14. lembaran baru

101 14 0
                                    

Setelah acara selesai Mirza dan Salwa langsung pulang ke kediaman Dirgantara.

Salwa pun dibuat takjub saat melihat rumah yang begitu super mewah kalau dibandingkan dengan rumah neneknya hanya sebagian dari satu seper empat rumah milik kediaman Dirgantara.

"Ini rumah bunda?" Tanya Salwa saat turun dari mobil yang dikendarai oleh Marta yang sekarang menjadi ayah mertuanya

"Iya sayang, sekarang kamu tinggal disini ya?" Jawab putri senang. Putri itu suka sama Salwa sampai-sampai anaknya mau jelasin soal kesalahpahaman antara ia dan Salwa bundanya tidak mau mendengarkan. Hahaha...lucu ya? Malah dia yang ngebet agar Mirza nikahin Salwa.

"Tapi Salwa udah punya rumah sendiri Bun"

"Udah... Jangan dipikirin! Nanti kita musyawarahkan besok aja, oke?" Balas Marta

"Oke yah"

Sudah dari tadi Mirza tak angkat bicara bahkan raut wajahnya terkesan dingin hingga membuat Salwa menjadi kikuk. Sampai makan pun hanya ada keheningan bahkan cuma ada suara dentingan sendok yang mengisi ruang makan tersebut.

"Ikut aku!" Pinta Mirza terkesan dingin hingga membuat Salwa menciutkan nyali nya untuk menolak

Mirza menarik pergelangan tangan Salwa menuju kamarnya. Setelah pintu kamar tertutup Mirza langsung melepaskan cekalan tangannya pada tangan Salwa.

"Mas Mirza kenapa?" Tanya Salwa memberanikan dirinya untuk bertanya namun tak ada balasan dari Mirza

"Mas Mirza marah ya sama aku? Aku minta maaf ya mas hiz... Aku juga gak bakalan nyangka kalau semuanya akan jadi seperti ini hiz.... Aku juga sadar diri kok mas, aku ini siapa dan mas Mirza siapa jadi...." Ucap Salwa dengan isakan karena ia pikir Mirza tak menyukai keberadaannya di keluarganya. Siapa yang nggak ngerasa begitu orang dari tadi Mirza tak kunjung angkat bicara.

"Aku suka sama kamu udah lama banget. Bahkan semenjak kamu masuk sekolah aku udah berusaha deketin kamu dari usaha kecil sampai usaha besar" ucap Mirza sambil memeluk erat tubuh mungil Salwa

"Terus hiz.. kenapa mas Mirza diemin Salwa?" Tanya Salwa dengan isakan makin keras Mirza pun yang mendengar tangisan Salwa makin keras langsung mengusap lembut punggungnya

"Aku hanya takut kamu jadi benci sama aku sal, kamu tahu sendiri kan kalau aku itu gak bisa jauh dari kamu. Kamu juga gak tahu kalau kemarin saat kamu marah sama aku aku itu sangat frustasi. Aku takut kamu bakalan benci sama aku. Sekarang aku mau tanya sama kamu, apa kamu nyesel udah nikah sama aku?"

"Aku itu gak pernah nyesal sama yang namanya takdir, karena itu merupakan jalan yang sudah ditentukan oleh Allah. Aku bisa Nerima gimana sakitnya ditinggal kedua orang tua secara bersamaan karena aku yakin dibalik semua deritaku pasti Allah akan berikan kebahagiaan kepada ku. Sekarang aku mohon sama kamu tolong bimbingan aku menuju surgamu dan jadikan aku sebagai wanita yang terakhir dalam hidupmu"

"Makasih Salwa. Aku janji aku akan bahagiain kamu lahir dan batin"

"Jangan janji mas tapi diusahakan" tegur Salwa

"Iya, aku usahain kok" ucap Mirza dengan kekehan kecil

Cup..... Mirza mencium lembut kening Salwa dengan perasaan

"Sekarang kita main jujur-jujuran gimana?" Tawar Mirza

"Oke"

"Mulai dari perasaan, gimana?"

"Oke"

"Sekarang aku mau tanya sama kamu. Kamu pernah nggak suka sama orang dan punya niatan nikah sama dia" tanya Mirza penasaran

MirzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang