Part 3

9 1 0
                                    

Allura Clandara Madava

Sudah satu bulan sejak pertama kali gue dan gebetan gue si Kevlar tersayang jalan bareng. Meskipun kalimat berkesan gue di pertemuan terakhir kami yang mengatakan 'Gue selalu disini Lar, lo nya aja yang nggak sadar' ternyata tidak disimak baik-baik oleh Kevlar karena tiba-tiba ada telepon dari mamanya, tapi nggak papa, nanti kita coba lagi. Setelahnya, entah mengapa frekuensi pertemuan gue sama cowok itu semakin meningkat. Dan yang lebih membahagiakan, kali ini kami lebih sering jalan berdua. Biasanya kan bertiga bareng Senna. Tapi si Senna lagi bucin banget sama pacarnya. Apa-apa bareng Eza. Jadinya tersisalah Kevlar dan gue para secret admirer yang memilih untuk menghabiskan waktu bersama demi menghilangkan kesepian.

Seperti sekarang, gue lagi ngajakin Kevlar ke restoran BBQ milik om gue yang baru saja buka hari ini. Om gue ngasih voucher  'All U Can Eat'. Tadinya gue ngajak Senna sama doinya. Tapi mereka udah ada acara sendiri. Ya udah, tinggallah gue sama Kevlar. Gue sih kesenengan ya. Sama gebetan ini. Tapi mungkin lain hal nya dengan Kevlar. Kadang-kadang gue masih sering liat muka masamnya dia kalau obrolan kita lagi nyerempet-nyerempet ke arah Senna ataupun Eza. Terlihat jelas cowok itu masih gamon alias gagal move on. Hmm... oke pemirsahh kayaknya perjuangan gue masih panjang. Tapi nggak papa, gue adalah Allura Clandara Madava yang pantang menyerah mendapatkan cintanya.

"Buset !" seru Kevlar saat melihat limpahan daging segar yang mengisi hampir seluruh inci meja kami.

"Lo mesen semua ini Ra ?" Gue mengangguk.

"Yakin lo ?" Gue mengangguk lagi.

"Kacau lo Ra !" Katanya disertai tawa yang membahana membuat beberapa pengunjung melirik ke arah kami. Buru-buru gue memukul-mukul lengan Kevlar pakai sendok biar bibir cowok itu segera mingkem.

"Kenapa sih lo ? Ada yang salah ?"

"Gue nggak nyangka aja, makan lo sebanyak ini ternyata."

"Mumpung gratis Lar !"

Kevlar kembali terkekeh. Ia menggelengkan kepala menatap gue, membuat gue tiba-tiba merasa kecil.

"Lo emang beda dari cewek lain Ra."

Nah kan, pasti Kevlar jijik sama gue yang makannya banyak.

"Disaat cewek lain pada jaim nggak mau terlihat makan banyak di depan cowok, lo malah sebaliknya Ra."

"Ih, hidup-hidup gue. Ngapain gue ubah kebiasaan makan gue demi cowok. Kalau dia nggak suka sama cara makan gue, ya udah sana pergi."

Kevlar kembali tertawa kencang, membuat emosi gue rasanya naik. Untung ketawanya cakep, jadi berasa ada percikan-percikan air yang mematikan emosi gue.

"Justru bagus Ra. Gue suka."

"Hah ?" Gue nggak salah dengar kan pemirsahh ? Apa tadi Kevlar bilang? SUKA ???

"Lo tipe temen yang asyik dan enak dibawa kemana-mana. Nggak pusing soal makanan."

Harapan gue yang tadinya melambung tinggi mendadak jatuh terjerembab terseok-seok. Gue 'tipe temen' katanya. TEMAN.

"Kenapa gue baru sadar ya lo seseru ini ? Tau gini udah dari dulu gue ajak lo jalan."

Oh, gue kira udah dari dulu lo ajak pacaran. Ups!

"Ya kan lo selalu sibuk sama Senna." sindir gue. PLEASE PEKA!

"Iya juga ya. Jalannya sama gue, jadiannya sama Eza."

Gue hanya tersenyum kecut mendengar ucapan Kevlar. Sebenarnya, Kevlar sampai sekarang nggak pernah secara gamblang meceritakan perasaannya tentang Senna ke gue. Tapi dia sering celetuk-celetuk kayak gitu. Yang bikin siapapun langsung tahu kalau cowok di depan gue ini bucinnya Senna.

"Ya udahlah Lar, mungkin waktu lagi nggak berpihak ke lo sekarang." Kevlar terdiam mendengar ucapan gue. Gue juga nggak pernah secara langsung mengatakan kalau gue tahu tentang perasaan dia ke Senna, tapi sepertinya Kevlar udah menyadari itu. Buktinya dia seneng-seneng aja curcol tentang Senna ke gue.

"Lo bener-bener beda Ra."

"Hmm ?"

"Disaat temen-temen gue yang lain nyuruh gue ngegas biar nggak ketinggalan, atau bahkan nyalahin gue karena bego banget nggak pernah nyatain. Lo malah dengan entang hanya mengatakan kalau waktu lagi nggak berpihak sama gue. Membuat gue jadi bingung. Mau ngegas tapi nggak bisa, mau mundur juga masih ragu."

Gue tersenyum kecil mendengar itu. "Ya mau gimana Lar ? Saat ini posisi lo emang lagi nggak tepat buat meng-gas-kan karena yang ada malah ngerusak hubungan lo sama Senna. Mau nyuruh mundur juga gue tahu nggak semudah itu. Jadi ya gue cuma bisa bilang, emang waktu lagi nggak berpihak sama lo sekarang Lar."

"Jadi bisa aja suatu saat waktu akan berpihak ke gue ya Ra?" Kevlar tersenyum manis mengucapkan kalimat itu. Kontras dengan hati gue yang berdenyut nyeri. Duh, kok kesannya gue malah bikin Kevlar punya harapan lagi ya ? Begonya gue.

"Gue nggak bisa menjamin Lar. Mungkin tergantung doa dan usaha lo." Duh, tambah bego. Makin-makin bucin dah tuh nanti Kevlar jadinya.

"Apa usaha gue bertahun-tahun masih kurang keras ya ?" lirih Kevlar, matanya mulai menerawang. Kalau udah kayak gini gue jadi lemah. Berasa kayak ikhlas aja jadi pihak yang tersakiti.

"Mungkin udah saatnya lo mencoba peruntungan usaha di bidang lain ?"

Kevlar yang semula melamun akhirnya menatap gue. Kebingungan tersirat di matanya.

"Hmm, maksud gue gini Lar. Lo tahu kan kalau di dunia bisnis, ketika lo udah menggunakan segala cara untuk mengembangkan bisnis lo tapi kenyataannya nggak maju juga. Mungkin, udah saatnya beralih ke bisnis lain atau ke peruntungan lain. Sama kayak perasaan, kalau selama ini dengan segala cara lo udah berusaha dapetin Senna tapi nggak membuahkan hasil juga ? Mungkin lo bisa mulai coba nyari peruntungan lain Lar. Hmm... maksud gue, ya cewek lain gitu.."

Kevlar menatap gue lamat-lamat. Sepertinya dia mulai kemakan omongan gue. Bagus !

"Tapi... cewek lain itu.. bukan Senna."

Anjirrr !!! Bucin banget. Wah, bener-bener berat nih perjuangan gue.

"Ya itu, karena cewek lain itu bukan Senna. Mungkin aja dia bisa ngasih timbal balik yang lain ke elo kan Lar ?"

Kevlar semakin terdiam mendengar ucapan gue. Waduh, ini tuh gimana ya. Gue jadi ngerasa serba salah. Apa nasehat gue ini pantas ya buat orang gamon kayak Kevlar ini ? Atau ini terlalu cepat untuk membahas tentang perpindahan hati? Ah bodo amat.

Akhirnya kami memutuskan untuk sibuk memanggang daging-daging segar kesayangan gue. Sisa percakapan hanya kami habiskan membahas hal-hal standar. Sepertinya Kevlar juga sedang berusaha menghindari topik sensitif itu lagi.

------------------------------

"Thanks ya Lar udah dianterin sampai sini." Kevlar hanya mengangguk singkat sambil tersenyum. Tapi gue bisa lihat ada sebuah beban yang membuat senyum itu tampak palsu.

"Lar, lo nggak perlu mikirin banget ucapan gue tadi. Nanti lo malah jadi nggak konsen kuliah." Kevlar menaikkan salah satu alisnya, membuat gue gelagapan sendiri.

"Hmm... maksud gue yaa... udah nggak usah mikir banyak-banyak Lar. Biar aja dulu semuanya mengalir apa adanya. Ya gitu Lar...maksud gue-"

Tiba-tiba saja Kevlar menarik gue ke dalam pelukannya membuat gue yang tidak siap ini hanya membeku ditempat. Pasti muka gue kelihatan jelek banget sekarang. Untungnya Kelvar nggak lihat. Buru-buru gue menetralkan wajah secepatnya saat Kevlar mulai melepaskan pelukannya.

"Ke-kenapa Lar ?" tanya gue saat pelukan sudah benar-benar terlepas dan Kevlar hanya tersenyum kepada gue. Duh, nggak tahu aja dia jantung gue sudah jumpalitan. Siapa yang mau tanggung jawab kalau kayak gini ?

"Thanks ya Ra," ucap Kevlar akhirnya.

"Hah ?"

"Gue nggak tahu kenapa belakangan ini kayaknya gue sering banget berterima kasih ke lo. Tapi kayaknya..."

"Kayaknya ?"

"Kayaknya keberadaan lo emang seberarti itu ternyata,"

Lost & LookingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang