Chapter 10

513 58 0
                                    

"Nii-san, mau main bersamaku?"

Seorang anak kecil berwajah tembem dengan tetesan darah yang tidak bisa berhenti membasahi lantai mendekatinya.

Kengerian bercampur rasa takut merasuknya. Sasuke tentu saja merasakan takut, senyum anak itu sangatlah berbeda karena tidak mungkin rasanya seseorang bisa tersenyum dengan keadaan seperti itu.

Jantungnya berpacu cepat di setiap langkah yang terus saja menuju dirinya. Tubuhnya dengan otomatis mundur hingga akhirnya menabrak sandaran ranjang.

Semua ini terasa sangat mengejutkan, keanehan dibalik kemunculan anak yang tidak ia tahu ini rasanya sangat tidak mungkin. Ia mengingat jelas jika sebelumnya pintu telah terkunci, bagaimana mungkin hingga anak itu bisa masuk apartemennya begitu saja? Padahal ia pun sangat yakin jika keamanan apartemennya tidak bisa diragukan.

Semakin dekat jarak antara mereka, maka semakin jelas terlihat bagaimana tampang anak itu seutuhnya. Hanya satu kata yang bisa ia pikirkan, mengerikan.

Pandangannya mulai memburam ketika anak itu terus saja mendekatinya. Kepalanya terasa sangat sakit hingga membuat kamarnya seolah berputar. Dan ia berkahir dengan tubuhnya yang terbaring karena hilang kesadaran.

Hari telah cerah sepenuhnya ketika ia mulai membuka matanya perlahan. Matanya mengerjap meski awalanya sangat sulit untuk dilakukan. Ia menggigil, tangannya merengkuh tubuhnya sendiri erat.

Bibir dan juga wajahnya sangatlah pucat. Tangannya bergerak melepas lalu memegang leher, dahi dan juga telinga.

Hawa yang ada disekitarnya terasa sangat dingin berbeda dengan suhu badannya yang sangat panas. Yang terasa aneh baginya ialah telinganya yang sangat dingin, begitu pula dengan telapak kaki kanan yang tidak sengaja menyentuh betis kirinya. Terasa sangat dingin.

Ponsel adalah benda yang ia cari sekarang, dan ketika menemukan benda itu berada di atas maka samping tempat tidurnya segera ia menarik tubuhnya sendiri agar lebih mudah untuk menjangkau.

Jarinya bergerak di atas layar ponselnya meski pandangannya yang seringkali kabur dengan konsentrasi yang kadang menghilang.

Tutt...

Ia menunggu beberapa saat, sampai suara diseberang sana menjawab panggilan dengan sebuah sapaan.

"Datang ke apartemenku." Perintahnya dan memutuskan panggilan setelahnya.

Sasuke melemparkan tubuhnya untuk kembali berbaring, tangannya mengurut pelipis karena kepalanya yang terasa sangat sakit. Semua ini menggempurnya. Panas, dingin dan juga sakit seolah bersatu untuk membuatnya sengsara.

Suara dobrakan pintu membuatnya bangun dari lelapnya. Keningnya berkerut mendapati pandangan nyalang yang penuh kemarahan dari sosok di depannya.

"Sialan, tidak bisakah kau lebih baik dalam meminta tolong? Jangan memerintahku begitu saja bocah."

Pria berambut merah itu menghentakkan kakinya seperti anak kecil, mendekatinya. Ia menatap malas dengan ceramah yang mungkin akan di dengarnya.

Namun saat pemeriksaan Sasori hanya terdiam dan pokus dengan apa yang tengah ia kerjakan. Dalam hati ia bersyukur karena telinga tidak perlu tersiksa dengan segala ocehan pria itu. Pusing yang sudah lebih dulu berada akibat demam jangan lagi ditambah pusing oleh segala ceramah Sasori.

"Demam membuatmu tidak berdaya seperti ini. Aku akan kembali dengan obat dan bubur setelah ini." ujarnya sambil membenarkan peralatannya. Ia bangkit dari posisi duduknya.

"Kau hujan-hujanan atau apa jadi sampai demam seperti ini. Dan juga sudah sering kuingatkan untuk jaga makan dan percukup istirahat. Tubuhmu bukan robot Sasuke."

Someone ForgottenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang