Chapter 9

528 74 2
                                    

Perasaan tidak nyaman terus saja ia rasakan. Baru saja beberapa menit yang lalu ia mandi setelah sampai di apartemennya, namun tubuhnya tetap terasa tidak enak.

Lembab yang menyesakkan. Apapun yang ia lakukan rasanya selalu salah. Ia sudah mencoba untuk menyalakan pendingin, dan rasa lembab itu semakin menjadi. Maka dari itu ia memutuskan mematikan pendingin. Meskipun hal itu tetap tidak mampu membantu sedikitpun.

Sasuke merebahkan tubuhnya pada kasur yang sedari tadi menjadi tempat merenungnya.

Walaupun pikirannya terus memaksa melempar jauh ingatan tentang ucapan gadis aneh kemarin. Tapi hatinya selalu saja berbisik kecil jika kemungkinan akan ucapan perempuan itu ada benarnya.

Kali ini pikirannya teralih sepenuhnya untuk mengingat kembali kejadian kemarin serta kejadian malam itu.

Menangkap benar jika perhatian perempuan itu tidaklah terarah padanya. Faktor mabuk tentu bisa saja membembuat pandangan gadis itu berkunang hingga tidak mengindahkan keberadannya.

Semua usaha yang hatinya lakukan tetap kalah pada pikiran warasnya yang tentu saja selalu berteriak mewaspadai, mengatakan jika perempuan itu pembual ulung. Menyuruhnya untuk segera berhenti mengurus segala hal yang tidak berguna.

Hening beberapa saat sampai suara perutnya terdengar. Hari sudah malam dan ia sama sekali belum mengisi perutnya dari tadi siang. Obito benar-benar seperti parasit yang sisa hari tadi selalu mengganggunya. Meminta maaf padanya lewat jalur manapun yang pria itu bisa lakukan.

Hingga ia harus mengunci pintu ruangan dan berkutat dengan pekerjaannya, sampai jam pulang telah lewat setengah jam barulah ia berani membuka kunci ruangannya.

"Bersabarlah perut, aku akan memasak." Ucapnya lalu bangkit dari posisi rebahannya.

Kepalanya berdenyut, terasa sangat pening membuatnya menghentikan langkah kakinya sebentar. Setelah merasa sakitnya berkurang ia kembali melanjutkan tujuannya.

Tangannya yang ingin menarik daun pintu kebawah tidak jadi ia lakukan karena ternyata pintu sudah terbuka renggang. Sedikit aneh karena yang ia ingat jika ia menutup pintu kamar sepenuhnya.

Namun kebingungannya terhenti ketika suara perutnya semakin menjadi-jadi. Mendecak kesal, Sasuke pun bergegas menuju dapurnya.

Pandangannya menyapu lekat pada lemari pendinginnya yang hanya tersedia dua telur, daun bawang, dan juga sosis. Dengan bodohnya ia melupakan kegiatan belanjanya.

Rasanya sangat miris melihat kulkasnya kosong melompong setelah ia menggambil semua bahan, tanpa menyisakan satupun. Begitu pula dengan tomat kesukaannya. Keberadaannya telah menghilang sejak kemarin, karena ia yang selalu memakannya di setiap kesempatan.

Sasuke berbalik menatap pada semua bahan yang telah tersedia di atas meja. Keningnya mengernyit dalam, melihat jumlah sosis yang ia rasa berkurang.

Ia menelan ludahnya. Rasa lembab yang tidak nyaman itu kembali hadir. Dengan perasaan asing yang membuat bulu kuduknya meremang dengan sendirinya tanpa alasan yang ia ketahui.

Tangannya terangkat memperlihatkan bulu tangannya yang juga ikut berdiri. Kejadian ini sudah terjadi sejak ia berdiam seorang diri diruangannya. Rasanya sangat aneh karena ia sebelumnya tidak pernah diselumuti perasaan takut seperti ini.

Tidak ingin perasaan seperti ini mendominasi dirinya, iapun memilih untuk berpokus pada hal yang ingin dilakukannya. Keadaan perutnya tentu menjadi hal yang lebih penting sekarang.

Perutnya yang telah terisi membuat perasaannya membaik. Setidaknya ia tidak lagi harus berhadapan dengan rasa lapar.

Jarinya terus bergerak untuk memencet tombol pada remot yang kini tengah berada di tangannya. Kegiatannya yang mengalih saluran televisi kini telah berhenti setelah ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

Someone ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang