07. Introduction

884 174 135
                                    

Setelah saling menatap dalam jarak yang cukup dekat, Luhan pun akhirnya kalah dan kembali merunduk menatap buku bacaannya tanpa minat berlebih. Tatapan dari jelaga hitam Oh Sehun sangat berbahaya, Ia bahkan sampai merasakan sengatan listrik di tubuhnya hingga reaksi jantung mulai berdebar kian terasakan.

Astaga, ada apa denganku?! Batin Luhan bertanya-tanya.

"Mungkin hanya perasaanku saja." Sehun menyaut kembali karena tak mendapatkan jawaban apapun dari hoobae yang duduk di depannya lalu kembali pada buku bacaannya sendiri.

Beberapa menit hanya terjadi keheningan di antara mereka, tanpa sadar keduanya tampak kompak dengan buku sketsa masing-masing. Luhan dengan buku sketsa desain—nya sedangkan Sehun dengan buku sketsa arsitektur—nya.

Luhan santai menggambar kembali satu rancangan gaun indah yang menjadi PR—nya dari dosennya. Sedangkan Sehun tampak serius menggambar rumitnya suatu bangunan gedung bertingkat dengan hitungan alogaritmanya yang tak main-main. Sepertinya keduanya sedang mengejar tugas awal semester.

Lama terdiam, suasana perpustakaan bahkan tak terasa telah sunyi dan hanya menyisakan mereka berdua. Pandangan Luhan beralih pada jendela kaca perpus yang menampakkan langit di jam dua siang yang tampak mendung dan akan hujan.

Gadis itu segera membereskan beberapa bukunya dan memasukkannya ke dalam totebag yang Ia bawa. Sehun pun terganggu karena suara ribut yang Luhan timbulkan hingga Ia akhirnya menyadari bahwa akan turun hujan siang ini.

Dengan santai, fokusnya kembali pada hitungan di buku sketsa dan Luhan pun pergi tanpa pamit meninggalkan meja perpustakaan.

"Aku ingin meminjam ini." Ia memberikan kartu perpustakaan miliknya lalu sang penjaga perpus pun menuliskan rincian buku-buku pinjamannya serta masa tenggang dari lamanya buku itu di pinjam.

Setelah menyelesaikan urusan pinjam-meminjam buku, gadis itu segera membuka pintu kaca perpus. Berniat untuk keluar dan menyeberang menuju gedung tiga namun malangnya hujan deras telah turun kemudian.

Luhan menghela napas pasrah karena tak bisa kembali menuju kelas ketika hujan deras begini. Ia tidak membawa payung dan tak ingin kehujanan hingga beresiko terkena demam lalu berlanjut tak masuk kuliah di awal semester ini. Dengan terpaksa, Luhan pun kembali masuk ke dalam perpustakaan dan melihat bangku yang tadi Ia duduki telah kosong.

Tidak mendapati adanya sunbae—nya duduk di sana, Luhan pun mengedikkan bahu lalu meletakkan lagi barang bawannya di atas bangku. Ia membuka ponselnya dan mengirim pesan pada dua sahabatnya jika dirinya terjebak di perpustakaan dan diluar tengah hujan deras sehingga Ia pun harus menunggu hingga hujan reda. Beruntung hari ini Ia tak punya kelas sore.

Merasa bosan hanya karena duduk saja dan enggan untuk membaca kembali buku pelajarannya, Luhan pun berjalan kembali menyelusuri rak-rak kayu tinggi perpustakaan untuk mencari novel romance yang bisa Ia baca selagi menunggu.

Semakin ke ujung, samar-samar Luhan mendengar suara rintihan seseorang. Dengan langkah pelan dan penasaran, Ia pun mengikuti kemana suara itu berasal dan Luhan terpaku ketika melihat Oh Sehun merintih kesakitan sambil memegang kepalanya dan terduduk lemas di lantai.

"Sehun sunbae?." Langkah Luhan cepat menghampiri Oh Sehun yang terduduk kesakitan. Ia mengedarkan pandangan dan tak mendapati siapapun di perpus kecuali mereka dan penjaga perpus di depan pintu masuk sana.

"Sunbae kau baik-baik saja?." Luhan duduk bertumpu di atas lututnya hingga rok mininya tersingkap sampai setengah paha ke atas, masa bodoh lah. Melihat Sehun yang merintih seperti ini membuat Luhan tiba-tiba jadi panik sendiri.

Kepalanya merunduk untuk melihat wajah Sehun yang tertunduk, sedikit mengangkat kepala pria itu hingga Ia begitu terkejut saat melihat adanya darah mengalir dari kedua lubang hidung lelaki itu.

Dear Princess [-and her Ice Prince]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang