For Part 4

72 56 11
                                    

"Ica bangun dek! Kamu kesiangan!!" teriak ibunya sembari menggoyangkan tubuh Alisa yang berusaha mengumpulkan kesadarannya. Lalu ia mengintip jam dinding dikamarnya yang menunjukannya pukul jam setengah 7! Telat!

What the hell?!

"HAH?! MAMPUS, AKU GAK SEKOLAH YA MAH! AKU GAMAU KENA HUKUMAN PAK KUMISS MAH!"

"Iya udah ga usah mandi, buruan tuh makan seadanya noh!"

"Gamau ntar Ica bau, kalo ada cowo yang nyium kan jadi ilfeel sama Ica!"

"Udah cepet, pake parfum aja udah manjur! Buruan!"

"Gak ah, mau mandii!"

Alisa dengan cepat bangun dari kasurnya dan berlari terbirit birit sembari membawa handuk dan juga baju seragamnya menuju kedalam kamar mandi.

Dan keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai baju seragam yang masih berantakan tak sempat ia rapihkan.

Lalu matanya menatap Jam dinding dengan wajah kaget. Ya, jam menunjukan pukul 06.45.

Padahal bentaran doang mandinya ga kerasa udah jam segini aja, akh!!

Alisa frustasi lalu ia segera memasukkan beberapa buku yang tak sesuai dengan jadwal hari ini. Alisa berlari menghampiri sang ibu dan Salim pada ibunya yang tiba tiba dengan sigap menahan tangan anaknya yang ingin berlalu.

"Mama aku mau berangkat! Emang mama mau aku bolos?"

"Ayah udah pesen supir mobil kita buat antar jemput kamu! Gih, keluar!"

"Iya udah!"

"Makan dulu ah, ntar kamu pingsan!" ucap bundanya sembari menyerahkan roti yang telah dibuatnya tadi. Roti selai stroberi kesukaan anaknya.

Alisa pun hanya menatap malas pada roti itu. "Ih mama mah bikin aku mau nangis!! Mau bolos aja ah kalo ditahan mulu!" gerutunya dengan tangan dilipat di dada.

Mamanya pun menggeleng. "Eitss! Inget ayah kamu galak lho Ca!" balasnya menakuti Alisa yang memang kalau sudah berhubungan dengan ayahnya pasti nyalinya akan ciut.

"Tuh kan mama!!" kesalnya sembari menghentakkan kedua kakinya di lantai.

"Aku mau lompat dari atap aja lah!" gerutunya.

Dan belum satu kakinya melangkah, kembali mamanya menahan lagi tangan Alisa, membuat Alisa mengerutkan keningnya. Dan mamanya malah tersenyum tipis, membuat Alisa tak mengerti sama sekali maksudnya mamanya itu apa.

"Titip salam mama ke cowo ganteng semalem itu, kapan nih minta restu mama?" ucap bundanya dengan senyum yang hampir menampakan deretan giginya yang putih bagai iklan pepsodent.

"Astagfirullah mama!!!" teriak Alisa.

Benar benar ibu yang ajaib!!

Walau sebenarnya mamanya itu hanya meledeknya, namun tak bisa jadi tak akan mengijinkan Alisa untuk berpacaran. Apalagi ayahnya, yakinlah tak ada seorang Ayah yang akan membiarkan anak perempuannya itu berpacaran. Bukan sekedar melarang saja, tetapi ada maksud tertentu.

Orangtua pasti ingin melepas anaknya khususnya anak gadisnya dalam kesempurnaan. Yap, you know lah:)

Kebanyakan orang tua berpikir kalau anaknya belum cukup umur untuk melakukan percintaan. Mereka menganggap sebaiknya sang anak menekuni pendidikan sebelum akhirnya memulai asmara dengan seseorang. Begitulah pemikiran Alisa pada kedua orang tuanya.

Sekalipun mendengar desas desus ia pernah berpacaran, kedua orang tuanya pun tak ambil pusing dengan kata kata itu. Sebelum ia melihat dengan mata kepalanya sendiri.

ALISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang