"Dunia Tidak AkanBerhenti
Hanya Karena Kamu Bersedih"
Semenjak saat itu Dena tidak pernah bertemu ataupun berbicara dengan Rey, karena memang seluruh social media Rey sudah diblokir oleh Dena. Gadis itu sudah membatasi jarak agar tidak memiliki celah untuk berhubungan dengan Rey lagi. Hari ini merupakan penentuan paling penting bagi Dena karena ini merupakan hari terakhir ujian nasional dan ia harus mendapatkan nilai yang baik agar dapat lulus beasiswa luar negeri. Walaupun ia sedang bersedih, gadis itu tidak melupakan cita-citanya. Ia sudah belajar mati-matian dan sampai semalam ia bergadang untuk belajar.
"Baiklah sekarang kita akan memulai ujian nasional berbasis komputer, saya harap kalian dapat mengerjakannya dengan jujur dan teliti" ujar seorang pengawas wanita yang akan memantau berjalannya ujian hari itu.
"Baik buu..." balas seluruh siswa dikelas.
"Selamat mengerjakan..." ujar pengawas.
Dena mulai mengerjakan soal-soal yang bisa ia kerjakan terlebih dahulu setelah itu baru mengerjakan soal yang sedikit sulit baginya. Pengawas terus berkeliling untuk memantau kegiatan siswa, tidak ada soal yang sama karena setiap siswa memiliki soal yang berbeda satu sama lain. Suara diruangan itu begitu hening semuanya sibuk mengerjakan soal termasuk Dena yang masih berkutat didepan komputer itu.
Waktu ujian sudah mulai habis, Dena sudah selesai mengerjakan semua soal. Gadis itu mulai mengecek beberapa soal untuk melihat kembali apakah ia sudah menjawab dengan jawaban yang tepat, beberapa teman Dena yang sudah mengerjakan langsung boleh meninggalkan ruang ujian. Tapi, Dena tidak ingin terburu-buru gadis itu memang selalu teliti. Setelah memastikan semuanya Dena keluar dari ruang ujian dan mencari sahabatnya, ternyata Qila sudah lebih dahulu keluar ruang ujian dari pada Dena.
"DENAAAA!!! sumpahh soalnya susah gue banyak ngasal...." ucap Qila pada Dena dengan wajah manyun karena ia merasa tidak dapat menjawab soal dengan benar.
"Optimis dong, siapa tau yang lo bilang ngasal ternyata bener..." Dena mencoba memberi semangat pada Qila yang sedari tadi cemberut.
"Duhhh ntar nilai gue kecill lagii!!! gimana donggg?!!".
"Engga lah kan lo udah usaha belajar Qil, udah jangan mikir aneh-aneh dulu..." Dena coba menenangkan Qila.
Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ada seorang lelaki yang muncul dari arah belakang Dena dan memanggil nama gadis itu, suaranya amat sangat familiar ditelinga Dena.
"Denaa..." panggil sosok lelaki itu.
"Ya?" Dena langsung membalikkan badannya dan melihat ternyata itu adalah Rey. Sudah sangat lama ia tidak melihat laki-laki itu, tapi mengapa hatinya tidak ada rasa berdebar lagi saat melihat Rey. Gadis itu mulai bertanya-tanya apakah perasaannya memang sudah betul tidak ada lagi untuk Rey?.
"Gue bisa ngomong bentar?" Tanya Rey.
"Iya boleh mau ngomong apa? tapi gue ga bisa lama-lama" Dena memberi alasan karena memang sebenarnya ia sangat tidak ingin bertemu apalagi berbicara dengan Rey. Tapi, lelaki itu sudah terlanjur ada dihadapannya jadi mau tidak mau ia harus menghadapi hal itu. Qila yang menyadari bahwa kehadirannya akan sedikit mengganggu pembicaraan langsung ingin bergegas meninggalkan mereka berdua.
"Ehh yaudah kalian ngobrol aja dulu, Dena gue tunggu dideket gerbang sekolah aja ya".
"Iyaa Qil, tunggu gue disana aja" balas Dena dan Qila langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Gue mau minta maaf sama lo atas kejadian itu, gue tau gue salah tapi gue sayang banget sama lo Dena. Gue juga udah ga ada hubungan apa-apa lagi sama cewek itu" Rey menjelaskan kepada Dena.
"Tapi satu hal yang gue mau tanya ke lo, salah gue apa sampe lo gitu?".
"Ya gue capek aja kita ga ada status dan lo juga sibuk jadi kita jarang ketemu, trus gue ketemu dia ya jadi gue khilaf Dena..." Rey mencoba memberi alasan atas apa yang ia lakukan.
"Lo tau kita udah punya komitmen buat fokus masing-masih dulu Rey dan kalo setelah semuanya kelar kita bakal sama-sama lagi. Sesibuk apapun gue, gue selalu nyempetin Rey buat ketemu sama lo yang malah kemaren lo izin pulang duluan mau ngerjain tugas, tapi apa?! lo malah jalan sama cewek lain" balas Dena.
"Iyaaa Denaa tapi gue pengen perbaikin semua, gue pengen kita mulai lagi dari awal..." pinta Rey.
"Sorry Rey... gue bener-bener ga bisa, perasaan gue udah ilang gitu aja yang ada cuma perasaan benci sama lo dan lo berharap gue bisa mulai semuanya dari awal! gaa... ga semudah itu".
"Pliss Denaa... gue mohon gue sriuss kali ini...".
"Iyaa... gue srius juga udah ga bisa mulai hubungan lagi sama lo, udah ya gur mau pulang Qila juga pasti udah nungguin" balasnya. Dena langsung pergi meninggalkan Rey yang masih berdiri membatu dengan mata yang mulai memerah. Gadis itu sangat amat kecewa pada Rey hingga dirinya tidak bisa memaafkan lelaki itu.
***
Setelah ia mendapatkan hasil ujiannya ia mendaftarkan dirinya untuk mendapat beasiswa, lalu setelah lulus seleksi dokumen gadis itu mengikuti tes tertulis disalah satu kantor representatif di Jakarta. Waktu terus berlalu sambil menunggu hasilnya keluar seperti yang selalu ia lakukan membantu ibunya menjahit juga mengantarkan jahitan ibunya ke beberapa pelanggan. Hanya tersisa satu baju lagi yang belum ia antarkan, sesampainya dirumah itu Dena mulai mengetuk pintu rumah mewah itu.
'Tokk!!! Tokk!!! Tokk!!!'
"Permisi..." sambung gadis itu.
"Yaaa... sebentar..." terdengar jawaban seorang laki-laki yang sedang mencoba membuka pintu yang masih terkunci itu.
"Permisi kak, saya mau nganter jahitan atas nama Ibu Renita" ujar Dena, tapi gadis itu sedikit aneh melihat tingkah laku pria itu yang tiba-tiba sangat terkejut dengan kehadiran Dena seolah ia mengenal Dena.
"O-ohh iyaa makasih ya" jawab laki-laki itu dengan nada terbata-bata seolah gugup.
"Iya sama-sama, kalo gitu saya permisi ya" balas Dena yang masih kebingungan dengan pria itu dan mulai berpikir apa memang mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi memang Dena agak sedikit familiar dengan wajah lelaki itu.
Sepulangnya kerumah Dena menanyakan kepada ibunya tentang sosok lelaki yang ia temui barusan, karena rata-rata yang menjahit dengan ibu Dena sudah pasti pelanggan lama. Beberapa memang ada yang pelanggan baru tapi tidak terlalu banyak.
"Bunda tadi Dena nganterin jahitan bunda kan, trus kerumahnya ibu Ratna bunda kenal?" tanya Dena.
"Iyaa kenal nak, emangnya ada apa?".
"Iyaa pas aku nganter tadi yang ngambil bajunya cowok, itutu anaknya ya bun soalnya kaya umuran aku gitu?" ujar Dena.
"Oalahhh... iyaa anaknya bu Ratna tuh satu sekolah loh sama kamu tapi kayaknya pas kamu kelas 1 SMA dia udah kelas 3 deh" jawab ibunya Dena yang membuat Dena sedikit terkejut.
"HAH? masa iya sih bun satu sekolah? pantesan aja Dena kayak pernah liat gitu".
"Iyaaa benerann, anaknya juga waktu itu pernah kok kerumah kita sama bu Ratna pas mau ngukur baju. Tapi, kamu lagi ga ada dirumah waktu itu" balas ibunya.
"Ohh... wajar si bun soalnya dia pas liat Dena kayak kaget banget gitu bun, apa karna Dena serem kali ya mukanya HAHAHAHA" canda Dena pada ibunya yang membuat ibunya juga tertawa melihat anaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Time with Right Person
Teen FictionDenarin Eilenn merupakan siswa yang cerdas, introvert dan kutu buku yang memiliki banyak impian yang telah ia idamkan dari dulu. Reyvindra Mahawira merupakan laki-laki populer dan juga senior Dena disekolah yang memiliki sifat berbanding terbalik d...