Chapter 8

532 85 6
                                    

"Apa yang kau maksud?"

Amarah mulai tersulut di dalam dirinya. Perkataan perempuan itu sungguh sangat aneh dan sulit dipahami. Ia yang sudah lelah kini ditambah dengan kebingungan seperti ini tentu akan kesal. Waktu istirahatnya serasa terbuang begitu saja. Sangat sia-sia jika hanya untuk hal aneh seperti sekarang.

"Aku tidak tahu dia siapa. Tapi ia sangat mirip denganmu."

Sasuke menghembuskan napasnya lelah. Lagi, perempuan merah muda di hadapannya ini masih membicarakan hal yang aneh.

Pandangannya mengalih pada yang lain. Lelah itu sungguh memenuhi dirinya, rasanya otaknya tidak lagi mampu di ajak untuk berpikir keras.

"Jangan bercanda. Aku hanya sendiri waktu itu, matamu salah lihat karena kau mabuk."

Sakura menggeleng keras. "Aku sangat yakin karena aku mengingat semuanya. Aku juga ingat dengan insiden muntahan, maaf untuk yang satu itu."

Ia mengurut pangkal hidungnya dengan mata terpejam. Dalam hati mempertanyakan kapan ia bisa mendapatkan waktu istirahatnya. Sudah ia katakan sebelumnya jika otaknya tidak mau bekerja sama.

Cukup sudah. Omong kosong ini harus berakhir sekarang juga.

"Sebaiknya kau kembali bekerja dan kita hentikan obrolan yang aneh ini. Aku sudah melupakan kejadian waktu itu, jadi anggap saja jika semua sudah berakhir."

Lagi dan lagi perempuan itu menggeleng. Keyakinan terpancar jelas dari tatapan yang mengarah padanya. Membuatnya sedikit memiliki keinginan untuk mendengarkan kelanjutan dari maksud perkataan gadis itu, meski tubuhnya berteriak meminta di istirahatkan segera.

"Aku bilang aku sungguh melihatnya. Dia menatapku malam itu, berdiri tepat di sampingmu. Terlihat lebih tua dengan rambut panjang dterikat dan-"

"Cukup."

Sakura terdiam setelah perkataannya disela. Kepala pria itu terlihat menunduk dengan aura menyeramkan yang menguar disekitar tubuhnya. Membuat dirinya sedikit bergetar karena takut.

Ia rasa ucapannya tidak ada yang salah sedikitpun, penjelasannya pun sudah menggambarkan dengan baik sosok yang ia maksud.

Pertanyaan hadir di pikirannya mengenai apakah perkataannya masih belum bisa dipahami oleh pria itu. Sehingga membuatnya memutuskan untuk kembali melanjutkan ucapannya.

"Dia memiliki dua garis di wajahnya yang sangat pucat. Aku bisa melihatnya karena aku memang sering melihat mereka. Apa kau kenal dia? Aku sungguh sangat penasar-"

"Kubilang cukup!"

Ia kembali disela, namun kali ini bentakan yang pria itu keluarkan mampu membuatnya terperanjat. Bahunya tersentak kaget dengan tubuhnya yang otomatis mundur selangkah.

Nyalinya menciut menyadari jika pria itu tengah sangat marah padanya. Kali ini tubuhnya sudah bergetar hebat. Sakura rasa keputusannya yang ingin memberitahu hal ini ialah sebuah kesalahan besar. Seharusnya ia tidak memenuhi keinginannya untuk melanjutkan.

Dalam hati ia mengatai kebodohannya. Merasa bersalah karena mungkin sosok yang ia bicarakan tadi seseorang yang sangat berarti dan juga rahasia bagi pria ini.

Ia tahu ia telah melewati batasan. Rasanya ia sudah keterlaluan karena seharusnya ini bukanlah urusannya.

Sasuke berlalu pergi dari tempat itu. Tidak lagi peduli pada pandangan seisi cafe yang mengarah padanya. Ia sudang tidak sanggup jika harus mendengar seluruh perkataan gadis pink itu.

Meninggalkan Sakura sendirian dengan ketakutan yang masih membayangi, akibat amarahnya yang meluap karena ia tidak lagi bisa membendungnya.

Someone ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang