3. Liputan Berita dan Pengintaian

28 4 0
                                    

Area bongkar muat segera diberi garis polisi, tepatnya dibagian sebelah timur, area yang tak terpantau oleh kamera cctv. Polisi akan butuh waktu lebih lama untuk menyelidiki kasus ini. Liputan itu berlangsung, wanita kemarin muncul sebagai narasumber.

"Boleh beritahu nama anda terlebih dahulu, Nona," Salah satu wartawan mengajukan pertanyaan

Wartawan memajukan recorder kepada wanita itu, "Panggil saja namaku Fransiska".

"Ada hubungan apa anda dengan korban, Nona?"

"Aku adalah temannya," wanita itu menjawab, aku kaget bahwa dia adalah temannya, prasangkaku sebelumnya yang mengira korban itu adalah suaminya ternyata salah. Sisanya ia hanya menjelaskan tentang siapa korban dan hal-hal baik yang pernah korban lakukan.

Rekaman detail korban yang ditemukan terbunuh dapat kutemui di YouTube. Aku dapat melihat bagaimana keadaan mayat itu, mereka mengikat korban dengan tali hitam yang sama seperti sebelumnya.

Aku segera pergi ke area TKP.

***

Pukul 10:30 malam

Angin berhembus cuaca sejuk malam hari, Pantai dengan ombak bergulung-gulung indah sangat berkebalikan dengan apa yang terjadi sore ini yaitu pembunuhan, yang menyisakan pertanyaan akan apa yang kulihat sebelumnya, haruskah aku melapor polisi? Jujur saja aku hanya pria dua puluh tahunan yang merasa bertanggung jawab, entah kenapa aku juga tidak tahu.

Dahulu aku sering meminta bantuan psikolog untuk menolong gangguan kecemasanku yang berlebihan dua tahun lalu. Aku sering bertanya kepada dokterku tentang tingkah perilaku dan gerakan tubuh seseorang dengan gangguan kecemasan, aku membayangkan wanita kemarin dengan diriku dua tahun lalu, kukira dia berbohong tentang apa yang terjadi dirumahnya.

Sampai pada pelabuhan aku parkirkan motorku diwarung tak jauh dari sana. Segera aku menuju dermaga bongkar muat. Pemandangan malam pantai dengan ribuan cahaya kerlap-kerlip dari kejauhan. Dibalik pagar besi aku memanjat untuk kedua kalinya. Kali ini berhasil, aku segera mengeluarkan kamera melihat area sekitar.

Aku ingat saat dia mengejarku, dia berlari kearah lahan bertanah yang cukup untuk memberi cap telapak sepatu. Disaat-saat seperti ini rasa penasaranku semakin memuncak.

Aku tenggelam diantara suara alat berat yang sedang bekerja, suara kakiku menjadi tersamarkan. Akhirnya aku dapat satu gambar telapak sepatu itu, sesuai perhitunganku. Setelah itu hujan turun deras sekali.

Tak ada tanda-tanda kembalinya para penculik itu.

Rahasia SetimpalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang