Author POV
Setelah percakapan tadi, Sehun berhasil membujuk Jungkook untuk menemui Yoongi. Mereka berdua masuk ke dalam ruang rawat, seketika Jungkook merasa amat bersalah karena membenci Yoongi.
Yoona masih setia berdiri enggan mendekat ataupun sekedar duduk disamping Yoongi, terbuat dari apa hati Yoona hingga sulit untuk mencairkan hatinya yang sekeras batu. Apa menunggu sampai Yoongi tiada baru Yoona menyadari bahwa Yoongi berharga?
" Yeobo mengapa tidak duduk disamping ranjang Yoongi?" Sehun bertanya dengan lembut, tau akan kondisi saat ini yang belum kondusif dan terlampau hafal dengan watak Yoona yang keras.
" Aku....entahlah aku belum siap untuk menerimanya." Jawab Yoona ragu namun dengan raut wajah dingin. Percayalah tapi disudut hatinya ada rasa kekhawatiran yang membuncah dan sulit untuk diungkapkan.
Sehun hanya bisa menghela nafas memberikan waktu untuk Yoona agar mau menerima Yoongi.
Yoona dan Jungkook memang memiliki kesamaan yaitu sama-sama keras kepala dan memiliki ego tinggi.
Namun sepertinya hati Jungkook mulai luluh dan mau menerima keberadaan Yoongi, mengabaikan kedua orang tuanya yang sedang berbicara, Jungkook perlahan mendekati ranjang Yoongi, melihat secara dekat kondisinya.
Wajah pucat pasih tertutupi masker oksigen menjadi pemandangan yang menyedihkan untuk Jungkook. Tak sanggup jika harus melihat lebih lama Tubuh kurus nan ringkih ini, menanggung kebencian selama tujuh tahun. Keegoisan yang membawa Jungkook dalam jurang kebencian dan berakhir penyesalan.
" Bangunlah, aku berdiri tepat disamping saat ini. Bukankah ini yang kau inginkan?" Jungkook mengatakan dengan lirih, jujur ia rindu dengan Yoongi, rindu suara teduh dan perhatian seorang kakak pada adiknya.
Sehun menatap dengan pandangan sendu, sedangkan Yoona tidak merubah ekspresi nya yang datar.
Jungkook memegang tangan Yoongi dengan pelan. Sudah lama ia tak memegang tangannya, tangan kurus dan tampak terlihat urat-urat yang menonjol. Memperlihatkan betapa kurusnya tubuh Yoongi.
Tangan kurus ringkih ini yang dulu selalu memeluknya, mengusap kepalanya dengan kasih sayang, memberikan selimut saat ia tidur. Jungkook tak sanggup melihat kondisi nya. Kondisi yang tak pernah ia bayangkan sebelum nya. Selama ini ia abai dengan hati yang terluka.
Jungkook terlalu buta dengan mata Yoongi yang selalu memancarkan kesedihan dan mengharapkan kasih sayang. Seolah hidupnya kini redup tak ada lagi cahaya untuk menerangi nya.
Jungkook POV
Aku adalah orang yang telah menghilangkan cahaya itu. Cahaya milik Hyung ku sendiri, bahkan aku sudah menjadi kegelapan untuk Hyung ku sendiri
Aku adalah orang yang menghidupkan kebencian selama ini pada diriku, pada eomma dan appa.
Aku bersalah.
Maafkan aku hyung!!!Aku berjalan keluar, meninggalkan ruangan ini, berlari menuju sungai Han. Disana aku menangis, meraung mengeluarkan semua sesak yang telah aku pendam selama tujuh tahun.
" ARGHHH, HYUNG INI MENYESAKKAN. TOLONG AKU. MAAFKAN AKU HYUNG!! AKU BERSALAH,AKU BERDOSA HYUNG!!!TUHAN HUKUM SAJA AKU TAPI KEMBALIKAN HYUNG KU !!!!"
Semua rasa sesak melebur dalam runtuhnya pertahanan ku.
Aku menangis, aku lelah!
Ya aku lelah, lelah dengan perasaan menyesakkan ini. Aku terduduk lemas di pinggir sungai Han. Menatap langit penuh bintang. Jujur aku takut melihat bintang...
Aku takut bila melihat Hyung ku diatas sana, maaf Hyung aku terlalu pengecut hanya untuk meminta maaf.
Kring
Handphone berdering mengalihkan pandanganku. Segera ku cek handphone. Terpampang nama Appa di layar ponselku.
Segera ku angkat, semoga ada kabar baik tentang Yoongi hyung.
Halo appa, ada apa?
Cepatlah ke rumah sakit Kook,
Yoongi sudah sadar!
Baik appa, Jungkook akan ke rumah sakit.
PIP
Telpon telah terputus, aku segera berlari menuju rumah sakit.
Terimakasih Tuhan telah memberi ku kesempatan untuk memperbaiki segalanya.
Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
.
.
.
.
.
.
.
.
Akhirnya setelah sampai di rumah sakit, langsung saja aku berlari menuju ruang rawat Yoongi. Kulihat appa dan eomma duduk di luar ruang rawat, perlahan aku mendekat dan bertanya." Appa, eomma mengapa di luar? Yoongi hyung baik-baik saja kan? Yoongi Hyung sudah sadar kan? Katakan padaku eomma appa! "
Berbagai pertanyaan ku ajukan, pasalnya aku sangat panik jika terjadi sesuatu pada Yoongi Hyung.
" Tidak apa-apa Kook, dokter sedang memeriksa keadaan Yoongi."
" Syukur lah."
Aku bisa bernapas lega mengetahui bahwa Yoongi hyung akan baik-baik saja. Namun sesaat aku melihat raut wajah eomma tetap datar tak menunjukkan ekspresi sedih sedikit pun. Aku berjalan pelan menuju eomma, duduk disamping nya tapi tak sedikitpun bergeming.
" Eomma, luntur kan ego. Buka hati eomma untuk Yoongi hyung, eomma tidak lihat bagaimana keadaan Yoongi hyung saat ini. Hyung berjuang antara hidup dan mati karena keegoisan kita eomma." Perkataan ku cukup membuat atensi eomma teralihkan, eomma memandang ku dengan tatapan sendu. Aku tak tau harus berbuat apa, hanya bisa mengeluarkan kata-kata yang menurutku bisa membuka sedikit hati eomma.
" Anak eomma sudah dewasa ya, maafkan eomma yang masih bersifat kekanak-kanakan ini. "
Eomma mengelus rambutku, ada pancaran sedih dimatanya.
" Maaf eomma belum bisa jadi ibu yang baik, sebenarnya eomma malu dengan Hyung mu. Selama ini eomma selalu berlaku kasar terhadap nya. Setiap hari ia selalu menerima cacian, hinaan, rasa sakit dari eomma. Eomma tak yakin dia akan memaafkan eomma. "
Setelah lama eomma bungkam, akhirnya membuka suara juga terlihat matanya berkaca-kaca. Di sudut hati, aku merasa senang karena eomma sudah membuka hati untuk Yoongi Hyung.
Aku memeluk eomma untuk sekedar saling menguatkan.
" Eomma percaya Yoongi hyung pasti akan memaafkan kita semua. Kita akan mulai hidup dari awal, membuka lembaran baru."
Aku berusaha menghibur eomma, menepuk pelan punggungnya. Hanyut dalam suasana haru, tak selang beberapa lama.
Dokter keluar dan menjelaskan tentang kondisi Yoongi.
" Pasien saat ini kondisi nya....
~TBC~
Digantung itu enak ya (muka polos)Bye!!!
Voment loh!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate My Life || Yoonkook [√]
FanfictionKata orang, harapan lah yang membuat manusia tetap hidup. Tapi bagaimana jika Yoongi mulai kehilangan harapannya? Apakah ia bisa bertahan atau menyerah menjadi pilihannya? *Brothership Start : 27 Mei 2020 | 03.20 PM End : 27 Juni 2020 | 06.44 PM