"masnya ini benar rumahnya?" Tanya Salwa setelah turun dari motor Mirza
Tau gak, waktu Mirza boncenging Salwa? Salwa tak henti-hentinya menggerutu dan sesekali menyumpah serapahi mirza. Gimana nggak menyumpahi Mirza coba cara Mirza mengendarai motor sangat berutal hingga membuat banyak pengendara yang ada disekitarnya pada mengumpat menahan kesal kepada Mirza . Apalagi pakaian Salwa yang kini tengah memakai gamis panjang dan jilbab syar'i serta tas besar yang sudah diperkirakan kalau didalamnya itu terdapat baju-baju salwa sangat tidak memungkinkan untuk naik motor namun apa boleh buat kini Salwa benar-benar capek dan membutuhkan tempat untuk tidur.
"Iya, lihat aja itu ada tulisan jalan mawar no **" jawab Mirza terkesan dingin
"Kok rumahnya besar banget ya mas? Padahal kan dulu saat Salwa tinggal di Desa rumah Salwa sangat kecil. Apa ini gak salah rumah ya mas?"
"Terserah lo mau bilang apa. Yang penting gue udah bantu lo sampai tujuan" ucap Mirza sambil menyalakan mesin motornya
"Eh.... Masnya mau kemana? Antar Salwa masuk dulu ya mas! Minimal Salwa benar-benar bisa buka pintunya. Kan nanti kalau pintunya gak bisa dibuka sama kunci Salwa kan berarti rumah ini bukan rumah nenek Salwa, jadi kalau tidak rumah nenek Salwa, Salwa bolehkan nebeng masnya lagi?" Tutur Salwa diakhiri cengirnya yang sangat manis dan juga lucu untuk Muka Salwa yang kelewat polos itu
" Ck...... Nyusahin aja lo kerjaannya. Iya, gue temenin lo buat buka tuh pintu"
"Wah..... Serius? Makasih ya masnya! Masnya baik deh"
Perlahan-lahan Salwa dan Mirza membuka pintu gerbang berwarna hitam yang amat besar itu hingga masuk kedalam halaman depan rumah yang amat indah karena banyak pohon hijau yang tumbuk disekitarnya menambah nilai kesegaran di waktu pagi dan malam hari.
Cklek..... Akhirnya pintu rumah itu bisa dibuka
"Wah.... Jadi benar ini rumah yang akan Salwa tinggali? Bagus banget beda sama rumah Salwa yang ada di Desa" ucap Salwa diakhiri dengan mata berbinar
"Udahkan? Berarti gue pulang dulu"
"Eh.... Masnya tunggu!" Ucap Salwa menghentikan langkah Mirza
"Apalagi? Jangan bilang lo mau nyuruh gue buat ngantar lo ke kamar kalau iya kenapa gak sekalian suruh gue buat mandiin lo sekalian?" Balas Mirza dengan nada malasnya
"Astagfirullah masnya, Salwa gak ada niatan kayak gitu. Salwa cuma mau tahu nama masnya itu siapa? Masnya ma kalau sama Salwa suka seuzon, asal masnya tahu ya seuzon itu gak baik nanti pahala masnya dikurangi emang masnya mau?" Jelas Salwa menakut-nakuti Mirza
"Gue Mirza " jawab Mirza cuek
" Oh.... Namanya Mirza ya, kalau gitu Salwa panggilnya mas Mirza aja deh. Salwa juga mau ngucapin terima kasih karena mas Mirza mau bantu Salwa cari rumah nenek Salwa"
"Lo pikir gue tukang ojek sampai lo bilang mas? Gak, gue gak mau kalau lo panggil nama gue dengan embel-embel mas! Lo cukup manggil gue dengan Mirza aja! Paham?"
" Gak mau ah, Salwa maunya manggil masnya dengan sebutan mas Mirza" tolak balik Salwa dengan nada yang tak kalah sewot
"Terserah, gue cabut dulu!" balas Mirza langsung meninggalkan pekarangan rumah Salwa
Setelah Mirza pergi dari pekarangan rumahnya salwa pun berniat untuk mandi dan tidur karena besok hari pertamanya dia akan menjadi mahasiswa di Jakarta.
Disisi lain kini Mirza sudah sampai di mansion yang sangat mewah . Mansion siapa lagi kalau bukan kediaman dari keluarga Dirgantara.
" Baru pulang sayang? Habis kemana aja kamu nak?" Tanya Bunda Putri yang tak lain adalah Bundanya Mirza
"Habis nolongin orang susah Bun. Mirza ke kamar dulu ya capek! Karena orang yang Mirza tolong cerewet banget bahkan melebihi cerewetnya ibuk-ibu saat nagih uang kosan" jawab Mirza diakhiri kekehan kecil
"Kamu ini bisa-bisa aja. Yaudah sana mandi habis itu tidur jangan nge-game terus karena udah tengah malam"
"Siap komandan" balas Mirza yang langsung ditanggapi putri dengan geleng-geleng kepala karena sikap konyol anak sulungnya itu
Mirza itu anak pertama dan memiliki adik yang baru berusia 4 tahun . Adiknya itu perempuan yang dikasih nama Alin Gabriela Dirgantara.
Setelah mandi Mirza berusaha keras untuk tidur namun hasilnya nihil karena dia masih memikirkan gadis yang baru saja ia tolong.
"Kenapa gue mikirin tuh cewek ya? Eh.... Tapi kalau dipikir-pikir dia itu cantik, manis,dan baik. Secarakan cara berpenampilan nya sangat tertutup gitu. Ah.... Gak-gak lo pasti bisa tidur masak karena cewek desa itu gue jadi bergadang? Kan nggak banget" ucap Mirza sembari memejamkan matanya untuk kesekian kalinya.
# TELAH DIREVISI PADA:
- RABU, 25 NOVEMBER 2020
- GROBOGAN PUKUL 22.00
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirza
Fiksi Remajajangan lupa follow cerita ini sebelum baca Salwa Revina Taletha gadis cantik yang mencapai titik subhanallah. Dia sosok wanita yang pertamakali membuat sekolah Bintang heboh karena kemanisannya dan seorang muslimah yang amat ramah. Bahkan dia dijul...