18. pertengkaran hebat

90 9 34
                                    

Bukan maksud menjauhi, bukan maksud mengacaukan dan bukan maksud melepaskan.

Aku hanya sedang menyakini, menyakini bahwa sekuat apapun perasaan diantara kita... Pada akhirnya takdir Allah-lah yang berbicara
"Salwa Ravena Taletha"

HAPPY READING

MOBIL  Lamborghini milik Mirza terpakir di area SMA Bintang. Mirza berjalan menuju kelasnya dengan tatapan dingin dan tatapan bak Elang.

"Pagi bro" sapa Akmal dan Raka saat di dalam kelas

"HM..."balas Mirza berdehem

"Kantin yuk! Belum sarapan nih gue" ajak Akmal kepada kedua sahabatnya

"Ayok, gue juga mau makan" balas Mirza sembari berjalan menuju kantin lalu diikuti oleh sahabatnya

Beralih ke gadis manis yang kini tak henti-hentinya mendumel tidak jelas karena dengan teganya Mirza yang berstatus suaminya tega menurunkan dirinya di tepi jalanan yang masih jauh dari gedung sekolah. Jangankan gedung sekolah pagar sekolah pun masih jauh.

Sungguh jika ada lomba suami tega menganiaya istrinya sudah dipastikan sekarang Mirza masuk dalam nominasi 3 besar. Hebat bukan?

"Aaa... Capek ummi bantu Salwa hizzz... hizzz..." Adu Salwa dengan sesenggukan

Rasanya Salwa ingin mencakar wajah suaminya sekarang juga. Seharusnya disini yang marah itu dirinya karena suami nya itu mengajaknya  bergadang hingga tengah malam. Kenapa malah kebalik gini?

"Belum sarapan lagi" sambung Salwa sembari mengelus-elus perut rampingnya yang saat ini sangat membutuhkan karbohidrat

Baru satu langkah ia ingin melanjutkan perjalanannya yang belum selesai tiba-tiba kepalanya terasa berat dan pada akhirnya....?

Bruk... Semua objek berubah menjadi gelap.

****

Selepas dari kantin Mirza mulai teringat kepada Salwa yang berstatus istrinya. Mirza sangat menyesal menurunkan istrinya dari dalam mobil, padahal jaraknya begitu jauh.

Rasanya sekarang Mirza menjadi suami yang paling bodoh. Seharusnya yang berhak marah itu istrinya karena sudah mau menemani bergadang hingga larut malam hanya karena buat menonton film kesukaannya.

Menyesal, itulah yang dirasakan Mirza. Apalagi mengingat istrinya yang belum sarapan membuat penyesalannya kian bertambah.

Memang pada hakikatnya manusia akan menyesal jika mengetahui sebuah fakta diakhir kejadian.

"Pagi anak-anak" sapa Bu Endang yang di tujukan kepada kelas Mirza

"Pagi Bu" jawab serempak seisi kelas kecuali Mirza

Sedari tadi Mirza terus-terusan melamun memikirkan keadaan istrinya.

"Oke sekarang kita membahas PR yang ibu berikan kemarin lusa" terang Bu Endang tegas namun terkesan horor di telinga seisi kelas

Begitulah murid Xll IPA 1 yang selalu takut jika harus mendengar kata membahas PR.

"Nomer satu Anhar, 2 Melly, 3 Mirza, 4 Akmal, 5 Raka" tutur Bu Endang sambil menyebutkan setiap anak yang harus menjawab soal

MirzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang