"Kau yakin tidak ingin pulang bersamaku?"
Sakura menggeleng. Lalu menengadah, melirik kecil pada langit gelap yang dipenuhi awan hitam. Sebentar lagi akan turun hujan, dan Tenten menawarkannya tumpangan karena takut ia akan kehujanan.
Ia tahu dengan pasti jika hujan akan turun, terbukti dengan udara di luar gedung Lavie yang kini berhembus sedikit kencang terasa lebih dingin.
"Aku tidak apa," ujarnya dan bergerak melepas tautan tangan perempuan itu pada lengannya pelan. "Bus yang membawaku pulang akan sampai dalam beberapa menit lagi. Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Lagipula arah tempat tinggal kita berlawanan."
Ia tersenyum kecil melihat Tenten yang kini merengeut di tengah anggukannya. Dan membalas lambaian tangannya saat langkahnya mulai menjauh dari gadis itu.
Kepalanya menoleh. Mencari kemana sosok Tenten yang sekarang juga ikut berjalan menjauhinya untuk pergi ke tempat dimana perempuan itu meletakkan motor kesayangannya.
Dalam sekejap ia segera menghentikan tolehannya ketika mendapati sosok lain telah mengganti tempat Tenten tadi berdiri.
Jantungnya berdegup semakin cepat karena kecemasan yang datang membesar. Kakinya bergerak lebih cepat dan mengambil langkah lebar untuk mencapai halte. Dan menghempaskan tubuhnya pada kursi tunggu setelahnya.
Dalam gelisah ia menyalakan ponselnya yang sedari tadi dimatikan. Tepat saat pandangan layarnya menyapa ia berpura-pura untuk fokus, meski tidak berhasil sepenuhnya.
Sudah sejak tadi siang ia diikuti oleh sosok yang masih memperhatikannya dari seberang sana. Sosok itu tidak pernah berhenti melihatnya yang sedang bekerja sampai sekarang. Ia tidak tahu kapan pastinya perempuan itu mengikutinya, namun baru saja menyadari setelah mengantar pesanan yang berada di meja ujung.
Sebelumnya ia tidak pernah melihat yang satu ini. Hanya ada seorang wanita paruh baya yang biasanya berkeliaran di Lavie, yang untungnya bersikap baik dan tidak pernah mengganggunya.
Ia menatap ponselnya, menghitung dalam hati sudah berapa lama waktu yang ia habiskan. Sudah lewat dari sepuluh menit dari waktu bus biasanya datang, membuatnya benar-benar gelisah dalam menunggunya.
Sementara ia menunggu bus, awan kelabu di atas sana berkumpul membuat jumlahnya semakin banyak. Sudah tidak ada lagi waktu baginya menunggu. Memang jarak rumahnya tidak terlalu jauh, sekitar dua puluh lima menit waktu yang ia butuhkan untuk sampai jika dengan jalan kaki. Tapi rasanya kakinya tidak lagi sanggup mengikuti keingannya yang ingin segera pulang karena hari ini ia telah bekerja full time.
Namun sepertinya keadaan tidak mendukungnya. Gadis di ujung sana mulai mendekat setelah sekian lama hanya diam. Membuatnya kalang kabut. Meski ia sudah sering melihat sosok seperti mereka dengan macam rupa seramnya, tetap saja ketakutan itu tidak bisa ia hilangkan.
Jadi, daripada ia hanya berdiam diri menunggu sosok itu menghampirinya. Lebih baik ia bergegas pergi dari sini. Rasa sakit pada kakipun tidak ia hiraukan.
Ia terus berjalan melewati toko-toko yang telah tutup karena malam yang sudah semakin larut. Hanya ada beberapa minimarket yang masih buka, karena memang buka selama dua puluh empat jam.
Sudah tidak terhitung berapa banyak doa yang ia panjatkan. Dalam hati ia berharap agar sosok di belakang sana tidak bertindak lebih dengan menghadangnya.
Bunyi pintu yang terbuka disamping membuatnya berhenti. Dan mendapati siapa orang yang berada dalam pandangannya sekarang, entah kenapa membuatnya merasa tertolong.
Sasuke mendekat padanya dengan sebuah minuman dingin ditangannya, yang tanpa disadari dirinya juga ikut memangkas jarak.
Pria itu terlihat kusut. Jasnya sudah hilang tanpa ia tahu kemana, hanya menyisakan kemeja biru malam yang lengannya telah digulung. Rambutnya yang acak-acakan dengan kancing kemeja yang telah terbuka menandakan jika pria itu tidak dalam kondisi baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone Forgotten
FanficSasuke Uchiha yang awalnya mengisi posisi sebagai Vocalist memutuskan untuk hengkang dari grup yang berhasil membesarkan namanya. Satu orang yang menjadi alasan Sasuke membuang seluruh mimpinya, ialah sosok yang secara tidak sengaja Sakura Haruno te...