Chapter 2

1K 116 10
                                    

Besoknya ia telah berubah menjadi mayat hidup yang berjalan. Penampilan yang biasanya rapi kini menjadi kacau.

Sakura menyadari dengan semua pandangan bingung dari setiap orang yang ia lalui. Namun ia tak mempedulikannya. Biarkan ia dengan dirinya yang sekarang, karena suasana hatinya pun kini tengah kacau balau sama seperti keadaannya.

Tepat ketika kakinya melangkah masuk kedalam kelas, sepasang mata ia rasakan menatap tajam dirinya. Menyorotnya tanpa ampun, di ikuti sepasang pandangan takut dari perempuan yang lewat disebelahnya.

"Kau kemana kemarin Sakura?" Suara Ino terdengar kecil namun mematikan. Ia tahu itu dan sadar akan kesalahannya, sesaat setelah menyelesaikan sarapannya di rumah tadi.

Ia merasa ada yang kurang dan terasa salah, dan ternyata ia melupakan janjinya pada sahabatnya. Membuatnya memahami betul akan kemarahan yang pasti temannya itu tanggung begitu besar.

"Aku, sungguh minta maaf." Suaranya sedikit tercekat diakhir kata. Matanya memburam, karena carian bening yang mengumpul di pelupuk mata.

Rasa bersalah tentu mencongkol kuat di hatinya. Seharusnya ia tidak egois dan melupakan pertemuan yang seharusnya di adakan untuk merayakan hari jadi lahirnya sendiri. Temannya itu telah bersusah payah untuk menyiapkannya, ia tahu itu. Dan ia dengan seenaknya melupakannya begitu saja.

Raut marah yang tadi begitu kental kini mulai memudar. Setitik rasa kasihan muncul dan menyebar dengan cepat dihatinya ketika melihat kesedihan dari sahabat pink-nya yang teramat jelas.

Ino tahu ada yang salah disini. Seorang Haruno Sakura yang ia kenal tentu tak akan mengingkari sebuah janji. Mereka telah bersahabat sedari kecil, maka dari itu ia telah sangat mengenali bagaimana karakter dari sahabatnya ini.

Menyadari jika Sakura tengah menunduk, iapun memegang pundak itu. "Hey, kau kenapa Sakura?"

Ino mendesah pelan menemukan jawaban Sakura hanya sebuah gelengan kecil. Ia terus mencoba bertanya, namun kali ini lebih santai dan juga penuh perhatian. Hal ini tidak akan berhasil jika ditangani secara terburu-buru dan tidak sabar.

Dan alis pirangnya membentuk kerutan ketika Sakura menyodorkan ponsel kepadanya. Ia mengambilnya, memahami betul maksud dari tindakannya.

Beberapa detik setelah matanya bergulir membaca tiap kata yang terangkai. Tumpah sudah tangis yang tak akan pernah bisa ia tahan.

Sakura memahami itu.

Mereka berdua sama. Ia yang memiliki Rei Gaara sebagai orang teratas yang menjadi idola di hidupnya pernah oleng di masa-masa tertentu pada seorang Naruto Uzumaki yang terkenal akan keceriaannya.

Ia jatuh cinta akan senyum lelaki yang memiliki kulit Tan dan mata shappier itu. Begitu pula Ino. Sosok Sasuke Uchiha pernah menjadi yang utama dengan Sai yang berada di bawahnya.

Mereka bukannya berlebihan. Setiap manusia tentu memiliki idolanya masing-masing, begitu pula dengan takaran perhatian yang mereka berikan pada idola mereka.

Mereka berdua bahkan rela tidak terlibat dalam hubungan percintaan seperti teman mereka yang lain. Entah kenapa, seluruh atensi itu hanya tertarik dan tertuju pada YP. Dan bukan kesedihan yang mereka dapat karena memutuskan hal itu. Setiap orang mempunyai tempat masing-masing kemana cinta mereka bertuju.

Ia dan sahabatnya ini sangat setia pada group YP. Segala perjuangan itu yang tentu pertama kali terlintas di otak ketika menemukan kabar ini. Karena di tiap harinya, ada saat-saat tertentu mereka akan membicarakan YP.

Boleh menganggap mereka berdua berlebihan dan terlalu mendramatisir keadaan. Kesedihan yang mereka rasakan itu efek sebuah kewajaran. Air mata yang mereka keluarkan tak dapat membohongi jika mereka sangat kehilangan.

Someone ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang