08-Konflik Kedua

133 69 38
                                    

Selamat membaca.

•••••
"Cinta udah bikin gue paranoid. Kalau lo datang cuma sekedar menjelma menjadi pelangi, lebih baik lo gak perlu sok-sokan ngerubah warna di idup gue!"

•••••

Matematika sudah menjadi momok bagi sebagian orang, bagi kelas XI IPS 1 juga. Mereka dibaluti perasaan takut dan gemetar, apalagi jika ditambah dengan guru yang bisa dibilang killer.

Kelas tergaduh di SMA Bakti Mandiri itu seketika hening ketika seorang Guru menapakkan kakinya ke dalam. Wajahnya sangar dan sedikit gendut.

Sebagian siswa menjadi manekin hidup ketika guru itu sudah duduk di singgasananya. Panggil saja Pak Awar, Guru killer di SMA Bakti Mandiri. Pak Anwar tak segan menghukum siswa yang tak mengerjakan tugasnya. Pak Anwar selalu mengincar murid yang nakal, ia sudah tahu gerak-gerik mereka.

"Selamat siang." Pak Anwar bangun dari duduknya, berjalan ke tengah kelas untuk memastikan apakah masih ada yang bergerak atau tidak.

"Siang, Pak," jawab serentak semua murid.

Pak Anwar mengangguk, masih memasang wajah jutek.

Dia ini kenapa, sih? Sedang datang bulan?

"PR yang Minggu lalu Bapak kasih sudah dikerjakan?" tanya Pak Anwar.

"Ini orang inget mulu, ingatannya berapa giga byte, sih?" gumam salah satu murid.

Sebagian siswa ada yang merogoh bukunya, ada juga yang wajahnya takut karena ia tak mengerjakan tugas dari Pak Anwar.

Gita dengan santainya mengeluarkan bukunya, ia yakin tugasnya pasti benar semua.

Pak Anwar melirik ke arah Gita, berjalan menghampirinya dengan wajah juteknya.

Jantung gue mau copot, batin Gita.

"Gita, Bapak mau lihat hasil kerja kamu," kata Pak Anwar.

Tangan Gita sedikit gemetar. "Ini, Pak."

Pak Anwar membolak-balik halaman di buku Gita, matanya begitu fokus pada setiap jawaban yang tertulis di situ. Ia menganggukkan kepalanya yakin.

"Gita, tingkatkan lagi. Nanti Bapak nilai," kata Pak Anwar sambil menaruh buku Gita di atas meja.

"Buat yang belum mengerjakan, silakan kerjakan sekarang. Bapak lagi gak datang bulan. Tapi dengan catatan, bapak kasih waktu dua puluh menit," tutur Pak Anwar.

Semuanya menghela nafas panjang, sedikit melegakan ketakutan mereka. Mereka seperti diikat oleh tali tambang beberapa detik lalu, tak bisa bernafas lega.

Handphone Gita bergetar, pertanda ada notifikasi muncul. Ia bergegas merogoh sakunya untuk mengecek notifikasi tersebut.

Gita, gue ada di belakang tembok. Gue boleh masuk?

Jangan, ada guru killer di sini. Nanti lo ketauan.

Malik gak pernah ketauan, Git.

Plisssssssss! Lo jangan masuk nanti ketauan!
Malik?!

Meteor SupernovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang