Bab 12

1K 87 18
                                    

" Aku tidak mengerti Hoseok, seharusnya aku sudah mati kan? Seharusnya aku sudah bersama kakek dan nenek diatas sana. Tapi nyatanya aku masih hidup, mungkin jika aku tak sekarat seperti kemarin apakah appa, Jungkook akan memafkanku? Mengapa aku masih hidup sampai sekarang Hoseok?" Tanyaku pada Hoseok.

Hoseok terlihat ingin mengatakan sesuatu.

" Aku akan menjawab pertanyaanmu, mengapa kau masih hidup kan sampai sekarang? Karena Tuhan masih memberikan mu kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan, Tuhan tidak sejahat itu Yoon. Rencana Tuhan tidak ada yang tahu, manfaatkan kesempatan ini untuk memaafkan orangtua dan adikmu Yoon sebelum terlambat. Bukankah ini yang kau mau kan? "

Pertanyaan Hoseok membuat ku terhenyak, memang ini yang aku inginkan tapi apakah harus melewati masa-masa sulit seperti kemarin? 

" Aku terluka, dan luka ini terlalu dalam. Setiap hinaan mereka selalu membayangiku Seok-ah. Setiap kali aku melihat mereka semua kenangan buruk otomatis terputar di pikiranku tetapi dalam hatiku, mereka adalah orang yang aku sayangi. Mereka sangat berarti untuk ku, setidaknya mereka membuat masa kecilku bahagia. Aku ingin bersama dengan mereka, bercengkrama seperti anak dengan orangtuanya, aku ingin merasakan kembali usapan hangat itu."

Aku meluapkan semua apa yang kurasakan, apakah ini penantian panjangku selama tujuh tahun? Apakah mereka sudah mulai menyayangiku kembali?

" Yoon, aku hanya ingin kau bahagia. Maafkan dirimu sendiri lalu maafkan keluargamu. Aku hanya bisa menyampaikan itu, aku sudah tak punya hak untuk ikut campur terlalu dalam masalah keluargamu."

Perkataan Hoseok membuatku semakin ragu, akankah semua akan kembali seperti tujuh tahun yang lalu?

Cukup lama aku berpikir akhirnya aku memutuskan untuk memaafkan semuanya, diriku sendiri, appa, eomma dan Jungkook. Aku ingin penantian panjangku tidak berakhir sia-sia. Benar kata Hoseok, Tuhan memberikan kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan ini.

Aku mengubah posisi ku menjadi duduk dibantu Hoseok.

" Hoseok aku minta tolong panggilkan Jungkook, boleh?" Aku bertanya pada Hoseok.

Sebenarnya aku masih canggung untuk bertemu dengan Jungkook, aku hanya takut melukainya seperti dulu aku merasa gagal jadi kakak yang baik untuknya. Dan saat ini hubunganku dengan Jungkook bak dua orang asing bukan seperti adik dan kakak seharusnya.

" Santai saja Yoon, aku akan memanggil Jungkook." Hoseok kemudian keluar dari ruangan ku.

Aku merenung menghadap jendela menikmati sedikit angin yang masuk, terpaan angin yang membuatku tenang dan damai. Apakah aku sudah melakukan hal yang tepat dengan memaafkan semuanya?

" Hyung." Sebuah suara yang tak asing memecah keheningan, aku menoleh ke arah sumber suara. Aku hanya menunjukkan senyum tipis.

" Hyung, aku minta maaf...hiks... Aku minta maaf...hiks...aku salah hyung."

Tangis Jungkook pecah dia berlutut di hadapan ku. Sontak aku pun ikut meneteskan air mata melihat air mata Jungkook.

Aku tak tega, ingin hati merengkuh nya dan memberikan kekuatan namun tubuhku seakan membeku enggan untuk mendekati.

" Hukum aku hyung...hiks...benci aku dengan segala kebencian yang kau punya hyung...hiks...aku bersalah..."

Jungkook masih saja menangis, aku benci dengan suasana seperti ini. Canggung dan terasa menyesakkan bercampur menjadi satu.

Arghh shit
Aku tak tau harus berbuat apa?
Ingin hati merengkuh Jungkook ke dalam pelukan.
Tapi aku masih takut.
Namun aku harus berdamai dengan semuanya bukan?
Berdamai dengan keluarga ku.
Berdamai dengan monster itu.
Berdamai dengan diri sendiri.

" Kook bangunlah, Hyung memaafkanmu. Apa kau tak mau memberi hyung pelukan hangat mu ?"

Jungkook tersenyum senang, ia segera menghapus air matanya. Ia memeluk ku dengan sangat erat seakan-akan tak mau dilepas.

" Terimakasih hyung, telah mau memaafkan ku. Aku sangat bersyukur hyung."

Aku menepuk pelan punggung Jungkook.  Tuhan terimakasih telah mengembalikan adik kecilku.
Aku sangat bersyukur...
Aku sedang tidak bermimpi kan?
Aku sangat bahagia, aku dipeluk oleh adikku. Sekarang aku bisa memeluknya. Hal yang selama ini sulit didapatkan.

" Sudah ya jangan menangis." Kataku saat bahuku terasa basah karena air mata Jungkook yang kembali mengalir. Namun balasan Jungkook hanya gelengan kepalan membuatku tersenyum geli.

" Jungkook lepas ya, hyung sesak!" Aku mengadu sesak pada Jungkook agar melepaskan pelukan erat itu. Aku tak berbohong kekuatan Jungkook saat memeluk tidak main-main.

" Benarkah Hyung?" Jungkook bertanya dengan polos dan melepas pelukannya.

Aku mengangguk.

" Berarti aku lebih besar daripada hyung, aku tinggi dan hyung pendek. Hahaha."

Jungkook meledek ku hingga membuat nya tertawa, tawa yang aku rindukan kini jelas terpampang didepanku. Aku sama sekali tak marah, sebaliknya aku tersenyum sangat lebar.

" Aigoo, ada apa ini kenapa sangat senang sekali?" Suara appa tiba-tiba menyela.

Aku reflek menundukkan kepala ku, sedikit mengintip dan bisa aku lihat Jungkook sedikit mundur untuk memberikan ruang pada appa.

Aku masih sedikit takut dengan appa, takut dimarahi dan dipukul lagi.

" Sayang, anakku!"

Aku terkesiap saat tangan appa menyentuh pundakku. Otomatis aku mundur bisa dibilang aku sedikit trauma dengan sentuhan appa.

Ya kalian pasti tahu, selama ini appa selalu memukulku.

" Maafkan appa ya, kau pasti takut kan?"

Aku mengiyakan pertanyaan appa dalam hati. Tujuh tahun bukan waktu singkat untuk melupakan semua. Bahkan sampai saat ini memori kelam itu terus berputar.

Memori dimana aku selalu mendapatkan hinaan, kata-kata kasar yang terlontar, pukulan dan lain-lain yang mampu membuat luka sebegitu dalamnya.

" Nak liat appa, jangan menunduk!" Mendengar perintah appa, sontak aku menegakkan kepalaku.

Aku memandang wajah tegas appa, sangat menurun sekali pada Jungkook, beda denganku yang lebih mirip pada eomma.

Ngomong-ngomong tentang eomma, mengapa eomma tak pernah ku lihat?
Apa eomma masih marah padaku?
Apa eomma masih membenciku?
Ya eomma pasti nya masih membenciku entah sampai kapan.

" Appa."

" Iya ada apa? " Balas appa.

Aku rindu suara appa yang lembut bukan bentakan dan hinaan.

" Appa tak marah lagi padaku ?" Tanya ku sedikit ragu.

" Appa minta maaf ne, semua ini salah appa. Semua berasal dari ego, appa tidak bisa menahan ego appa saat itu. Yoongi tak perlu minta maaf, seharusnya appa minta maaf pada Yoongi. Yoongi mau memaafkan semua kesalahan appa? Appa tahu perbuatan appa selama ini tidak pantas untuk dimaafkan. Tapi appa mohon padamu nak, maafkan appa. Hiks...appa janji akan...hiks...memperbaiki semuanya."

Appa menangis di depanku, tak pernah sekalipun aku pernah melihat appa menangis, tak tega aku melihathnya sehingga aku menggenggam tangannya dan mengelus tangan kekar appa.

Sudah berapa aku tak pernah menyentuh tangan appa? Tujuh tahun mungkin atau lebih.

" Appa, maafkan aku karena...






~TBC~

Hello!!!

Jangan lupa voment....!!!

Bye...

I Hate My Life || Yoonkook [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang