar?"

  "Enggak kan?"

  Olivi terkekeh, namun bukan kekehan jahil atau senang, nadanya begitu lirih dan menyeramkan.

  "Saya peringati ya ke kamu, jangan pernah berharap dapat berteman baik dengan salah satu anak saya!"

  Olivi melempar pandangannya kearah lapangan, dimana dia menemukan Ziko yang sedang membantu anggota OSIS memasang tenda untuk Pensi besok.

  Bisa dikatakan hari ini hingga esok free class.

   Olivi memandang botol minum ditangannya dengan senyuman manisnya, Olivi beranjak dari duduknya kemudian melangkah mendekat kearah Ziko yang sudah dibanjiri peluh.

  "OPPAAA!" teriak Olivi menguasai lapangan.

  Ziko yang posisinya membelakangi Olivi, hanya bisa memejamkan matanya sembari menghembuskan napasnya sabar. Sergio yang tak jauh dari sisi Ziko hanya terkekeh melihat kedatangan Olivi, ditambah respons Ziko yang sangat menggelikan.

  "Haus gak?" tanya Olivi, kemudian menyerahkan sebotol mineral kepada Ziko.

  Ziko yang malas berdebat dengan manusia bar-bar disampingnya, dengan terpaksa menerima botol itu kemudian menaruhnya di kursi kosong dekat tiang tenda.

  "Liv?"

  Olivi menoleh kearah Sergio yang barusan saja memanggil dirinya. Olivi tersenyum kecil, "Kalau Tante Alissa ngelarang gue buat berteman sama anaknya, berarti gue gak boleh berteman sama lo, Gio."

  "Gak mau bantu?" tanya Sergio. Sergio begitu sibuk mengurai tali-tali yang kusut.

  "Apa yang perlu gue bantu?" tanya Olivi. "Doa aja kali ya," ketus Olivi kemudian terkekeh.

  Gevan menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tumben lo mau beteman sama deretan anak pencari muka," sindir Gevan.

  Olivi memutar bola matanya.

  "Gue nyamperin pacar sama aba--" Olivi mengatupkan bibirnya, baru sadar bahwa dirinya hampir keceplosan.

  "Sama siapa?" tanya Ziko.

  Olivi melirik Ziko.

  "Sama..."Olivi memutar bola matanya mencari objek korban pagi harinya. "Sama abang-abang tenda!" lanjut Olivi sembari menunjuk orang asing yang sedang membantu mendirikan tenda dan panggung.

  "Ziko, lo disuruh jaga ruang OSIS tuh sama Bu Asma, sekalian revisi proposal Pensi."

  "Metha kemana?" tanya Ziko, dingin.

  Kefan mengendikan bahunya tidak tahu, kemudian pergi meninggalkan tenda memuju panggung.

  Ziko melirik Olivi yang menatap Kefan dengan bingung. "Lo, ikut gue!"
Ziko menarik tangan Olivi dengan paksa.

  Itu barusan sebuah ajakan atau pemaksaan?

  Sesampainya di ruang OSIS, Olivi mengedarkan pandangannya kearah ruangan yang masih asing baginya. Olivi masih ingat, waktu pertama kali Olivi masuk kedalam ruang OSIS untuk mengerjai Ziko, yang saat itu baru saja menjadi pacar bohongannya.

  "Ngapain gue mesti nemenin Lo disini?" tanya Olivi, sebal.

  Lebih baik Olivi berada di kantin, menikmati nasi campur dan ditemani segelas es teh yang sangat menyegarkan tenggorokannya. Ketimbang di ruang OSIS yang cuman bisa melihat deretan piala yang diraih anggota OSIS.

zikolivi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang