•Bab 14•

807 69 6
                                    

Terdengar suara derap langkah kaki memasuki Rumah Sakit, makin lama langkah itu menuju ke ruang UGD. Di sana terlihat beberapa orang dengan wajah khawatir dan sedih bercampur takut

Langkah itu menghampiri orang-orang tersebut "Halo" sapa salah satu dari orang tersebut

"Iya ?" Papa Gilang berbalik begitu pula dengan yang lain ke arah suara tersebut berasal

"David ? kenapa kau ada disini ?" tanya Papa Gilang

"Loh, Gilang ? kau sendiri kenapa ada disini ?" tanya Ayah David

"Sahabat Akil kecelakaan, itulah mengapa aku ada disini. Lalu kau ?"

"Aku ingin menemui orang yang menyelamatkanku tadi, katanya dia di bawa ke rumah sakit ini dan sekarang dia di UGD" jelas Ayah David

"Ternyata ayah orang yang ditolongnya, apa ayah tahu siapa sahabat Akil itu ?" tanya Akil dengan wajah kecewanya, ia masih kecewa kepada om-nya tentang masalah yang dialami Dania dulu gara-gara perbuatan ayahnya, tapi sekarang Dania menyelamatkan orang yang pernah membuatnya sedih dulu

"Ternyata dia sahabat mu, ayah sangat berterima kasih karena telah menolong ayah, tapi ayah nggak tahu siapa sahabat mu itu" ucap Ayah David

"Mungkin jika ayah tahu, ayah pasti akan kecewa sama diri ayah sendiri" jelas Akil dengan wajah sedihnya

"Akil, kenapa kamu bilang gitu nak, nggak sopan" nasehat Mama Alice

"Nggak, Akil yakin, ayah pasti akan sangat kecewa dengan dirinya sendiri" ucap Akil membuat Ayah terdiam memikirkan arti dari perkataan Akil

"Siapa nama sahabat mu itu nak ?" tanya Bunda Vanya

"Bunda akan tahu nanti, dan tahu apa yang pernah ayah lakukan kepadanya" jawab Akil

"Bagaimana keadaannya sekarang ?" tanya Bunda

"Anak saya masih kritis" ucap Abi Khalid

"Semoga dia baik-baik saja" ucap Bunda Vanya

Beberapa saat berlalu, langkah seorang lelaki berjalan menuju ke UGD "Ayah, bunda, karin, kenapa kalian bisa di sini ?" tanya Stefan yang kembali setelah selesai mendonorkan darahnya

'Stefan ? kenapa dia bisa di sini ?' batin Ayah David bingung

"Kakak" Karin memeluk kakaknya erat, melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu

"Karin, kamu baik-baik saja ?" Stefan mengelus lembut kepala adiknya itu

"Baik, kakak sendiri bagaimana ? kenapa tidak menemui Karin, Karin sangat rindu sama kakak" ucap Karin di pelukan Stefan

"Kabar kakak baik kok, maaf kakak nggak menemui mu, kakak sibuk sama sekolah kakak" ucap Stefan

"Bunda, bagaimana kabarnya ?" tanya Stefan beralih ke Bundanya, memeluk erat melepaskan rindu yang terpendam

"Baik, Stefan.. Bunda rindu banget sama anak Bunda ini" ucap Bunda di pelukan Stefan

Stefan melepaskan pelukannya seraya menatap Bundanya "Bunda sama yang lain kenapa bisa disini ? Bunda baik-baik saja kan ?" tanya Stefan

"Tadi ayah hampir di tabrak mobil, tapi dia ditolong sama sahabat Akil, sekarang dia kritis" jelas Bunda

"Ayah baik-baik saja ?" tanya Stefan kepada ayahnya

Perkataan Ayahnya waktu itu masih terukir jelas di ingatan Stefan, itu memang menyakitkan. Tapi apapun itu, ayah tetaplah ayah, tidak ada yang namanya mantan ayah. Itulah kenapa lelaki itu memanggilnya ayah

"Hem" dehem Ayah David, ia menutupi rasa rindunya dengan sikap dinginnya

"Alhamdulillah, apa ayah tahu siapa yang menolong ayah itu ?" tanya Stefan

Cinta Beda Agama [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang