PART 8

557 30 2
                                    

Gracio meneguk ludah saat melihat tatapan tajam dari shani, ditambah dengan mata yang ada lingkaran hitamnya karena telah menangis dan kurang tidur sepanjang hari.

"Tidak ada apa apa ci.... kamu sudah mendingan ? Ayo makan mami udah buatin sop u.."
"Mama tidak usah mengalihkan pembicaraan, aku tau kalian sedang membahas vino kan? Jangan merahasiakan sesuatu dari ku"tatapan tajam yang sangat menusuk pada ke 4 orang didepannya sekarang diperjelasnya lagi dengan langsung menunjuk pada zein.
"A...ada ap..pa ci ? Kok nunjuk zein sih, zein ngga tau apa2 beneran " gugup zein.
"Ci... udah yuk kita makan, kamu dari kemaren makannya ngga teratur lho"ucap veranda mencoba mencairkan suasana berharap shani tak memperpanjang kecuriggaannya.
"Ma... stop mengalihkan pembicaraan, aku tau kalian sedang membahas vino kan. Kalian tau tentang vino kan? Bilang, kasih tau aku.. kenapa kalian sengaja mau menyembunyikan dariku, kenapa ? Aku berhak tau..hiks..hiks.." veranda langsung memeluk anak sulungnya yang saat ini tengah rapuh.

Gracio menghela nafas lelah melihat keterpurukan shani di hadapannya sekarang, tiba tiba handphone di saku celananya berdering. Gracio menautkan alisnya kaget saat melihat nama yang tertera di layar handphonenya saat ini mengirimkannya pesan, setelah membalas pesan tersebut gracio langsung pamit pada keluarga shani karena dilihatnya juga sudah jam 8 pagi lewat, jam yang sudah seharusnya dia berada di kantor saat ini.

Sepeninggal gracio tinggalah keluarga shani yang saat ini bingung untuk menghadapi shani dan mengatakan yang sebenarnya, namun tak lama kemudian hempasan beberapa lembar foto mengagetkan mereka. Perhatian mereka teralihkan pada foto foto yang ada di atas meja tersebut, shani dengan sigap langsung mengambil salah satu foto yang menunjukkan sebuah acara pertunangan dimana obyek foto itu adalah vino sang mantan kekasih. Kemudian foto yang menunjukkan raut wajah bahagia dari seorang pria paruh baya yang tersenyum sumringah menepuk bahu vino di depan sebuah hotel yang dia tahu itu adalah salah satu hotel tanucorp.

"Dari awal opa memang tidak suka dengan anak itu, selama ini opa diam bukan berarti opa setuju dengan hubungan kalian. Opa begitu sayang sama kamu shani, sehingga opa tidak tega merusak kebahagiaan kamu dengan anak itu. Walau opa tau dia hanya main main dengan kamu, kalau dia serius mencintaimu. Apapun alasan dan rintangannya anak itu tidak akan menyerah dan menyakitimu seperti ini. Opa minta sekarang kamu lupain anak itu dan fokus dengan pendidikan lanjutan kamu nanti"opa tanu berbicara dengan tegas dan tidak mau terbantahkan, selepas berkata seperti itu beliau langsung pergi. Sementara shani masih menangis terisak di pelukan veranda menerima dan mengetahui kenyataan ini membuatnya semakin merasa tidak berdaya.

"Shani... papi yakin kamu bukan anak papi yang lemah, kamu dari kecil selalu kuat, semangat, ceria dan tak mudah menyerah. Jangan hanya karena ini kamu membuat pandangan dan kepercayaan papi berubah, kamu harus  sabar, terima dengan ikhlas kenyataan ini. Kadang hidup tidak selalu harus seperti apa yang kita mau, begitupun kamu saat ini ekspektasi kamu mungkin akan berakhir bahagia dengan vino. Tapi ternyata tuhan tidak mengabulkan itu, mungkin tuhan memberikan cerita lain di kehidupan kamu nanti tentunya dengan kebahagian yang mungkin akan lebih dari apa yang di inginkan sebelumnya"ucapan keynal membuat shani tersadar dan memecut hatinya, karena nyatanya dia telah mengurung diri dan bersedih di dalam kamar menangisi orang yang bahkan berbahagia dengan wanita lain d luar sana.

Setelah shani sedikit tenang, keynal dan veranda serta zein memutuskan untuk menceritakan saja semua yang mereka tau tentang vino. Shani hanya bergeming tanpa ekspresi mendengarnya, terpupuk sudah rasa benci, kecewa dan marah pada orang yang dipacarinya 3 tahun ini.

***

"Kenapa .... kenapa kebahagian yang aku mau, yg aku impi impikan bahkan sudah terencana dengan baik dengan matang harus berakhir seperti ini ? Dan yang menghancurkannya adalah orang yang telah berjanji akan selalu bersama dalam keadaan apapun, kenapa dia setega itu sama aku ge..kenapa" gracio melirik sekilas pada perempuan yang tengah patah hati disampingnya sekarang.

"Mungkin tuhan tidak memberikan apa yg kita mau ci, tapi tuhan pasti memberikan yg terbaik utk kita.. kita tidak tau rencana tuhan seperti apa utk kita, cici punya planning hidup kedepan tdk ada yg melarang, itu hak cici. Tapi cici harus tau juga kalau tuhan juga punya andil atas hidup cici, kalaupun tuhan tidak mengabulkan apa yang cici mau, berarti tuhan punya rencana lain untuk cici dan pastinya terbaik untuk cici"

"Apa yang terbaik untuk aku, seperti ini ? Di tinggal tanpa alasan ? Di saat sedang sayang sayangnya ? Disaat kita kami sudah berandai andai menapaki hidup berdua ? Dan tiba tiba tuhan mematahkan semua ekspetasi ku, apa ini yang terbaik utk aku ?"

"Ya... mungkin menurut tuhan belum saatnya saja"

"Belum saatnya ? Nanti maksud kamu ? Dia bahkan sudah dengan orang lain ge, apa lagi yang bisa aku harapin dari dia ? Harus aku menunggu dia lelah menjalani hidup dengan orang lain itu ?"

"Ya... maksud aku belum saatnya, bukan berarti kebahagian itu harus dari dia ci... bisa saja dari or...ang lain" gracio berucap dengan sangat pelan dan seketika langsung gugup saat shani menatapnya dengan intens.

"Ehemmm.... e... lupakan.... kamu harus menata kehidupan baru lagi tanpa dia ci, sekarang apa yang kamu fikirkan" gracio mencoba mengalihkan suasana yang agak awkwkwkr dan kembali bisa menguasai diri.

" aku mau lanjut study ke luar, dengan menyibukkan diri mungkin aku bisa melupakan dia" cicit shani sambil matanya menatap sendu ke depan. Gracio hanya menghela nafas dan mengangguk kan kepala saja seakan mendukung keputusan shani.

Gracio pov

Malam ini di taman komplek aku mengajak ci shani jalan jalan malam mencari udara angin malam, sekaligus mengajaknya supaya tidak terus mengurung diri di rumah hanya karena patah hati. Dunia tidak selebar daun kelor dan laki laki tidak hanya ada vino seorang di dunia ini, jangan hanya karena patah hati gara gara lelaki seakan tidak ada lagi kehidupan di sekitar. Aku mungkin tidak pernah pacaran, tapi aku tau kok gimana rasanya patah hati. Jatuh cinta diam diam itu sakit bro, apalagi orang yang dicintai diam diam sudah punya pasangan dan bahkan berkeliaran di sekitar kita.

Aku tidak tau saat ini perasaan aku lebih ke senang atau sedih, senang mengetahui sekarang dia sendiri. Sedih saat melihatnya terouruk seperti ini, tapi yang lebih sedih lagi adalah saat kami akan berpisah lagi. Belum memulai untuk berjuang, dengan satu kalimat yang dikeluarkan nya membuat ku langsung ciut terpecut untuk kembali bungkam akan perasaan yang sudah lama di oendam ini. Tidak mungkin saat ini saat mengetahui dia akan lanjut pendidikan di luar, aku langsung menyatakan perasaan ku dan biarlah kembali aku simpan perasaan ini entah sampai kapan.

"Emmm kapan berangkat ci" tanya ku sambil kami jalan pulang ke rumah.

" lusa"jawabnya singkat, aku hanya menanggapinya dengan ber oh ria kemudian tidak ada obrolan apapun lagi sampai akhirnya sampai di depan rumah masing masing.

"Sudah tidak ada yang ketinggalan lagi kan ci" dia hanya menggeleng menjawab pertanyaan tante ve, ya saat ini kami tengah berada di bandara mengantarkan kepergiannya ke jerman.

Aku mengumpulkan keberanianku saat ini saat dia berdiri dihadapan ku untuk berpamitan, memberikan senyum terbaikku.

"Ci... buat kamu,, siapa tau nanti kangen aku... hehe" ucapku dengan pede sembari memberinya boneka koala yang sudah aku tempel dengan fotoku yang langsung mengundang tawa kekuarga kami.

"Makasih lho ge... pasti kangen banget nanti sama kamu di sana,sepi sih.. ngg ada lagi orang yang bakal nemenin aku kemanapun" shani berucap dengan manyun membuatku jadi gemas sendiri. Seandainya saja pacar sudah pasti bakal langsung minta jatah kiss nih... hehehe

"Selamat jalan ci... semoga di sana betah ya, yang serius belajarnya biar cepat selesai" ku dengar zein memberikan sedikit nasehat untuk shani begitupun dengan yang lainnya.

Setelah pesawat yang di tumpangi shani telah berangkat, kamipun langsung membubarkan diri pergi dari bandara ini. Aku hanya bisa melangkah dengan lunglai sambil kembali menata hati untuk membiasakan diri tanpa kehadiran shani di dekatku.

MENANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang