Chapter 6

5 2 0
                                    




Minggu, hari ini merupakan hari yang paling ditunggu Dena karena hari ini ia akan berkunjung kerumah Rey seperti yang telah ia janjikan kepada ibu Rey. Memang belakangan hal ini sangat mengganggu pikiran Dena, ia sangat khawatir dengan keadaan Rey.

'Toktok!!! Toktok!' bunyi ketukan pintu.

"Permisiii...." ucap Dena yang sudah berdiri didepan rumah Rey.

Seorang wanita yang sudah sangat tua membukakan pintu "Cari siapa mbaa...?" tanyanya.

"Saya temennya Rey bu, Reynya ada?"

"Ohh temennya mas Rey, silahkan duduk dulu mba didalem biar saya panggil mas Reynya dulu..." balas wanita itu dan langsung naik melewati tangga yang arahnya menuju sebuah kamar dilantai 2.

Tidak lama Rey turun dengan wajah sumringah, seolah-olah seperti menemukan seseorang yang selama ini ia tunggu.

"Denaaa...sama siapa?" ujar Rey.

"Ga adaa kok sendiriann...btw orangtua kamu ada?".

"Ga tau ga liat" kata Rey dengan wajah cuek dan tidak perduli.

"Nih gue bawain makanan buat lo" balas Dena sambil memberikan sebuah bingkisan.

"Wahh, makasih yaa Dena".

"Iyaa sama-sama, lo apa kabar Rey?"

"Baik-baik aja kok" bala Rey.

"Rey, gue yakin orangtua lo tu sebenernya ga sejahat kayak yang lo pikirin. Gue waktu itu ketemu sama tante Shintya".

"Ngapain mama nemuin lo? ngancem lo juga?" kata Rey yang langsung menuduh.

"Engga malah tante Shintya baik banget sama gue, dia juga minta maaf atas kejadian kemaren. Dia cerita banyak tentang lo dan semua itu bikin gue sadar kalo dia sesayang itu sama lo Rey".

"Udahlah Dena paling juga cuma pura-pura depan lo. Mereka tu ga ada perhatiannya sama gue, selalu sibuk sama diri mereka sendiri dan pekerjaan mereka" balasnya dengan nada sedikit kesal dan kecewa pada kedua orangtuanya.

"Ehh nak Denaa, apa kabar..." tiba-tiba ibu Rey menghampiri Dena yang sedang duduk mengobrol dengan Rey diruang tamu.

"Baik kok tantee..." balas Dena.

"Mama ngapain lagi nemuin Dena kemarin, ga usah sok-sok baik deh" bentak Rey.

"Rey lo apa-apansi masa sama ibu lo gitu!" Dena mengungkapkan kekesalannya pada Rey.

"Engga mama tu mau minta maaf sama Dena..." sebelum sempat ibunya Rey menjelaskan tiba-tiba bunyi gelas pecah dari kamar yang berada diujung ruangan lantai bawah dan langsung membuat ibu Rey bergegas menuju kearah kamar itu diikuti oleh Rey dan Dena.

"Ya ampunn pahh!!!" ucap ibu Rey yang melihat suaminya yang terjatuh dari tempat tidur dan langsung membantunya untuk berdiri.

"Kenapa bisa jatuh..." tambahnya.

"I-iyaa papa tadi mau ambil minum diatas meja, tapi tiba-tiba kaki papa lemas" balas ayahnya Rey dengan nada yang terbata-bata dan mulai menyadari bahwa ternyata ada Dena disana.

"Denaa...om minta maaf ya atas perbuatan om kemarin sama kamu..." ucapnya.

"Iyaa om Dena udah maafin kok om, semoga cepet sembuh ya om..." balas Dena.

"Rey, maafin papa ya yang selama ini selalu ngatur kamu dan ga pernah mikirin keinginan kamu" kata ayah Rey dengan nada lirih dan menyesali perbuatannya.

"Mama juga Rey, mama selalu sibuk kerja sampe lupa merhatiin kamu, tahu kesenengan kamu, perkembangan kamu... mama pengen perbaikin itu semua nak..." tambah ibu Rey dengan mata yang berkaca-kaca.

Rey yang mulai menyadari bahwa orang tuanya memang bersungguh-sungguh meminta maaf atas segala kesalahan mereka dan ingin memperbaiki semuanya. Dena menepuk pundah Rey dan lelaki itu melihat wajah Dena. Dena seolah memberikan kode dengan menganggukan kepala sambil tersenyum seolah memberi alasan bahwa harusnya Rey juga bisa memberikan maaf kepada kedua orangtuanya.

"Iyaa maa..pahh.. Rey juga minta maaf kalo selama ini Rey sudah berkata kasar sama kalian...maafin Rey ya.." balas Rey yang juga merasa bersalah atas kelakuannya kepada kedua orangtuanya itu dan langsung memeluk ibu dan juga ayahnya.

Melihat hal itu Dena mendapat pelajaran bahwa merasa terluka sebagaimanapun tidak dapat menggantikan arti sebuah keluarga. Keluarga adalah orang yang dapat memaafkan sebesar apapun kesalahan yang kita punya, keluarga adalah satu-satunya tempatmu pulang setelah perjalanan panjang yang kamu lalui. Walaupun banyak kesedihan, kesusahan, kesalahpahaman pasti bisa teratasi jika kita ikhlas dan saling memaafkan.

Setelah kejadian hari itu, hubungan kelurga Rey semakin membaik. Ibu Rey memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya dan mulai fokus memperhatikan anaknya. Rey juga mulai melanjutkan perkuliahannya seperti biasa. Sedangkan hubungan Rey dan Dena mereka masih berkomunikasi namun Dena tidak ingin pacaran terlebih dahulu karena gadis itu hanya ingin fokus sekolah untuk mendapatkan nilai yang baik agar bisa berkuliah dikampus impiannya, tetapi mereka memiliki komitmen satu sama lain untuk fokus keperkuliahan terlebih dahulu setelah semuanya selesai mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Right Time with Right PersonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang