Disebuah rumah sakit yang tak jauh dari taman, Arkan dengan cepat menggendong Alisa ke rumah sakit dibantu oleh beberapa orang yang kebetulan melewati mereka berdua.
Dengan nafas tersengal senggal, Arkan membawanya sembari menatap Alisa dalam dalam. Rasa takut didalam dirinya kini mulai membara, ditambah lagi apa yang harus Arkan katakan pada keluarga Alisa nanti bila keadaan anaknya seperti ini.
Hingga mereka tiba dirumah sakit, dan untung saja dokter dengan cepat menanganinya. Arkan frustasi, pikirannya kacau. Ia berpikir keras apa yang harus ia katakan nanti, jika keluarga Alisa bertanya. Takut keluarga Alisa nantinya tak bisa menerimanya, ataupun kecewa padanya yang juga tak izin dahulu sebelum mengajak anak perempuannya. Lalu sebuah ide terlintas di otaknya, ia pun segera mengirim pesan pada Evan untuk cepat datang ke rumah sakit tanpa ada penolakan. Arkan segera mengusap air matanya, dan beranjak pergi mencari Evan untuk membantunya dengan melakukan rencana. Dan menggantikan posisinya.
Evan pun telah tiba di rumah sakit Bunda kasih dengan memakai baju seadanya, dan berjalan mencari ruangan yang akan ia datangi, sebelum keluarga Alisa datang lebih dulu. Dan Evan pun menatap ruangan bernomor 18 dengan senyum lebar dibibirnya. Ia pun segera duduk dikursi tunggu yang berada dipinggir pintu ruang. Dan menangkup dagunya dengan rasa bingung. Mengapa harus aku yang menunggu Alisa disini? Kenapa harus aku yang menggantikannya? Ia masih tak terpikir apapun, berbeda dengan Arkan yang jauh lebih cerdik darinya.
Lalu tak lama, datanglah seorang wanita paruh baya bersama seorang pemuda bertubuh tinggi yang hendak menghampiri ruangan yang sama sepertinya. Itu pasti ibu dan kakanya! Arkan pun beranjak dari duduknya, dan tersenyum tipis pada mereka dengan rasa hormat.
Terlihat dari matanya yang sembab, membuat Evan berpikir ibu Alisa habis menangis. Brgutu juga, wajah khawatir yang diduga kakanya Alisa tercetak jelas dimatanya.
Saat telah didepan ruangan, ibunya pun segera mengintip dari kaca pintu ruangan menatap anaknya dengan tatapan sendu, dan lirih. Sehingga air matanya pun kini kembali turun. Sang anaknya pun hanya mengelus punggung ibunya sembari membisikkan sesuatu ditelinga ibunya. Ibunya pun duduk dikursi tunggu sembari menundukkan kepalanya, dan menangis.
Terdengar ibunya menangis sesegukan sembari memejamkan matanya. "Alisa...Mama khawatir sm kmu. Yang kuat nak, mama disini buat kmuu," ucapnya lirih, lalu mengangkat kepalanya, mencoba menenangkan diri, dan menoleh pada Evan yang masih terdiam saja.
"Kamu yang sama Alisa kan?" tuduhnya pada Evan. Membuat Evan merasa terpanggil, dan menatap takut ibu Alisa yang menatapnya sinis pada Evan.
"Kenapa anak tante jadi begini? Gimana kejadiannya? Kenapa kamu ga jagain dia?" lirihnya, sembari mengusap air matanya yang terus mengalir. Dan juga tatapan sinis kakanya yang terus menatapnya seakan ingin menerkamnya.
Evan takut, dan sontak ia memegang tangan Ibu Alisa, dan menatap ibu Alisa dalam dalam. "Maaf tante, aku ga sengaja," balasnya dengan suara bergetar, dan matanya yang memerah.
"Kenapa?!" teriaknya pada Evan. Evan pun sontak menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata tajam ibu Alisa.
"Kita lagi lari lari, tiba tiba ada motorr lewat dan nabrak Alisa. Aku ga sempet buat kasih tau dia, karna motor itu jalannya cepet banget. Aku minta maaf, aku yang salah!" ucapnya sembari memohon pada ibu Alisa agar memaafkannya.
Ibu Alisa pun hanya membuang nafas kasar meninggalkan Evan dan juga anak lelakinya. Dan kembali mengintip ruang tersebut dengan mata melemah, sesekali memanggil nama Alisa dengan suara pelan, dan terdengar menyedihkan. Ia hanya takut anaknya itu pergi meninggalkannya. Itu saja.
Begitu juga, kakanya yang tak bisa menahan air matanya akibat ibunya yang terlalu sakit melihat keadaan anak gadisnya seperti itu. "Sini lo!" Ia pun segera menarik kerah baju Evan dengan kasar, dan membawanya ke tempat yang agak jauh darisana. Agar ibunya juga tak mendengar ucapannya pada Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISA
Teen Fiction*** Alisa! Cewek cantik dengan nama panggilan Icha. Mudah terbawa perasaan, cewek yang terlalu care, dan juga bodoh dalam hal mencintai. Mengapa? Karena ia tak pernah sadar untuk siapa hatinya. Siapa pemilik cinta sesungguhnya? Dan suatu hari ia men...