Sakura menutup pintu dan segera mengganti sepatu dengan sendal rumah yang ada di genkan. Tangannya mengetik sakelar yang berada di dinding ruang tengah, membuat ruang yang tadi gelap kini di isi oleh cahaya.
Ketika beberapa langkah lagi ia hampir mencapai pintu, sesuatu yang terlupa terlintas di pikirannya. Ia berbalik, berniat mengambil tas kecilnya yang tadi tergeletak di samping rak sepatu.
"Aa!"
Ia memekik kaget selama beberapa detik lalu kembali tenang setelahnya. Tangangannya bergerak mengusap dada, merasa lelah karena jantungnya dipaksa untuk berdetak lebih cepat tanpa aba-aba.
"Kau apa-apaan, hah?!" Ia melotot kaget pada pelaku yang hanya mendengus acuh dan berlalu lewat begitu saja. Menembus pintu dan masuk kedalam kamarnya, tanpa memperdulikan Sakura yang hanya dapat menahan kekesalannya.
Sakura mengikuti kemana sosok tadi pergi. Ia berada di ambang pintu kamar dengan tangan yang berkacak pinggang.
Rasanya kemarahan telah mendominasi segala pikirnya karena sosok itu dengan seenaknya telah melewati area privasinya.
Tidak ada lagi perasaan takut yang tersisa pada sosok yang masih mengamati keseluruhan kamarnya. Ia tidak lagi peduli meski sosok itu bukanlah manusia sepertinya. Karena rasa jengkel telah menggantikan seluruh ketakutan yang tadi sempat ada pada pria yang ia temui di halte bus.
Penyesalan. Tentu ia sangat menyesal karena sudah mengajaknya bicara. Jika saja ia tahu bahwa hantu tidak beradap ini akan mengikutinya, maka bisa dipastikan jika ia tidak akan mengeluarkan suaranya sedikitpun. Meski hanya untuk menyapa.
"Kamar Nee-san bersih juga."
Ia merotasikan matanya jengah. "Tentu saja karena ini kamarku. Sekarang kau harus pergi dari sini, karena bocah sepertimu seharusnya tidak keluyuran."
Pria itu tidak mengindahkan Sakura. Ia melontarkan tubuhnya sendiri dan mendarat dengan sangat baik di atas kasur yang berada di pojok kamar. Membuat Sakura kembali geram dengan ulahnya.
"Hey, kubilang pergi. Kenapa kau malah berbaring di ranjangku?!"
Ia berdecak lalu melangkah lebar menuju pria yang sedari tadi membuatnya harus menahan kekesalannya. Namun tubuhnya terhenti ketika mendengar jawaban dari sosoknya.
"Biarkan aku disini Nee-san. Rasanya sudah lama sekali sejak aku tidak lagi ingat bagaimana rumahku."
Sakura terdiam meskipun dirinya sudah sampai di depan sosok yang tidak ia kenal ini. Otaknya bekerja mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang berputar memenuhi pikirannya. Semua pertanyaan sungguh ingin ia keluarkan.
"Kau, kelingangan ingatanmu?"
Ia menunggu sahutan dari sosok yang sekarang tengah berbaring, memandang kosong pada langit-langit.
"Hm, yea...." Perhatian pria itu masihlah sama seperti tadi. Menyahut tanpa membalas tatapannya.
Keheningan terjadi di antara mereka selama puluhan detik. Sampai Sakura kembali membuka suara. "Kau melupakan seluruhnya?"
"Hanya nama. Asal-usul pun, aku tidak bisa mengingatnya. Semua terasa hitam."
"Apa, tidak ada lagi yang tersisa?"
Pria yang berusia belasan itu mendudukkan dirinya dan menghela napas dengan senyum kecut diujung. "Hanya sebuah nama."
Senyum tipis tersungging di bibirnya. Menatap Sakura dengan pandangan yang lebih bersahabat dari pada hanya sebuah raut datar.
"Chris."
Sakura mengernyit mendengarnya. Nama asing seperti itu akan sangat sulit di lidahnya. Pasti terdengar konyol jika ia menyebutkan namanya sebab bukan 'Chris' yang keluar dari mulutnya namun menjadi 'Cherisu'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Forgotten
FanficSasuke Uchiha yang awalnya mengisi posisi sebagai Vocalist memutuskan untuk hengkang dari grup yang berhasil membesarkan namanya. Satu orang yang menjadi alasan Sasuke membuang seluruh mimpinya, ialah sosok yang secara tidak sengaja Sakura Haruno te...