Selamat membaca.
•••••
Malik dan Gita keluar dari ruang BK, mereka berjalan beriringan. Wajah Gita mulai berubah normal. Tak seperti beberapa menit lalu--wajahnya begitu merah karena malu.
Apa Gita akan marah? Atau justru membahasa soal perasaannya?
Tetapi Gita masih diam, ia belum mau membuka topik pembicaraan. Mereka berjalan melewati lorong sekolah, tempat pertama kali mereka bertemu.
Jam pelajaran di SMA Bakti Mandiri masih berlangsung dan Malik masih belum keluar dari sekolah itu. Ia masih ingin berduaan dengan Gita.
"Mending lo ke sekolah lo, jangan di sini terus. Entar guru-guru di sekolah nyariin lo." Gita memberanikan untuk memulai pembicaraan. Ia mengkhawatirkan Malik yang hampir setiap hari mengunjunginya.
Malik kemudian duduk, wajahnya masih santai. Ia seperti memiliki rencana yang matang jauh sebelum pertemuan dengan Gita dimulai.
Malik tersenyum tipis, matanya melirik beberapa detik ke arah wajah Gita yang masih berdiri di sebelahnya.
"Gak apa-apa kalau lo enggak balas perasaan gue, gue tau kalau lo masih dilema sama rasa sakit yang lo rasain," kata Malik.
Gita terdiam, tubuhnya merasa lemas tak karuan. Kenapa keadaan seperti ini terjadi padanya. Apa mungkin Gita masih mencintai Dino?
Di ujung pertigaan lorong sekolah terlihat cowok dengan seragam acak-acakan. Wajahnya terlihat seperti memendam rasa marah yang dalam. Ia berjalan dengan tergesa menghampiri Malik dan Gita.
Cowok itu langsung menarik kerah seragam Malik dengan cepat. "SINI LO!"
Cowok itu menyeret Malik ke tengah lapangan dan langsung menendang Malik dengan keras. Tendangannya begitu bertenaga sampai Malik terhempas jauh dan berguling di lapangan.
Malik tergeletak tak berdaya, kemudian Malik mengerjapkan matanya beberapa kali dan melihat cowok itu dengan tatapan yang masih samar.
Pukulan yang sudah disiapkan cowok itu meleset karena Malik dengan sigap menangkis pukulan itu. Malik kemudian membalasnya dengan memberikan tendangan ke arah perut kepada cowok itu.
"Bangsat!" teriak Malik.
Malik menyiapkan pukulannya dan berlari ke arah cowok yang masih gontai--langsung menghajar tepat wajahnya.
Cowok itu terhempas ke belakang dan punggungnya mendarat tepat di tiang bendera.
Gita berteriak sambil berlari ke arah dua orang yang masih berkelahi itu. "CUKUP!"
"CUKUP!"
Seisi sekolah langsung berhamburan untuk melihat apa yang baru saja terjadi. Mereka ikut heboh. Ada yang menyerukan agar terus berkelahi dan ada juga yang sedang merekam untuk diabadikan.
Darah itu mengucur deras dari hidung Malik. Sepertinya hidungnya patah gara-gara pukulan keras dari Dino.
Dino tidak berkutik ketika Gita baru sampai di hadapannya. Nafasnya masih naik-turun tak beraturan. Pandangannya sinis ke arah Malik yang sedang mengelap darah yang terus mengalir dari hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor Supernova
Roman pour Adolescents[BELUM REVISI!!!] Tidak ada hal lain yang membuat Gita Rinjani Pramesti merasa cuek selain masalah cinta. Ia sangat trauma dengan masalah percintaan yang pelik. Terkenal sebagai cewek paling pintar dan labil di kelas XI IPS 1 SMA Bakti Mandiri namun...