Chapter 4

11 5 0
                                    

'Panggilan kepada Denarin Eilenn dari kelas XI IPA 2 untuk menuju keruang kesiswaan sekarang' terdengar dari audio pengumuman kelas yang berada disudut ruangan kelas Dena.

Dena sedikit heran mengapa ia dipanggil melalui audio kelas karena biasanya siapapun siswa yang dipanggil melalui audio seperti itu kemungkinan besar memiliki suatu masalah. Mendengar hal itu Dena langsung bergegas meminta izin dari guru yang sedang mengajar untuk menuju keruang kesiswaan.

"Maaf bu, saya izin keluar ya bu..." ucap Dena.

"Iya silahkan nak" balas gurunya.

Sesampainya dikantor guru ia langsung menuju ruang kesiswaan yang berada disudut ruangan. Gadis itu mulai mengetuk pintu dan berkata.

"Permisi pak..".

"Ya, silahkan masuk" balas seorang lelaki yang merupakan guru pengajar sekaligus menjabat sebagai kesiswaan disekolah yang bernama Pak Gumiwa. Setelah dipersilahkan duduk, Pak Gumiwa mulai membuka pembicaraan.

"Jadi nak, bapak memanggil kamu kesini karena bapak ingin membahas tentang beasiswamu".

"Emang ada apa pak sama beasiswa saya?" balas gadis itu.

"Beasiswa kamu terancam akan dicabut. Tiba-tiba investor sekolah kita ingin menarik anggaran beasiswa atas namamu. Tapi, bapak mencoba untuk menunda hal itu karena yang bapak tau nilai kamu dikelas selalu bagus malah baru-baru ini kamu mengharumkan nama sekolah kita diajang nasional" balas pak Gumiwa dengan logat jawa yang melekat padanya.

Mendengar kabar itu Dena sangat amat terkejut, jika beasiswanya dicabut bagaimana ia bisa mencari uang untuk membayar sekolah. Sedangkan, untuk makan saja sudah pas-pasan. Dena hanya mendapat uang jajan dari uang hasil dari memenangkan berbagai lomba yang ia ikuti. Sekolah Pranadipa Jaya merupakan sekolah tebaik dikota itu dan sudah pasti memiliki iuran sekolah yang tidak murah.

"Kenapa bisa seperti itu pak?, apa saya sudah membuat kesalahan sehingga investor tidak lagi mau melanjutkan beasiswa saya?" Tanya Dena.

"Bapak juga bingung, tapi bapak juga tidak dapat berbuat apa-apa nak. Semua fasilitas yang ada disekolah kita juga sebagian berasal dari investor diluar sekolah ini, tapi bapak akan tetap mencoba membicarakan kembali kepada pak Gandhi terkait hal ini".

Dena sontak membelalakan mata dan terkejut mendengar nama Gandhi dan kembali bertanya kepada pak Gumiwa apakah pak Gandhi yang disebut merupakan orang yang ia kenal.

"Maaf pak, orang yang bapak sebut Pak Gandhi itu bukan orangtuanya dari senior saya Rey kan?" Tanya Dena.

"Iyaa.. betull ia juga punya anak yang bersekolah disini namanya Rey dari kelas XII IPS 5 kalau bapak tidak salah".

Mendengar hal itu Dena makin kebingungan, mengapa ayah Rey sampai harus mencabut beasiswanya. Diantara siswa lain yang juga mendapatkan beasiswa, mengapa hanya ia yang beasiswanya dicabut.

"Yasudah kalau begitu pak, tapi saya minta tolong ya pak agar bapak membujuk pak Gandhi agar tidak mencabut beasiswa saya" ucap gadis itu.

"Iyaa..pasti bapak bantu sebisa bapak nak..." balas pak Gumiwa.

Setelah itu Dena menuju kembali kekelas dan melanjutkan pelajarannya. Sepulang sekolah Dena berjalan seperti biasa menuju ke halte, hari ini Qila tidak pulang naik bus karena ia dijemput terlebih dahulu oleh ayahnya untuk pergi ke acara keluarga dirumah neneknya. Sambil duduk halte dan mengayunkan kakinya ia melihat beberapa kendaraan yang berlalu lalang didepannya dengan tatapan yang kosong. Pikirannya sedang tidak baik-baik saja tentang kabar hari ini, tiba-tiba lelaki yang selama ini selalu membuat Dena tersenyum dan membuat hari-harinya bahagia menghampiri dan duduk disebelahnya.

Right Time with Right PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang