Melviano Rafisqy Gunadhya
"Nah tuh dia orangnya datang." seru Maryam membuat kami semua di ruangan itu menoleh untuk melihat siapakah sosok yang akan menemani gue ke pulau terpencil. Dan spontan, gue terbelalak kaget melihat apa yang ada di depan mata gue. Partner kerja gue di daerah terpencil itu selama dua minggu bukan hanya sekedar orang yang tidak gue kenal. Melainkan, cewek yang tidak gue kenal sama sekali. Garis bawahi ! CEWEK ! Udah gila kali Maryam nyuruh gue berduaan sama cewek di pulau terpencil. Kan, bahaya !
"Gila lo Mar !" bisikku pada Maryam. Sementara partner gue itu mulai menyapa siapa saja yang ada di ruangan. Sepertinya ketidakhadiran gue selama setengah tahun di basecamp ini membuat gue melewatkan banyak hal. Cewek di depan gue ini jelas bukan orang baru karena ia bisa berinteraksi akrab dengan Theo yang biasanya kalau sama anak baru tegas banget dan sok berwibawa.
"Gila apanya ?" tanya Maryam pura-pura bego.
"Lo nyuruh gue ke pulau terpencil selama dua minggu sama orang yang tidak gue kenal, cewek pula ?"
"Kenapa emangnya ?"
"Mar, ini cewek Mar !" Gue berusaha untuk meredam suara gue padahal sebenarnya emosi gue udah pengen dikeluarkan melalui teriakan.
"Ya kan nggak bakal lo apa-apain juga kan ?"
"Iya sih tap-"
"Atau bakal lo apa-apain ?"
"Nggak gitu Mar !"
"Ya udah !"
Gue mengusap kasar wajah gue. Kalem coy ! Seorang Melviano Rafisqy Gunadhya itu terkenal dengan kepiawaiannya mengendalikan diri.
"Apa alasan lo milih dia buat proyek ini ? Dia dihukum juga?"
Maryam terkekeh geli sambil menggeleng. "Dia nggak kayak lo lagi."
"Terus ? Kenapa milih dia ? Lo gak kasian apa sama anak gadis orang harus diasingkan di pulau terpencil gitu ? Bukannya istirahat di rumah luluran atau shopping."
Maryam tertawa renyah. "Lo belum tahu gimana dia Yan, dia lebih dari yang lo bayangkan."
Gue kembali memperhatikan partner pulau gue itu. Dia lebih dari yang gue bayangkan ? Hmm... perlahan-lahan gue mulai mengamati penampilan cewek itu. Memakai topi, kaos biru muda bergambar tengkorak, celana jeans hitam, sepatu sneakers, tas ransel kecil, dan polesan makeup tipis. Keliatannya orangnya memang agak tangguh sih. Semakin lama gue memperhatikan cewek itu, semakin gue merasa familier. Tiba-tiba cewek itu menoleh dan membalas tatapan gue. Dugaan gue kayaknya tepat karena lama cewek itu ngeliatin gue tiba-tiba saja matanya membulat, bibirnya sedikit terbuka, kelihatan sekali kalau dia seperti tersadar sesuatu.
Dengan ragu, cewek itu berjalan mendekat sambil menunjuk-nunjuk gue. Seperti membayang-bayangkan sesuatu.
"Ahh, gue inget sekarang." Gue menaikkan alis mendengar ucapannya. Sepertinya cewek ini sudah mengenali gue sementara gue disini masih bingung dan berusaha mengingat-ingat.
"Lo cowok aneh di toko buku itu." sahutnya kemudian, membuat gue melongo. Cowok aneh ? Dia bilang gue cowok aneh ?
"Lo masih ingat gue ? Yang nyapa lo di toko buku. Yang kita berdua dikacangin sama gebetan kita gara-gara buku."
Mendengar kata gebetan dan buku, gue otomatis melarikan ingatan gue ke Alis. Berusaha mengingat momen gue ke toko buku dengan Alis. Dan benar saja, beberapa detik kemudian sekilas bayangan kejadian muncul di otak gue. Gue inget sekarang ! Gimana bisa gue nggak inget kalau cewek ini sempat beberapa hari bikin gue geleng-geleng kepala karena mengingat keabsurd-annya yang ngajak gue ngobrol di toko buku waktu itu. Dengan alasan karena dia merasa gelisah kalau nggak ngobrol. Perlahan sebuah senyum lebar terbit di bibir gue. Cewek di depan gue ini jadi ikut tersenyum. Cantik juga. Pikir gue tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost & Looking
ChickLitSebuah kisah yang tak pernah benar-benar dimulai Atau sudah dimulai tanpa tersadari ? Atau mungkin seharusnya tidak dimulai ? "Kalau apa yang kita rasakan ini salah, maka ini adalah kesalahan yang paling gue syukuri."