Gyeongbokgung Palace
Langit malam Seoul tampak cerah hari ini. Dengan hiasan gemerlapnya taburan bintang di temani bulan purnama yang memancarkan cahaya kuning berpijar lembut.
Angin berembus dengan cukup hangat. Mengantarkan rasa nyaman dari para pengunjung yang berwisata malam ini di Istana Kerajaan Gyeongbokgung.
Sedang ada perayaan festival musim panas disana. Jalanan setapak bangunan Istana tampak cantik di kelilingi hiasan gantung berupa lampion-lampion merah bercahaya kuning, juga ornamen lainnya. Para wisatawan yang datang bahkan bukan hanya dari orang lokal saja, melainkan dari penjuru negeri lainnya.
Semua pengunjung yang datang bahkan menggunakan pakaian tradisional Korea, Hanbok. Tak peduli dari kalangan manapun, semuanya tampak saling meramaikan festival musim panas ini.
Berbagai stan-stan makanan pedagang kaki lima tampak berjejer di pinggir jalanan. Juga ada stan yang menawarkan permainan tradisional tempo dulu sebagai sarana hiburan.
Dari sekian banyaknya pengunjung, perhatian kita terpusat pada seorang gadis mungil yang sedang menggandeng erat jemari Ibunya. Ia berdiri di sisi kanan Ibunya sedangkan sang Ayah lagi mencoba untuk memenangkan permainan kaleng tembak yang berhadiahkan sebuah boneka teddy bear besar.
Bang!
"Yeay! Kena lagi!." Seru gadis ini girang. Saat melihat sudah empat kaleng yang gugur karena tembakan jitu sang Ayah.
"Ayah hebat kan, Lulu? Oke! Tinggal dua kaleng lagi maka kita akan dapatkan teddy incaranmu."
"Ayo, ayah! Ayah pasti bisa!."
"Ayo, yeobo! Jangan biarkan bonekanya jatuh ke tangan pengunjung lain!." Seru sang istri, Ia melirik ke arah putrinya yang menatap antusias sang ayah, "Luhan mau bonekanya kan sayang?."
"Iya, Ibu! Mau sekali!."
"Baiklah, apapun untuk peri cantik ayah!."
Selagi menunggu ayahnya selesai menembak semua kaleng yang ada, atensi Luhan teralih pada sekelompok anak-anak yang sedang tertawa sambil melihat pertunjukkan sulap dari seorang badut berperut tambun di kejauhan sana.
Mata rusanya sontak berbinar seindah cahaya rembulan dan berlari ikut menghampiri badut disana. Ia berdiri di tengah-tengah anak-anak lainnya dan ikut bertepuk tangan riang saat menatap takjub akan aksi sulap si badut.
Namun, anak-anak yang berkumpul disana tak sadar jika sudah ada beberapa orang mencurigakan yang berada di belakang mereka. Sontak teriakan nyaring anak yang berdiri di belakang mengalihkan atensi yang lainnya.
"Kyaaaa!!! Tolong!!!."
Tempat badut melakukan pertunjukkan sulap berada di sudut jalan yang tak ramai pengunjung. Sehingga tak banyak orang dewasa yang curiga karena mulut anak-anak itu langsung di bekap dengan saputangan yang sebelumnya telah diberi obat bius.
Mata Luhan terbeliak melihat beberapa anak segera di bawa kabur dalam keadaan pingsan. Tubuhnya bergetar dan siap menangis ketika melihat badut di depannya tadi bergerak menghampirinya. Namun sebelum semua itu sempat terjadi, tangan mungil Luhan di tarik kencang dan Ia ikut berlari melarikan diri.
Luhan masih terkejut saat mereka berlari dan melihat seorang anak laki-laki yang sedang menariknya. Mereka terus berlari untuk menghindari kejaran para penjahat dan bersembunyi di balik bangunan Istana dalam keremangan cahaya purnama.
"Kita harus melarikan diri dari sini! Maaf kalau aku spontan menarik tanganmu." Ujar anak laki-laki itu sambil mengintip di balik bangunan tempat mereka bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Princess [-and her Ice Prince]
Fanfiction"Ketika kita sama-sama bersembunyi di balik topeng kaca." Pernah dengar ada makna yang berbunyi "Cinta itu Sehidup Semati?" Seperti itulah kisah mereka, yang berjuang saling menyemangati setelah mengarungi banyak waktu hanya untuk perjalanan kisah...