Yoongi POV
Setelah memakan roti pemberian Hoseok, perutku kini terasa lebih baik. Saat ini aku sungguh bersyukur memiliki sahabat seperti Hoseok. Tak bisa dibayangkan bagaimana jika tak ada Hoseok, mungkin aku sudah tak di ada di dunia ini.
Alasan satu-satunya aku bertahan di tengah dunia jahat ini hanyalah Hoseok. Dia yang selalu menjadi tempat rumah dan tempat ternyaman.
" Hoseok-ie !" Kupanggil Hoseok dengan nada ceria serta senyum manis terkembang apik.
Hoseok menoleh dan balik tersenyum padaku.
" Ada apa, apa perut mu masih sakit Yoon?" Tanya Hoseok membuatku lagi-lagi tersenyum.
Suara lembut hoseok mengalun indah di gendang telinga memberikan sensasi menenangkan. Ya suara Hoseok memang lembut membuatku seperti mendapatkan seorang figur saudara.
" Tidak apa-apa, aku hanya sedang mensyukuri nikmat Tuhan." Ucapku tulus.
Hoseok mengernyitkan dahi tanda tak paham maksud perkataan ku.
" Aku bersyukur kamu tetap disampingku, selalu mengerti diriku dan mau menjadi sahabat untuk ku yang tak berguna. " Ucapku dengan nada ringan.
" Jangan berkata seperti itu Yoon, jika rasa lelah itu, datanglah padaku. Aku akan selalu mendengar dengan baik semua kelah kesuhmu, selalu ada disamping mu, aku akan tetap menjadi sahabat baikmu sekarang, besok dan selamanya." Penjelasan Hoseok membuatku tersenyum haru. Aku merasa mempunyai sandaran.
" Kim ssaem sudah datang, kita fokus pelajaran saja." Ucapku ketika melihat Kim ssaem berjalan menuju kelas.
Aku segera mengeluarkan buku diikuti pula dengan Hoseok yang ikut mengeluarkan buku juga. Akhirnya Kim ssaem masuk ke kelas dan mengajar, aku sangat fokus dengan pelajaran Kim ssaem.
Karena sejatinya aku sangat menyukai pelajaran Biologi, sedangkan Hoseok dia sedang mencatat hal-hal yang ia tak pahami.
●●●
Yoongi POV
Bel pulang sekolah berbunyi, aku bersiap memasukkan semua bukuku dalam tas.
" Yoon pulang dengan siapa?" Hoseok bertanya padaku.
Aku memberhentikan kegiatan memasukkan buku dan menoleh ke arah Hoseok.
" Mungkin naik bus."
Jawab ku seadanya, ragu karena uang bulanan ku mulai menipis karena kemarin terpakai untuk kebutuhan basket.
" Pulang bersama ku saja Yoon." Tawaran Hoseok membuatku menimang-nimang dan akhirnya menyetujui nya. Seketika wajah Hoseok menjadi cerah.
" Ayo Yoon langsung ke parkiran." Ajak Hoseok.
Aku hanya bisa mengangguk,dan mengikuti Hoseok. Di parkiran suasana sepi, hanya ada beberapa motor yang terpakir. Aku dan Hoseok berjalan menuju motornya. Ia mendarai motor menuju arahku dan berhenti tepat dihapadanku.
" Ayo naik!" Pinta Hoseok
Aku segera menaiki motor Hoseok, ia memacu kendaraan dengan kecepatan sedang walaupun motornya model sport yang notabenenya untuk kecepatan tinggi. Karena ia tau aku trauma menaiki kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Tak terasa, aku dan Hoseok telah sampai didepan Mansion.
" Terimakasih Hoseok-ie." Aku mengucapkan banyak terimakasih kepada Hoseok, tapi ia dihadiahi wajah kesal dari Hoseok.
" Kenapa dengan mukamu Hoseok?" Aku bertanya pada Hoseok, mungkin aku ada salah tadi yang membuatnya kesal.
" Yoon ingat janji kita?" Hoseok balik bertanya kepadaku, refleks aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban.
" Dalam persahabatan kita tidak ada terimakasih dan maaf, yang ada saling mendukung satu sama lain. Jangan sungkan atau ragu untuk meminta bantuan ku. Aku disini berdiri disamping mu, menjadi tameng untukmu. Kau pun sama menjadi tameng untukku dan selalu melindungi ku, ingat saat kau pertama kali membantu ku saat dibully. Kau membantu ku kan, kau menyelamatkan ku. " Ucapan panjang lebar Hoseok telak membuatku terharu dan lagi-lagi aku hanya tersenyum.
Sungguh Tuhan aku berterimakasih padamu, telah mengirimkan sahabat terbaik untukku.
" Hoseok-ie terimakasih telah disamping ku dikala suka dan duka. Aku sangat menghargai itu. " Aku hanya mampu mengucapkan beribu terimakasih pada hoseok.
Dia satu-satunya orang yang menganggap ku ada, dia satu-satunya yang disampingku disaat orang tua tak peduli. Dia adalah orang yang sangat berharga, dan dia adalah cahaya ku cahaya yang menerangi ku dalam kegelapan.
" Cuacanya dingin. Masuklah!"Hoseok memperingatkan ku tentang cuaca dingin yang bisa membuatku demam.
" Iya hoseok, kau juga pulanglah. Bye, see you tomorrow !" Ucapku dengan melambaikan tangan.
Hoseok membalas lambaian tanganku, dan menancap gas motornya dan berlalu meninggalkan ku. Setelah tak melihat motor Hoseok aku masuk ke dalam Mansion.
Baru masuk, aku telah disuguhi pemandangan menyakitkan di hati. Jungkook bersendau gurau dengan appa dan eomma. Mereka bertiga abai dengan keberadaanku, aku hanya berjalan dengan langkah berat. Tak sedikitpun mereka menoleh padaku atau setidaknya melirik.
Sehina itu kah diri ku?
Hingga mereka jijik melihat wajahku.
Aku juga ingin bersama dengan mereka, tapi sepertinya itu hanyalah mimpi belaka.Aku menyeret langkahku menuju kamar. Di dalam kamar aku kembali dengan suasana yang tak asing lagi yaitu kesepian, kamar ini berwarna hitam sama dengan perasaan yang melingkupi hati. Lantas aku membaringkan tubuh di atas ranjang, menikmati setiap hembusan nafas.
Terkadang aku bersyukur dengan Tuhan yang telah mengirimkan Hoseok. Namun di sisi lain aku mengeluh pada Tuhan mengapa kedua orang tua dan adikku membenciku.
Tanpa sadar, air mata sukses mengalir di pipi. Rasa sesak itu hadir kembali dan kini terasa sangat sesak dan menyakitkan, aku hanya ingin seperti dulu. Berjalan bersama eomma, appa dan Kookie, menikmati secangkir teh di halaman tapi lagi-lagi semua itu hanyalah kenangan manis. Sedang realitanya amatlah pahit.
Mengapa hidup ku sangat menyedihkan?
Tuhan bantu aku!!!
Bantu aku untuk menghilangkan sesak dalam dada, aku lelah merasakannya.
~TBC~
Yaampun kapan selesainya ini book.Tinggalkan jejak loh!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate My Life || Yoonkook [√]
FanfikceKata orang, harapan lah yang membuat manusia tetap hidup. Tapi bagaimana jika Yoongi mulai kehilangan harapannya? Apakah ia bisa bertahan atau menyerah menjadi pilihannya? *Brothership Start : 27 Mei 2020 | 03.20 PM End : 27 Juni 2020 | 06.44 PM