Allura Clandara Madava
Berada di pulau terpencil bersama Melviano Rafisqy Gunadhya ternyata tidak buruk-buruk amat. Selain karena bisa cuci mata setiap hari karena sosok Melviano ini yang manisnya subhanallah, orangnya juga asyik. Diajak seneng-seneng bisa, diajak serius juga bisa. Ini sudah hari keempat kami. Kebiasaan kami setiap harinya hampir sama. Kecuali yang mandi air laut pagi-pagi buta itu karena Melviano sudah memberi peringatan gara-gara keesokan harinya setelah mandi air laut gue demam dan flu. Akhirnya seharian itu gue cuma istirahat di rumah Pak Karim. Cuma Melviano yang keluar katanya mau take video sekalian bantu-bantu ngajarin anak-anak di sekolah pinggir pantai.
Berbicara tentang sakit gue mau nggak mau jadi bersemu lagi. Keesokan paginya setelah adegan mandi-mandi air laut itu,Melviano tiba-tiba aja masuk kamar gue tanpa izin. Waktu itu katanya sudah pukul tujuh pagi dan gue belum keluar kamar sama sekali jadinya dia khawatir. Gue sebenarnya belum sadar kalau gue sakit, sampai akhirnya sebuah sentuhan lembut di kening gue membuat kesadaran gue pulih. Hal pertama yang gue lihat pagi itu adalah wajah khawatir Melviano.
"Lo demam Ra !"
Dan dimulailah pagi gue dengan Bu Eda dan Melviano yang dengan cekatan mengurus gue. Bu Eda sudah membuatkan minuman hangat entah dari apa yang rasanya nggak banget tapi katanya bisa menurunkan demam. Melviano dengan sigap membantu mengompres dahi gue dengan handuk basah. Dia sempat izin sebentar untuk ke sekolah dan katanya juga ambil beberapa video tapi sekitar tiga jam kemudian dia balik lagi. Setelahnya, Melviano nggak pernah pergi dari sisi gue. Mau minum, diambilin plus dibantu minum pakai sedotan. Mau makan disuapin. Bahkan pas gue mau tidur gue bisa merasakan Melviano mengelus lembut rambut gue, membuat gue dengan mudahnya terbuai ke alam mimpi padahal tadi sebelum ada Melviano gue merasa susah tidur.
Pas gue bangun, gue merasakan ada sesuatu yang berat di lengan bawah gue. Gue melirik ke bawah dan melihat Melviano tertidur dengan menyandarkan kepala di atas lengan kiri gue. Seketika gue merasa terharu. Belum pernah gue merasa diperhatikan sebegininya sama cowok selain papa gue. Bahkan sama Kevlar pun waktu gue sakit dia nggak sampai sebegininya nemenin gue. Membuat sesuatu dalam diri gue merasa aneh. Gue nggak ngerti ini apa, tapi semenjak hari itu gue kadang-kadang melihat Melviano dengan cara yang berbeda.
Seperti hari ini, saat gue udah berada di tengah ibu-ibu desa yang lagi membuat kerajinan dari kerang. Ohiya sebelumnya kami berencana mengunjungi perkumpulan pengrajin kerang ini di hari kedua tapi karena gue sakit jadi ya batal. Dan di hari berikutnya, kami malah sibuk bantuin Pak Karim ngebenerin masjid yang beberapa bangunannya mulai rapuh, retak, dan semacamnya. Alhasil baru di hari keempat ini kami bisa mampir kesini.
Sebelum bergabung dengan ibu-ibu, gue dan Melviano memang lebih fokus untuk pengambilan video dari berbagai sudut angle. Sesekali ambil video wawancara singkat dengan beberapa pengrajin. Barulah setelah videonya beres, gue dan Melviano ikut bergabung membuat kerajinan dari kerang.
Tadinya gue fokus sama kerjaan gue. Berkali-kali kerangnya kegeser karena gue yang nggak bisa diam membuat ibu-ibu cuma bisa nertawain gue yang nggak beres-beres kerjaannya. Tapi konsentrasi gue terpecah saat gue nggak sengaja menoleh ke samping. Gue melihat Melviano lagi fokus ngecat kerangnya bahkan menambahkan beberapa lukisan kecil diarea kosong yang ada. Kadang-kadang dia tertawa atau tersenyum kecil kalau ibu-ibu lagi menggoda atau memuji kebolehannya dalam menggambar. Dan entah mengapa melihat itu semua jantung gue jadi berdebar. SUMPAH ! Hari itu Melviano ganteng banget. Kalau dulu gue sering bilangnya dia nggak terlalu ganteng tapi manis. Tetapi hari itu dia SUPER GANTENG SUPER MANIS. Dengan sekuat tenaga gue berusaha untuk kembali fokus ke pekerjaan gue takutnya gue semakin meleleh mandangin wajah ganteng Melviano. Tapi SUSAH !!! Kalau Senna tahu gue kayak gini pasti udah diledekin dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost & Looking
ChickLitSebuah kisah yang tak pernah benar-benar dimulai Atau sudah dimulai tanpa tersadari ? Atau mungkin seharusnya tidak dimulai ? "Kalau apa yang kita rasakan ini salah, maka ini adalah kesalahan yang paling gue syukuri."