PART 5

298 33 5
                                    

Hah...huh...huh....
"Duduk dulu lah bob, ngadem nih pas... capek gue"papi keynal langsung duduk selonjoran di bawah pohon yang ada di taman komplek rumah nya.

"Ketahuan nih...udah tua nya kita, baru segini lari udah tepar...huh" papa boby juga ikut duduk disamping keynal sembari melonggar longgarkan kerah bajunya..

"Kalo kayak gini jadi ingat dulu deh,,kalo ke taman pagi banget cari duduk yang ngadem sambil gelar tikar jualan deh"keynal tertawa hambar saat membayangkan ke kehidupannya dulu saat remaja.

"Kerja keras tidak akan menghianati hasil kan"sahut boby dengan senyum cerah.

"Sorry ya bob.. sepertinya omongan kita dulu tentang anak2, bakalan sulit untuk di realisasikan" boby memandang keynal dengan tersenyum pasrah.

"Ngga apa2 key, bukan jodoh berarti.. lagian tanpa ada acara jodoh2in anak, ya kita juga masih rekat kok"

***

"Gracio.. besok siapkan diri kamu, ikut opa ke kantor pusat" opa natha dengan tegas berkata pada cio, membuat cio menghentikan suapan terakhirnya.

"Pa... apa tidak terlalu cepat, gracio baru aja selesai sidang... dia juga belum wisuda" opa natha menatap tajam ke arah shania, menunjukan kalau beliau tidak suka di bantah keputusannya.

"Opa tenang saja, gracio akan selalu nurut apa mau opa" gracio memberikan jawaban dengan tenang yang membuat opanya girang, wajah yang sedari tadi tegang kini mulai mencair.

"Haha...bagus...itu baru cucu dari nathanael. kalau saja kamu juga membantah seperti mamamu,maka lelaki disampingmu itu tidak becus mendidik kalian" opa natha berkata dengan sangat enteng dan menampilkan senyum remeh pada boby, yang sedari tadi hanya diam mendengarkan.

Gracio, yori dan mama shania hanya menatap iba pada boby yang selalu mendapat apa saja kata cemoohan dari opa natha setiap bertemu.

Opa natha sampai sekarang memang belum sepenuhnya merestui hubungan shania dan boby, boleh dibilang beliau terpaksa merestui mereka menikah karena sudah terjadi accident pada boby dan shania yang mengharuskan mereka harus menikah saat itu.

Setelah makan malam yang diselimuti ketegangan, gracio memilih untuk menenangkan diri di balkon kamarnya. Melihat sikap opanya selama ini dengan papanya membuatnya penasaran tentang masalah apa yang terjadi dulu sampai opanya terlihat tidak suka dengan papanya, apa karena papa bukan dari orang yang berada mungkin pikirnya.

"Cio... papa boleh ngomong?" Boby yang sudah berdiri di belakang cio menatap punggung anaknya yang sudah beranjak dewasa dengan sendu, ada rasa kecewa,gagal, dan tidak pantas menjadi seorang ayah untuk anak lelaki yang berdiri dihadapannya ini.

"Maafin papa... papa tidak bisa berbuat apa2 untuk mencegah ke egoisan opa kamu. Maafin papa kalau selama 4 tahun ini papa dan mama menutup mata akan keinginan kamu,cita cita kamu. Papa harusnya dulu berani untuk bela kamu nak...bukan...buk...

"Pa... ngga ada yang harus perlu di sesali, cio udah ikhlas melupakan semuanya. Mungkin bukan jalan cio untuk bisa jadi tentara, ya... kalau di pikir2... andai cio di ijinkan dulu jadi tentara, siapa yang akan gantikan opa dan papa kalau bukan cio?

"Ya...kamu benar..Opa memang egois,tegas dan keras. tapi...dibalik itu semua ada ketakutan yang besar, usaha yang dibangunnya dari awal dari masih kecil sampai besar spt sekarang dg jatuh bangun dan pengorban luar biasa hanya untuk memberikan kebahagiaan buat anak cucu keturunannya"

Boby mengetahui fakta itu semua dari orang kepercayaan papa shania, bahwasanya papa shania tidak benar benar membencinya. Hanya saja beliau tidak mau shania merasakan kehidupan seperti orang tuanya ttg bagaimana susahnya berjuang dari 0 untuk kehidupan yang lebih baik spt skrg.

MENANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang