Hari ini merupakan hari kelulusan Rey, Dena sudah menyiapkan hadiah kecil yang akan ia berikan kepada Rey yaitu sebuah surat dan bunga lily yang merupakan bunga kesukaan Dena. Perpisahan Rey diadakan digedung aula SMA Pranadipa. Sesampainya disana gadis itu langsung bergegas mencari Rey yang ternyata sudah berada diluar aula dan dikerumuni oleh siswi-siswi lain yang sudah mengantri foto dengannya. Dena hanya menatap Rey dari kejauhan dan Rey yang menyadari kehadiran Dena langsung bergegas menghampirinya."Haii..." sapa lelaki itu dengan wajah sumringah.
"Hai, mana Bima sama Daffa?" Tanya Dena.
"Ga tau tuh, paling lagi narsis-narsis foto didalem aula".
"Ohhiyaa deh, nihh gue ada hadiah sama surat. Tapi, buka suratnya dirumah aja yaa..." kata gadis itu.
"Okey dehh.. makasihh yaa udah dateng" balasnya.
"Rey...kita udahan ya" kata Dena sambil menundukkan matanya karena tidak berani menatap Rey. Gadis itu sudah mempertimbangkan berbagai hal, jika hubungannya dan Rey berlanjut sudah pasti akan menyulitkan posisi keduanya terutama Dena. Ia sangat membutuhkan beasiswa itu agar dapat melanjutkan sekolah dan meringankan beban ibunya.
Rey sontak tertawa dan berpikir bahwa Dena sedang bercanda "Hahaha...apaansii geli deh gue becanda mulu si lo".
"Rey gue serius, gue pengen udahan. Makasih banget udah baik sama gue selama ini." ungkap Dena.
"Denaa...salah gue dimana sampe lo mau udahan sama gue?"
"Ga ada Rey, udah ga bisa dilanjutin. Lagian lo juga udah punya tunangan kan? gue bakal selalu doain kebahagiaan lo kok".
"Lo tau dari mana?, Dena gue bisa jelasin."
"Ga usah jelasin apa-apa, toh juga loh bisa kok nutupin semuanya dari gue"
"Bukan gitu, gue tu mau kasih tau lo pas ntar kita makan malem bareng setelah kelulusan gue. Denaa... pliss guee ga bisa kalo gini caranya" balas Rey yang matanya mulai berkaca-kaca. Karena Rey hanya memiliki Dena yang selalu ada buat dia bahkan saat kelulusan orangtua Rey sama sekali tidak hadir diacara perpisahan sekolahnya, hanya ada Dena disini.
"Udahh Rey... gue udah ngasih tau keputusan gue ke lo. Gue harap lo bisa ngerti".
"Gue tau pasti orangtua gue kan yang ngasih tau ke lo, Dena plis gue sama sekali ga mau dijodohin dan mereka juga udah tau kok kalo kita pacaran. Udah lo tenang aja gue ga bakal nyerah kok..." kata Rey yang tetap ingin mempertahankan hubungan mereka.
"Rey, semuanya emang berasa gampang buat lo. Tapi ini berat banget buat gue Rey, gue sadar kita emang ga cocok, bener apa kata orangtua lo ke gue kalo gue harus sadar diri atas posisi gue" balas Dena yang mulai meneteskan air mata ketika mengingat semua perkataan ayah Rey padanya.
"Udahlahh... ga usah dipaksain, gue Cuma mau kuliah dengan tenang, ibu gue sakit Rey gara-gara dia kecapean kerja. Sekarang gue harus nambahin beban dia dengan berhubungan sama lo beasiswa gue dicabut, gue harus gimana? semuanya berat buat gue Rey" gadis itu membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Rey yang masih terkejut dengan perkataan Dena.
Emosi Rey memuncak, orangtuanya tidak pernah memberikan perhatian apapun. Ketika Rey memiliki seseorang yang berarti buat hidupnya orangtuanya malah ingin menjauhkan hal itu darinya. Mendengar alasan yang dilontarkan Dena tadi, lelaki itu sama sekali tidak bisa menahan Dena untuk tidak meninggalkannya. Karena, gadis itu juga tidak bisa melakukan apapun untuk membela diri dan mempertahankan hubungan mereka.
Sepulangnya dirumah, Rey langsung menemui ayahnya yang sedang berada diruang kerjanya. Sedangkan ibunya Rey belum pulang kerumah.
"Pah, kenapa papa nyuruh Dena jauhin aku sampe ngancem narik beasisiwa! maksudnya apa?!" kata Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Time with Right Person
Novela JuvenilDenarin Eilenn merupakan siswa yang cerdas, introvert dan kutu buku yang memiliki banyak impian yang telah ia idamkan dari dulu. Reyvindra Mahawira merupakan laki-laki populer dan juga senior Dena disekolah yang memiliki sifat berbanding terbalik d...