Seoul Internasional Hospital
Langkah Luhan pelan keluar dari ruang dokter spesialis jantung langganannya, dulu ayah sang dokter itulah yang menjadi dokter pribadinya dan sekarang tanggung jawab itu beliau berikan pada putrinya yang juga seorang dokter spesialis jantung.
Luhan melirik sekali lagi pada papan nama di atas pintu ruang dokter tersebut, dr. Han Hyo Joo. Atau orang rumah biasa memanggil wanita itu dengan sebutan dr. Han, dia merupakan salah satu sosok yang Luhan kagumi. Wanita itu sudah menjadi dokter muda sejak usianya dua puluh tujuh tahun, dan sekarang usianya telah menginjak angka tiga puluh dengan status bertunangan oleh seorang dokter pula yang bernama Lee Jong Suk.
Luhan sempat dulu membayangkan masa depannya menjadi seorang dokter pula, namun dengan cepat Ia menyadarkan diri bahwa tidak akan bisa Ia menjadi dokter yang hebat jika sakit—sakitan seperti ini. Maka dengan lapang dada Luhan pun memutuskan untuk berkeinginan menjadi seorang designer handal, cita-cita yang Ia impikan sejak menghadiri peragaan busana Seoul Fashion Week bersama Ibunya dulu ketika remaja.
Langkah Luhan sendiri menyelusuri tiap lorong panjang rumah sakit kebanggaan Seoul. Mungkin kalian bertanya siapa yang mendampinginya maka Luhan akan menjawab tidak ada seorang pun. Orangtuanya belum kembali dari Jepang karena pesawat mereka mengalami delay akibat cuaca buruk di Tokyo. Kakek—neneknya juga memiliki kepentingan pribadi yang tidak bisa di tinggal.
Orangtuanya sudah meminta Luhan untuk menghubungi dokternya agar waktu check—up rutinnya di undur menjadi sore nanti. Namun, Luhan tidak ingin lebih banyak membuat semua orang kerepotan, alhasil Ia pun nekat pergi sendiri dan sekarang hanya bisa duduk sendirian di kursi ruang tunggu lorong rumah sakit sambil merunduk memejamkan matanya.
Banyak hal yang dokter Han perbincangkan bersamanya. Termasuk kondisi jantungnya yang belum menunjukkan tanda-tanda adanya kemajuan. Jantung koroner atau bisa dibilang penyumbatan arteri yang Ia derita kerap kali terjadi ketika dadanya serasa sesak. Jantung berdebar, kesakitan yang luarbiasa, semua itu menjadi keluhan yang Luhan ceritakan pada dokternya.
Kemudian, setelah melakukan berbagai macam serangkaian check medical, hasilnya tidak terlalu bagus.
"Maaf sayang, belum ada kemajuan yang signifikan. Tetapi kondisimu sudah cukup lebih baik daripada sebelumnya saat kau mengalami down sebulan lalu karena jantungmu. Hanya saja, ada beberapa hal yang harus aku jelaskan pada orangtuamu secara langsung. Kemungkinan, kau harus siap untuk menjalani operasi kapan pun itu. Angioplasti koroner, mungkin itu adalah solusi utama untuk saat ini jika arteri jantungmu terus—menerus mengalami penyempitan."
"Hiks..." dalam gumaman rendah, Luhan melebur dalam tangis lirih menyayat hati. Ia duduk seorang diri di lorong sepi itu, kepala tertunduk dan wajah sembab beruraikan air mata kesedihan.
Kenapa...kenapa juga tidak ada kemajuan untuknya? Apa salahnya sehingga Tuhan seolah enggan untuk membuatnya terus berumur panjang? Apa semua obat dan serangkaian medical check—up yang Ia lakukan selama ini sia-sia saja? Luhan terus bertanya dalam hati menangis pilu.
Mencoba untuk menenangkan diri, Ia tidak boleh menambah beban keluarganya lebih dari ini. Dia harus terus optimis bahwa Ia akan sembuh dan kembali sehat seperti yang lain.
Menghapus kasar air mata di wajahnya, Luhan pun kembali memakai topeng kaca miliknya. Dengan seulas senyuman, Ia beranjak dari tempat duduknya. Kabar yang akan Ia bawa pada keluarganya tentu bukan sepenuhnya kabar menyedihkan. Karena setakut apapun Ia untuk melakukan operasi jantung suatu hari nanti, Ia tidak boleh lemah dan menghilangkan senyumnya.
Di ruang lain, masih di rumah sakit Seoul. Seorang dokter mengiringi kepergian seorang pasien tetapnya sampai ke pintu ruangan. Dokter laki-laki tersebut memakai jas putih khas seorang dokter dengan name tag—nya yang bertuliskan dr. Lee Jong Suk, khusus spesialis Kanker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Princess [-and her Ice Prince]
Fiksi Penggemar"Ketika kita sama-sama bersembunyi di balik topeng kaca." Pernah dengar ada makna yang berbunyi "Cinta itu Sehidup Semati?" Seperti itulah kisah mereka, yang berjuang saling menyemangati setelah mengarungi banyak waktu hanya untuk perjalanan kisah...