Bagian Lima: Keping Surat dan Hal-Hal yang Hilang
"And you wrote that you and I will never change then we change completely." -- Massachusets, Handsome Ghost.
ʕ⁎̯͡⁎ʔ༄
Raffa mengetukkan jari di atas meja seraya mengarahkan pandangan ke luar jendela. Bunga mawar merah dan kuning yang ditanam Mitchell di halaman Bob's Coffee and Company mulai merekah, memberi kesan hangat pada bangunan tua tersebut saat ia melangkah memasuki pekarangan.
Kopi hitam yang ia pesan sudah mulai dingin namun sosok yang ditunggunya belum juga muncul. Raffa mengusap tengkuk gusar. Apa ajakannya terlalu berlebihan? Apa sosok itu sebenarnya merasa tidak nyaman namun tidak cukup berani untuk menolak? Apa mungkin ia lupa? Raffa berdecak keras, merutuki dirinya sendiri dalam hati. Seharusnya waktu itu ia dapat menahan diri dan tidak asal bicara.
Ingatan Raffa kembali terlempar pada satu malam bertanggal beberapa hari yang lalu. Malam yang dipenuhi dengan rintik hujan dan hawa dingin, juga canggung yang terasa lucu. Malam ketika ia mengantar Eleonora pulang.
Sepanjang perjalanan, mereka lebih banyak diam. Raffa tidak tahu apa yang perempuan itu pikirkan, namun pandangannya terarah ke luar jendela. Entah terfokus pada titik air yang mengalir di kaca atau kendaraan pada lajur berlawanan yang berlalu lalang. Sesekali Raffa mencoba membuka obrolan kecil—seperti it's nice to hang out like that right, yang dibalas Nora dengan yes, that was kinda fun.
Raffa rasa Eleonora lelah, terlebih jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Ia tidak ingin perempuan itu menganggapnya berisik jika terus menerus berusaha mengajaknya mengobrol. Maka ia menyetir dengan bibir dikulum dan jari yang diketuk pada sisi jendela. Gumaman samar dan lagu yang berasal dari stereo sesekali mengisi sunyi di antara mereka. Namun selebihnya, hening.
Raffa rasa mereka sudah separuh jalan menuju apartemen Nora saat perempuan itu tiba-tiba buka suara.
"Lo dengerin Handsome Ghost?"
Butuh waktu beberapa detik bagi Raffa untuk menyadari maksud pertanyaan Nora. Lagu yang berasal dari playlist ponselnya dan kini mengalun memenuhi seluruh sudut mobil adalah lagu yang berasal dari band bernama Handsome Ghost.
"Kenapa? Lo suka?" Raffa balik bertanya.
Eleonora tidak menjawab. Sebagai gantinya, perempuan itu mengangguk singkat. Meski begitu, gerakan kepalanya yang sedikit terlalu cepat dan senyum samar yang muncul di sisi bibirnya cukup untuk Raffa menyimpulkan bahwa topik yang sedang mereka bicarakan boleh jadi adalah apa yang perempuan itu suka.
"Gue nggak terlalu tau mereka, sih," tambah Raffa cepat. "Klana yang suka Handsome Ghost. Gue hanya dengar beberapa lagunya aja."
Eleonora menggumamkan oh singkat, tidak terlihat kecewa dengan pengakuan Raffa. "Lo paling suka lagunya yang mana dari semua yang pernah lo dengar?"
Raffa menimbang sejenak. Kebanyakan lagu dari Handsome Ghost yang ia dengar adalah lagu-lagu yang didominasi dengan petikan gitar dan lirik sedih. Klana pernah memperdengarkan beberapa yang bernada riang dengan dentuman tempo ceria, namun lagu-lagu itu tidak meninggalkan kesan yang terlalu spesial baginya.
"Mungkin Fool," balas Raffa ragu. Ia juga menyukai lagu yang sedang berputar di stereo mobilnya, Massachusetts.
Eleonora tersenyum tipis. "Nice choice. Gue juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Let Go (Sequel Unsent Letters)
Fiksi RemajaHow to Let Go: Sebuah kisah dari Raffa untuk Kejora. © 2019 by elcessa All Rights Reserved.