Akhirnya aku bertemu dengannya untuk kedua kali, rambutnya masih sama, panjang terurai melambai tertiup angin. Wanita yang selalu misterius sejak pertama bertemu, melihatnya dari kejauhan sedang serius berbicara dengan Umar, wajah umur dua puluh tiga tahunan yang kutebak hanya berjarak empat tahun denganku, nampak sempurna bagi siapa saja yang melihatnya. Seketika sorot matanya yang tajam melihat kearahku.
Aku menghampiri keduanya, dibawah kuning lampu jalan kami bertemu. Sekarang pukul setengah sepuluh ternyata tempat ini sepi sekali jika sudah malam. Mereka berdua terdengar sedang membicarakan tentang rumah Tiara, pembicaraan segera berhenti saat aku datang dan Umar segera bicara padaku.
"Lama sekali Rik, kami udah lama disini,"
"Kamu tahu rumah gua dimana Mar, di Tarahan hampir 20 kilometer dari sini!" Aku membalas kesal
"Yasudah, rumah Tiara sekarang sedang sepi tidak ada orang kita harus memeriksanya sekarang,"Kata Fransiska
"Sebentar apa hubungannya Tiara sama kamu Siska" Kataku
"Nanti Umar Cerita sama kamu, Rik,"
Dia tahu namaku mungkin diberitahu Umar. Dan aku teringat tentang bagaimana dia menceritakan tentang suaminya, yang katanya "stress" aku belum sepenuhnya percaya, matanya yang menyimpan banyak rahasia. "Sedikit demi sedikit akan kusingkap rahasia itu, Fransiska," gumamku sambil berjalan dibelakang mereka menuju rumah Tiara.
Tempat ini benar-benar sepi sampai tak ada yang peduli kami menyelinap masuk kerumah itu, mungkin anggota keluarga Tiara entah orang tuanya atau saudaranya sedang keluar, ini kesempatan emas. Kata Umar rumah ini berbahaya, dia pernah diceritakan oleh Tiara tentang sesuatu yang terjadi pada keluarganya. Bahkan butuh waktu beberapa hari sampai ada tetangga yang melaporkan tentang hilangnya anak tersebut, dimana orang tuanya? Sebenarnya mungkin Umar sudah mengetahui banyak tentang Tiara, tetapi dia bukan anak remaja yang mudah diajak berbicara, kepalanya keras macam batu susah sekali berterus terang.
Sampai didepan pintu rumahnya bahkan pintu tidak terkunci tetapi lampu depan hidup terang dan dalam sedikit remang, mungkin karena kap lampu yang sangat tebal bermotif bunga itu menutupi sebagian cahayanya. Ruang tamu, keluarga dan dapurnya tak bersekat, kursi yang ada seperti biasa ada sofa, kursi santai lengkapdengan TV dan segala perak pernik hiasan dinding yang dindingnya dicat putih. Saat Umar dan Fransiska masih melihat-lihat isi rumahyang tak ada kejanggalan ini, aku pergi masuk kedalam kamar yang epertinya kamar Tiara, kamarnya bagus dan rapih, rak-rak buku terisi hampir penuh, kasur bergambar kartun, dindingnya berwarna pink muda.
Terdapat juga meja belajar lengkap dengan lampu belajar sebuah papan dan diary yang tergelatak dipojokkannya, tak sengeja aku mengambilnya, sampul bukunya berwarna coklat gelap dengan tulisan tangan dipojok atas, tertulis "My Diary, Tiara". Kubuka lembar pertamanya tertulislah disana sebuah lettering atau kaligrafi bertuliskan "Aku mau jadi Princess, umurku 7 tahun, ini diary-ku," umur tujuh tahun bisa dikatakan jago untuk menulis sebagus itu, dan terdapat gambar princess sedang menyapa dipojok bawahnya.
Aku tak tahu nama Princess itu siapa, aku tak pernah menonton kartun dahulu karena aku hanya suka berhitung dan bermain mobilan.
Tunggu part selanjutnya. sekian
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Setimpal
Misteri / ThrillerApa jadinya jika kamu bertemu seseorang yang tak kamu kenal dan memutuskan untuk saling bercerita tentang rahasia paling besar dalam hidupmu. Apa jadinya orang yang kau cintai adalah seorang yang akan membunuhmu dikemudian hari. Dalam sebuah ketida...